Selasa, 19 Maret 2013

PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI: PEWARNAAN BAKTERI





PEWARNAAN BAKTERI
Laporan Praktikum Mikrobiologi Air (BDI206)



Disusun Oleh
Widi Indra Kesuma
1114111058











PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2012



HALAMAN PENGESAHAN


Nama Mahasiswa       : Widi Indra Kesuma
No. Pokok Mhs           : 11141110058
Program Studi             : Budidaya Perairan/Perikanan
Fakultas                      : Pertanian
Judul Praktikum          : Pewarnaan Bakteri
Tempat                        : Laboratorium Budidaya Perairan
Waktu Praktikum        : Selasa, 16 Oktober 2012
Kelompok                    : 3 (tiga)





Bandar Lampung, 16 Oktober 2012





Npm.


Catatan
Nilai






LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI AIR (BDI 206)
Pewarnaan Bakteri
Disusun Oleh :
Widi Indra Kesuma ( Npm. 1114111058)
Jurusan Budidaya Periaran/Perikanan
Fakultas Pertanian
Universitas Lampung
2012

Abstrak
Sebuah praktikum telah selesai dilakukan di Laboratorium Perikanan Unila. Tujuann praktikum ini adalah agar mahasiswa perikanan UNILA yang mengikuti matakuliah mikrobiologi air mampu melakukan berbagai pewarnaan bakteri sesuai dengan peruntukannya. Melihat dan mengamati bakteri dalam kedaan hidup sangat sulit, karena selain bakteri itu tidak berwarna juga transparan dan sangat kecil. Untuk mengatasi hal tersebut maka dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel bakteri ini merupakan salah satu cara yang paling utama dalam penelitian-penelitian mikrobiologi. Prinsip dasar dari pewarnaan ini adalah adanya ikatan ion antara komponen seluler dari bakteri dengan senyawa aktif dari pewarnaan yang disebut kromogen. Terjadi ikatan ion karena adanya muatan listrik baik pada komponen seluler maupun pada pewarnaan. Berdasarkan adanya muatan ini maka dapat dibedakan pewarna asam dan pewarna basa.Hasil dari praktikum ini didapatkan bahwa dari masing-masing media agar dapat ditemukan Bakteri. Dalam pewarnaan sederhana hanya dapat dilihat