PERHITUNGAN
BAKTERI
Laporan Praktikum Mikrobiologi Air
(BDI206)
Disusun
Oleh
Widi Indra Kesuma
1114111058
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2012
HALAMAN
PENGESAHAN
Nama Mahasiswa : Widi Indra Kesuma
No. Pokok Mhs : 11141110058
Program Studi : Budidaya Perairan/Perikanan
Fakultas : Pertanian
Judul Praktikum : Perhitungan Bakteri
Tempat : Laboratorium Budidaya
Perairan
Waktu Praktikum : Selasa, 23 Oktober 2012
Kelompok : 3 (tiga)
Bandar
Lampung, 23 Oktober 2012
Npm.
Catatan
|
Nilai
|
|
|
LAPORAN
PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI AIR (BDI 206)
Perhitungan
Bakteri
Disusun
Oleh :
Widi Indra Kesuma ( Npm. 1114111058)
Jurusan
Budidaya Periaran/Perikanan
Fakultas
Pertanian
Universitas
Lampung
2012
Abstrak
Sebuah praktikum telah selesai
dilakukan di Laboratorium Perikanan Unila. Tujuann praktikum ini adalah agar
mahasiswa perikanan UNILA yang mengikuti matakuliah mikrobiologi air mengetahui
berbagai cara menghitung jumlah sel dari biakan suatu Bakteri. Koloni bakteri
adalah sekumpulan dari bakteri-bakteri yang sejenis yang mengelompok menjadi
satu dan membentuk suatu koloni-koloni. Untuk mengetahui pertumbuhan suatu
bakteri dapat dilakukan dengan menghitung jumlah koloni bakteri. Penghitungan
suatu koloni dapat dilakukan dengan metode plate count(hitung cawan). Untuk
mempermudah penghitungan jumlah koloni bakteri digunakan alat yang biasa
disebut spektrofotometer. Pada alat tersebut, penghitungan jumlah koloni
bakteri dipermudah dengan adanya pembacaan melalui cahaya yang diserap. Dengan
adanya alat tersebut mempermudah penghitungan. Prinsip alat tersebut yaitu
menghitung tingkat kekeruhan pada suatu. Penghitungan suatu koloni dengan
metode pour plate masih memungkinkan terjadinya kesalahan dikarenakan faktor
human error akibat bentuk koloni yang relatif kecil dan banyaknya koloni yang
akan dihitung. Dalam praktikum ini juga dilakukan pengenceran Bakteri untuk
biasa menghitung jumlah kolonin Bakteri dan tidak terlau banyak. Hasil dari
praktikum ini adalah sebagian besar kateri dapat dihitung menggunakan
spektrofotometer.
Kata
kunci : Bakteri, spektrofotometer, plate
count, penghitungan, kekeruhan.
A. PENDAHULUAN
Organisme mikroskopis
adalah organisme yang
hanya bisa dilihat dengan menggunakan mikroskop. Salah satunya adalah bakteri yang merupakan
organisme mikroskopis. Keadaan bakteri di alam ini ada yang bersifat
menguntungkan dan ada yang bersifat merugikan bagi kepentingan manusia. Bakteri
yang menguntungkan dan merugikan bagi kepentingan organisme akuatik perlu
dipelajari supaya bakteri yang
menguntungkan, keberadaannya (kapasitas jumlahnya) dapat diperbanyak sedangkan
untuk bakteri yang merugikan (patogen) jumlah populasinya dapat ditekan dan
dapat dilakukan tindakan pencegahan atau antisipasi infeksi bakteri tersebut (Umam, 2008).
Setelah kita mempelajari
bagaimana menumbuhkan suatu koloni bakteri, tentu harus mengatahui kuantitas
dan kualitas dari bakteri tersebut. Dalam hal ini yang akan dibahas adalah
bagaimana mengetahui kuantitas dari suatu bakteri. Ada berbagai cara untuk
menghitung jumlah sel bakteri, antara lain hitungan langsung dengan menggunakan
mikroskop, dan hitungan tidak langsung dengan metode hitung cawan baik dengan
metode cawan tuang maupun metode cawan sebar.
Pengukuran kuntitatif
populasi mikroba dari suatu sampel dilakukan untuk mengetahui kualitas bahan
atau tujuan lain berdasarkan jumlah mikroba yang ada dalam sampel tersebut.
Sehingga dengan kita dapat mengetahui apakah mikroba tersebut berbahaya atau
bahkan baik bagi lingkungan dalam jumlah tertentu.
Untuk mengetahui perkembangan suatu
bakteri membutuhkan pembuatan media dengan metode perhitungan bakteri yang ada
dalam media. Ada banyaknya metode yang digunakan dalam menghitung jumlah
bakteri secara kuantitatif dari suatu populasi bakteri. Proses penghitungan sel bakteri dapat dilakukan dengan
beberapa metode baik secara langsung maupun tidak langsung, diantaranya adalah
metode hitung pada cawan petri (standard
plate count), metode pengamatan langsung dengan kaca objek atau metode
hitung dengan menggunakan haemocytometer,
metode ukur kekeruhan (turbidimetri)
menggunakan spektrophotometer dan
metode jumlah perkitaan terdekat.
Dalam praktikum kali ini menggunakan metode hitung koloni
dicawan petri ( standar/viable plate
count methond ) dan spektrofotometer ( turbidimeter ), kedua metode ini
sering sekali digunakan karena kedua metode ini terhadang menghasilkan hasil
perhitungan yang mirip namun keduanya mempunyai prinsip yang berbeda.
Adapun tujuan praktikum perhitungan
jumlah bakteri kali ini ialah mengetahui berbagai cara menghitung jumlah sel
dari biakan suatu bakteri.
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Perhitungan Bakteri
Perhitungan jumlah suatu bakteri dapat
melalui berbagai macam uji seperti uji kualitatif koliform yang secara lengkap
terdiri dari tiga tahap yaitu uji penduga (uji kuantitatif, bisa dengan metode
MPN), uji penguat dan uji pelengkap. Waktu, mutu sampel, biaya, tujuan analisis
merupakan beberapa faktor penentu dalam uji kualitatif koliform. Bakteri
koliform dapat dihitung dengan menggunakan metode cawan petri (metode
perhitungan secara tidak langsung yang didasarkan pada anggapan bahwa setiap
sel yang dapat hidup akan berkembang menjadi satu koloni yang merupakan suatu
indeks bagi jumlah organisme yang dapat hidup yang terdapat pada sampel)
seperti yang dilakukan pada percobaan ini (Penn, 1991).
2. Metode Standar atau viable plate
count
perhitungan cara tidak langsung
hanya untuk mengetahui jumlah mikroorganisme pada suatu bahan yang masih hidup
saja (viabel count). Dalam pelaksanaannya, ada beberapa cara yaitu :
perhitungan pada cawan petri (total plate count / TPC), perhitungan melalui
pengenceran, perhitungan jumlah terkecil atau terdekat (MPN methode), dan
kalorimeter (cara kekeruhan atau turbidimetri) (Sutedjo, 1991).
1. Berdasarkan kekeruhannya,
Mikroba dalam suatu bahan cair dapat dideteksi berdasarkan kekeruhannya.
Pertumbuhan sel bakteri didalam suatu medium cair akan meningkatkan kekeruhan
media, yang akan mempengaruhi jumlah sinar yang dapat ditransmisikan menembus
medium(Rukmi, MG.I., A.T. Lunggani, A. Suprihadi, 2008).
2. Berdasarkan jumlah lempeng
total (plate count).
Berdasarkan lempeng total, Cara ini
adalah cara yang paling umum digunakan untuk menentukan jumlah mikroba yang
masih hidup, berdasarkan jumlah koloni yang tumbuh. Teknik ini diawali dengan
pengenceran sampel secara seri, dengan kelipatan 1 : 10. Masing-masing suspensi
pengenceran ditanam dengan metode tuang (pour plate) atau sebar (spread plate).
Bakteri akan bereproduksi pada medium agar dan membentuk koloni setelah 18-24
jam inkubasi. Untuk menghitung jumlah koloni dalam cawan petri dapat digunakan
alat ’colony counter’ yang biasanya dilengkapi dengan pencatat elektronik.
(Rukmi, MG.I., A.T. Lunggani, A. Suprihadi, 2008).
3. Metode analisa spektrofotometer
Beer dan lambert menemukan
hukum yang menerangkan interaksi bahan kimia dengan gelombang cahaya
(elektromagnetik), yang disimpulkan dalam hukum Beer-Lambert menyebabkan
berkembangnya analisis kimia dengan menggunakan alat instrumentasi yakni
spektrofotometer (P Tipler 1991). Suatu spektrofotometer standar terdiri atas
spektrofotometer untuk menghasilkan cahaya dengan panjang gelombang terseleksi
yaitu bersifat monokromatik serta suatu fotometer yaitu suatu piranti untuk
mengukur intensitas berkas monokromati, penggabungan bersama dinamakan
sespektrofotometer. Penggabungan alat optik ini merupakan elektronika sifat
kimia dan fisiknya dan detektor yang digunakan secara langsung mengukur
intensitas dari cahaya yang dipancarkan (It) dan secara tidak lansung cahaya
yang diabsorbsi (Ia). Kemampuan ini bergantung pada spektrum elektromagnetik
yang diabsorb (serap) oleh benda.
Fungsi alat spektrofotometer
dalam laboratorium adalah mengukur transmitans atau absorbans suatu contoh yang
dinyatakan dalam fungsi panjang gelombang.
Prinsip kerja
spektrofotometer adalah bila cahaya (monokromatik maupun campuran) jatuh pada
suatu medium homogen, sebagian dari sinar masuk akan dipantulkan, sebagian di
serap dalam medium itu, dan sisanya diteruskan. Nilai yang keluar dari cahaya
yang diteruskan dinyatakan dalam nilai absorbansi karena memiliki hubungan
dengan konsentrasi sampel. Studi spektrofotometri dianggap sebagai perluasan
suatu pemeriksaan visual yang lebih mendalam dari absorbsi energi. Hukum Beer
menyatakan absorbansi cahaya berbanding lurus dengan dengankonsentrasi dan
ketebalan bahan/medium.
Secara garis besar
spektrofotometer terdiri dari 4 bagian penting yaitu :
a. Sumber Cahaya
Sebagai sumber cahaya pada
spektrofotometer, haruslah memiliki pancaran radiasi yang stabil dan
intensitasnya tinggi. Sumber energi cahaya yang biasa untuk daerah tampak,
ultraviolet dekat, dan inframerah dekat adalah sebuah lampu pijar dengan kawat
rambut terbuat dari wolfram (tungsten). Lampu ini mirip dengan bola lampu pijar
biasa, daerah panjang gelombang (l ) adalah 350 – 20 nanometer (nm).
b. Monokromator Monokromator
adalah alat yang berfungsi untuk menguraikan cahaya polikromatis menjadi
beberapa komponen panjang gelombang tertentu
(monokromatis) yang bebeda
(terdispersi).
c. Cuvet
Cuvet spektrofotometer
adalah suatu alat yang digunakan sebagai tempat contoh atau cuplikan yang akan
dianalisis. Cuvet biasanya terbuat dari kwars, plexigalass, kaca, plastic
dengan bentuk tabung empat persegi panjang 1 x 1 cm dan tinggi 5 cm. Pada
pengukuran di daerah UV dipakai cuvet kwarsa atau plexiglass, sedangkan cuvet
dari kaca tidak dapat dipakai sebab kaca mengabsorbsi sinar UV. Semua macam
cuvet dapat dipakai untuk pengukuran di daerah sinar tampak (visible).
d. Detektor
Peranan detektor penerima
adalah memberikan respon terhadap cahaya pada berbagai panjang gelombang.
Detektor akan mengubah cahaya menjadi sinyal listrik yang selanjutnya akan
ditampilkan oleh penampil data dalam bentuk jarum penunjuk atau angka digital.
Dengan mengukur transmitans
larutan sampel, dimungkinkan untuk menentukan konsentrasinya dengan menggunakan
hukum Lambert-Beer. Spektrofotometer akan mengukur intensitas cahaya melewati
sampel (I), dan membandingkan ke intensitas cahaya sebelum melewati
sampel (Io). Rasio disebut transmittance, dan biasanya dinyatakan
dalam persentase (% T) sehingga bisa dihitung besar absorban (A) dengan rumus A
= -log %T
Spektrofotometer dibagi
menjadi dua jenis yaitu spektrofotometer single-beam dan spektrofotometer
double-beam. Perbedaan kedua jenis spektrofotometer tersebut hanya pada
pemberian cahaya, dimana pada single-beam, cahaya hanya melewati satu arah
sehingga nilai yang diperoleh hanya nilai absorbansi dari larutan yang
dimasukan. Berbeda dengan single-beam, pada spektrofotometer double-beam, nilai
blanko dapat langsung diukur bersamaan dengan larutan yang diinginkan dalam
satu kali proses yang sama. Prinsipnya adalah dengan adanya chopper yang akan
membagi sinar menjadi dua, dimana salah satu melewati blanko (disebut juga
reference beam) dan yang lainnya melewati larutan (disebut juga sample beam).
Dari kedua jenis spektrofotometer tersebut, spektrofotometer double-beam
memiliki keunggulan lebih dibanding single-beam, karena nilai absorbansi
larutannya telah mengalami pengurangan terhadap nilai absorbansi blanko. Selain
itu, pada single-beam, ditemukan juga beberapa kelemahan seperti perubahan
intensitas cahaya akibat fluktuasi voltase (anonim, 2011).
4. Pengenceran bakteri
Dalam perhitungan jumlah
mikroorganisme ini seringkali digunakan pengenceran. Di dalam laboratorium,
pengenceran di lakukan dengan botol pengenceran seperti lazimnya pada SPC,
namun dapat pula menggunakan tabung reaksi. Pada pengenceran dengan menggunakan
botol cairan terlebih dahulu dikocok dengan baik sehingga kelompok sel dapat
terpisah. Pengenceran sel dapat membantu untuk memperoleh perhitungan jumlah
mikroorganisme yang benar. Namun pengenceran yang terlalu tinggi akan
menghasilkan lempengan agar dengan jumlah koloni yang umumnya relatif rendah
(Hadioetomo, !996).
Pada metode perhitungan cawan dilakukan pengenceran yang bertingkat yang mana ditujukan untuk membentuk konsentrasi dari suatu suspensi bakteri. Sampel yang telah di encerkan ini di hitung ke dalam cawan baru kemudian di tuang ke mediumnya (metode tuang). Kemudian setelah diinkubasi selama 24- 48 jam, amati koloni yang tumbuh dan koloni yanng diamati hanyalah koloni yang berjumlah 30- 300 koloni (Gobel, 2008).
Pada metode perhitungan cawan dilakukan pengenceran yang bertingkat yang mana ditujukan untuk membentuk konsentrasi dari suatu suspensi bakteri. Sampel yang telah di encerkan ini di hitung ke dalam cawan baru kemudian di tuang ke mediumnya (metode tuang). Kemudian setelah diinkubasi selama 24- 48 jam, amati koloni yang tumbuh dan koloni yanng diamati hanyalah koloni yang berjumlah 30- 300 koloni (Gobel, 2008).
Tingkat pengenceran yang diperlukan
didasarkan pada pendugaan populasi bakteri yang ada dalam contoh. Hasil yang
baik adalah jika pada pengenceran yang lebih rendah contoh yang diduga lebih
banyak menunjukkan hasil uji positif (adanya pertumbuhan bakteri) dan pada
pengenceran lebih tinggi contoh yang diduga lebih sedikit menunjukkan hasil uji
negatif (tidak ada pertumbuhan bakteri). Oleh karena itu jumlah populasi
bakteri yang ada dalam contoh diduga tinggi maka contoh harus diencerkan sampai
diperoleh tingkat pengenceran yang lebih tinggi sehingga nilai maksimum dapat
dihitung. Metoda pengenceran yang paling mudah dengan melakukan pengenceran 10
kali lipat dengan menggunakan 3 atau 5 tabung pengenceran sekali gus ( Fridaz, Srikandi,
1992 ). Beberapa cara
penghitungan jumlah mikrobia yaitu cara penghitungan pada lempeng pembiakan,
cara menghitung langsung (metode kaca objek), metode ukur kekeruhan, metode
turbidimetri dan nefelometri serta dengan jumlah perkiraan terdekat (JPT). Cara
penghitungan pada lempeng pembiaakan disebut juga metode penghitungan bakteri
hidup atau metode penghitungan koloni.
Penghitungan koloni dilakukan penyimpanan pada suhu yang sesuai. Oleh
karena itu, suatu bakteri dapat tumbuh menjadi satu koloni yang terhitung
mewakili jumlah bakteri hidup yang terdapat dalam tiap volum pengenceran yang
digunakan. Dalam hal ini pun, bahan pemeriksaan jika perlu harus diencerkan
untuk menghindari jumlah koloni terlalu banyak sehingga tidak dapat dihitung.
Hasil hitungan yang dapat diandalkan adalah antara 30-300 koloni pada tiap
lempeng pembiakan ( Agus, Esti, 2011 ).
C. MATERI DAN METODE
Praktikum
ini dilakukan pada pukul 11.30 WIB di laboratorium Budidaya Perairan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung pada tanggal 23 Oktober 2012. Sedangkan alat yang
digunakan pada praktikum ini adalah cawan petri, bunsen, kertas label, para
film, tabung reaksi, kapas penutup, spreader, mikro pipet, tissue, kuvet, spektrophotometer, dan sprayer.
Sedangkan bahan yang digunakan adalah : sampel bakteri, alkohol 70%, Plate
Count Agar (PCA) dalam tabung reaksi 10 ml atau TSB, PBS (phosphate buffer
saline), larutan standar Mc Farland.
Praktikum ini melalui beberapa tahap
yaitu metode standar plate count dan metode turbidimetri. Adapun prosedur kerja
praktikum ini sebagai berikut :
1.
Prosedur
menggunakan standar plant count:
·
Menyiapkan
alat dan bahan yang digunakan.
·
Mengencerkan 3
tabung PCA dalam air mendidih.
·
Mendinginkan agar
antara 5-10 menit.
·
Menuangkan agar ke cawan petri dan biarkan membeku.
·
Menyiapkan TSB biakan bakteri untuk pengenceran yang
diletakan pada tabung reaksi sebanyak 5 ml.
·
Menyiapkan 3 tabung
TSB murni 5ml untuk seri pengenceran lalu masing-masing dibuang 0,5 ml atau 500
µl hingga menjadi 4,5 ml
·
Pada pengenceran
pertama ambil 0,5 ml dari TSB yang berisi 5 ml biakan bakteri, kemudian
homogenkan
·
Pada pengenceran ke
dua ambil 0,5 ml pada pengenceran pertama kemudian dihomogenkan.
·
Pada pengenceran ke
tiga ambil 0,5 ml pada pengenceran ke dua kemudian dihomogenkan, beri label
pada masing-masing seri tabung pengenceran.
·
Kemudian pindahkan
larutan dari pengenceran pertama banyak 25µl ke PCA.
·
Kemudian pindahkan
larutan dari pengenceran kedua banyak 25µl ke PCA.
·
Kemudian pindahkan
larutan dari pengenceran ketiga banyak 25µl ke PCA.
·
Cawan petri di beri
label sesuai pengencerannya dan dilekatkan dengan para filem
·
Inkubasi selama
18-24 jam
·
Setelah diinkubasi
lakukan pengamatan. Menghitung cawan yang tumbuh bakteri 30-300 saja.
·
Membersikan dan
membereskan alat dan bahan yang digunakan
2.
Prosedur
menggunakan metode spectrophotometer:
·
Menyiapkan
semua alat dan bahan yang akan digunakan.
·
Memastikan
alat dalam kondisi baik, nyalakan mesin dengan menekan tombol ‘power’ di bagian
belakang mesin.
·
Menekan
tombol A/T/C, pilih absorbance (A).
·
Membersihkan
cuvet dengan aquades, keringkan dengan tisu.
·
Mengukur
absorbansi blanko dengan memasukkan larutan blanko (TSB) ke dalam cuvet (volume
minimal hingga ¾ dari tinggi cuvet). Bersihkan bagian luar cuvet yang
transparan menggunakan tissue.
·
Memasukkan
cuvet ke dalam cell holder pada sample chamber. Cuvet harus diletakkan hingga
sampai dasar cell. Tutup sample chamber.
·
Tekan
tombol ABS 100%T untuk mengatur blanko pada
konsentrasi 0
·
Pilih
panjang gelombang yang akan digunakan untuk mengukur sampel 550-600 nm.
·
Mebersikan
cuvet dan menyiapkan sampel yang akan diukur, pastikan sampel homogen sebelum
memasukkan ke dalam cuvet.
·
Memasukkan
sampel ke dalam cuvet hingga volume minimal ¾ dari tinggi cuvet. Pastikan
bagian luar cuvet besih. Memasukkan
cuvet ke dalam cell holder, tutup sample chamber.
·
Membaca
absorbansi-nya lalu mencatat datanya setelah selesai ambil kuvet dan membersihkan
semua alat dan bahan yang digunakan.
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. metode standar plate count
Tabel
2. metode turbidimetri.
Dari
hasil pengamatan diatas dapat diketahui bahwa Bakteri dapat dihitung
menggunakan spektrofotometer yang prinsip kerjanya adalah membaca tingkat
kekeruhan dalam media Bakteri. Cara kerja yang dilakukan yaitu pertama menyiapkan
semua alat dan bahan yang akan digunakan, Kemudian memastikan alat dalam
kondisi baik, lalu nyalakan mesin dengan menekan tombol ‘power’ di bagian belakang
mesin. Setelah itu, menekan tombol A/T/C,dan pilih absorbance (A). Selain lain itu juga membersihkan
cuvet dengan aquades, dan keringkan dengan tisu. Kemudian mengukur absorbansi
blanko dengan memasukkan larutan blanko (TSB) ke dalam cuvet (volume minimal
hingga ¾ dari tinggi cuvet). Lalu bersihkan bagian luar cuvet yang transparan
menggunakan tissue, selanjutnya memasukkan cuvet ke dalam cell holder pada
sample chamber dan cuvet harus diletakkan hingga sampai dasar cell. Lalu tutup
sample chamber. Dan tekan tombol ABS 100%T untuk mengatur blanko pada
konsentrasi 0 Pilih panjang gelombang yang akan digunakan untuk mengukur sampel
550-600 nm. Lalu mebersikan cuvet dan menyiapkan sampel yang akan diukur,
pastikan sampel homogen sebelum memasukkan ke dalam cuvet. Kemudian memasukkan
sampel ke dalam cuvet hingga volume minimal ¾ dari tinggi cuvet. Dan pastikan
bagian luar cuvet besih. Stelah itu memasukkan
cuvet ke dalam cell holder, lalu tutup sample chamber. Selanjutnya membaca
absorbansi-nya lalu mencatat datanya setelah selesai ambil kuvet dan
membersihkan semua alat dan bahan yang digunakan.
Metode
spektrofotometer yang menggunakan prinsip dasar sejumlah cahaya yang
ditransmisikan menurun ketika populasi sel muningkat. Cahaya yang ditransmisikan
akan diubah menjadi energi listrik dan kemudian diindikasi pada sebuah
galvanometer. Spektrofotometer didasarkan pada kekeruhan dan menghitung seluruh
sel bakteri yang hidup dan yang mati jadi semua suspensi yang ada dalam larutan
kuvet terbaca semua. Setiap metode yang pastilah mempunyai sesuatu keuntungan
yang berbeda-beda, metode spektrofotometer tidak membutuhkan waktu yang lama, kepekaan lebih tinggi, lebih
mudah digunakan namun relatif mahal karena bahan dan alat yang mahal, hanya
dapat menggunakan larutan yang konsentrasinya rendah, menggunakan larutan yang
cukup banyak, dan bakteri yang mati serta yang bukan bakteri ikut terhitung
Dan
yang kedua adalah metode standar plate count. Cara kerja metode ini yaitu pertama
menyiapkan alat dan bahan yang digunakan. Setelah itu, mengencerkan 3 tabung PCA dalam air mendidih.kemudian
mendinginkan agar antara 5-10 menit.selanjutnya, menuangkan agar ke cawan petri dan biarkan membeku.lalu,
menyiapkan TSB biakan bakteri untuk
pengenceran yang diletakan pada tabung reaksi sebanyak 5 ml.setelah tiu, menyiapkan
3 tabung TSB murni 5ml untuk seri pengenceran lalu masing-masing dibuang 0,5 ml
atau 500 µl hingga menjadi 4,5 ml. Pada pengenceran pertama ambil 0,5 ml dari
TSB yang berisi 5 ml biakan bakteri, kemudian homogenkan. Pada pengenceran ke
dua ambil 0,5 ml pada pengenceran pertama kemudian dihomogenkan.Pada
pengenceran ke tiga ambil 0,5 ml pada pengenceran ke dua kemudian dihomogenkan,
lalu beri label pada masing-masing seri tabung pengenceran. Kemudian pindahkan
larutan dari pengenceran pertama banyak 25µl ke PCA. Kemudian pindahkan larutan
dari pengenceran kedua banyak 25µl ke PCA. Kemudian pindahkan larutan dari
pengenceran ketiga banyak 25µl ke PCA.selanjutnya ,cawan petri di beri label
sesuai pengencerannya dan dilekatkan dengan para filemInkubasi selama 18-24 jam.Setelah
diinkubasi lakukan pengamatan. Kemudian, menghitung cawan yang tumbuh bakteri
30-300 saja. Lalu, membersikan dan membereskan alat dan bahan yang digunakan
Metode
cawan petri / plate count metode dengan penaksiran jumlah kepadatan bakteri
secara tidak langsung dan penghitungan bakterinya hanya yang hidup saja yang
mati tidak. Dalam metode ini dilakukan pengenceran yang berseri 101-1010
agar populasi dapat terbaca, pengenceran yang menghasilkan 30-300 bakteri saja
yang dapat dibaca dan dikatakan berhasil karena bila kuarang dari 30 untuk
alasan statistic tidak dapat diterima bila lebih dari 300 kemungkinan ada
koloni yang terlalu padat, terlalu dekat satu dengan yang lainya. Kelebihan
metode ini perhitungan lebih meyakinkan karena yang dihitung bakteri yang hidup
saja, dapat menghitung jasad renik lain sekaligus serta mengidentifikasi dan
mengisolasi jasad renik mengetahui pertumbuhan jasad renik tersebut namun
kekurangannya butuh waktu yang lama, media serta kondisi inkubasi yang berbeda
menghasilkan data yang berbeda, membutuhkan media yang padat kering agar metode
berhasil, dan terkadang hasil perhitungan tidak menunjukan hasil sebenarnya
karena sel mungkin membuat koloni lain.
Dengan
menggunakan kedua metode ini perhitungan bakteri bias dilakukan, hasil dari
kedua metode ini hamper menghasilkan perhitungan yang mirip, dapat diperkuat
dari data diatas dengan spektro
perhitungan bakteri amad banayak dan dicawan begitu banyak sehingga tak dapat
dihitung dengan biasa.
Praktikum
kali ini mengalamin kegagalan karena pada metode cawan petri tidak dapat
terbaca melebihi toleransi pembacaan 30-300 koloni, populasi bakteri yang
begitu banyak tak dapat dihitung karena waktu inkubasi yang terlalu lama sehingga
baktri berkembang terlalu banyak mungkin seharusnya 18 jam sudah dapat dibaca
namun ini 24 jam, dan saat melakukan spread pada media tidak kering masih ada
air seharusnya sampai kering spread selama 5 menit serta pengenceran seri yang
kurang cuma sampai 103 mungkin bias sampai 106 seri
pengenceranya.
Dalam mikrobiologi
, pembentuk koloni Unit (CFU) adalah perkiraan yang layak bakteri
atau jamur
angka. Tidak seperti langsung mikroskopis
jumlah mana semua sel, mati dan hidup, dihitung, CFU memperkirakan sel layak.
Munculnya koloni terlihat membutuhkan pertumbuhan yang signifikan dari sel awal
berlapis - pada saat menghitung koloni itu tidak mungkin untuk menentukan
apakah koloni muncul dari satu sel atau 1.000 sel. Oleh karena itu, hasilnya
diberikan sebagai CFU / mL (unit pembentuk koloni per mililiter) untuk cairan,
dan CFU / g (unit pembentuk koloni per gram) untuk padatan untuk mencerminkan
ketidakpastian ini (bukan sel / mL atau sel / g ). (Wikipedia, 2012).
E. KESIMPULAN DAN SARAN
Adapun kesimpulan dari praktikum ini
adalah penghitungan bakteri
dengan metoda hitungan cawan dilakukan karena mempunyai kelebihan yakni mudah
dan efektif dalam proses penghitungan mikroba dan juga bakteri yang dihitung
adalah bakteri yang tumbuh saja. Sedangkan kekurangannya yakni bahan yang digunakan
relatif lebih banyak. Hasil pengenceran bakteri dapat dikatakan berhasil karena semakin besar pengencerannya maka jumlah koloni bakteri
yang tumbuh akan semakin kecil terkait konsentrasi bakteri yang semakin kecil
pula, namun jumlah bakteri yang tumbuh semakin besar karena dikalikan
dengan faktor pengencernya.
Sedangkan saran yang dapat diberikan adalah
sebagai berikut:
1. Pengguanaan waktu yang lebih efisien
lagi
2. Dalam pelaksanaan praktikum dilakukan
dengan lebih teliti lagi agar tebaca.
3. Penganan seperti spread media,
pengenceran lebih teliti.
4. Saat penggunaan spektrofotometer harap
lebih jelaskan lagi spesifikasi spektrofotometer cara kerja, system dan bila
dapat diizinkan praktikan boleh menggunakan secara langsung namun dalam
pengawasan.
5. Serta peningkatan tanggung jawab yang
lebih baik lagi dari semua segi aspek, agar mutu pengajaran dan pembelajaran
semakin menikat.
DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro,
D. 1994. Dasar dasar mikrobiologi.
Jakarta: Djambatan.
Fardiaz,
Srikandi. 1992. Mikrobiologi Pangan
1. Gramedia: Jakarta.
Gobel, Risco,
B., dkk., 2008. Mikrobiologi Umum Dalam
Prakte. Universitas Hasanuddin: Makassar.
Hadioetomo, R.
1990. Mikrobiologi Dasar-Dasar Dalam
Praktek. Gramedia: Jakarta.
Hildan. 2011. http://hildan09.student.ipb.ac.id/2011/03/26/spektrofotometer-ipbbiokimia/.
Diakses pada Oktober 2012.
Pelczar,
Michael, J. 1986. Dasar- Dasar
Mikrobiologi. Universitas Indonesia: Jakarta.
Penn, C. 1991. Handling laboratory microorganism. Open university: Milton Keynes.
Sutedjo, M. 1991. Mikrobiologi tanah. Renika cipta: Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar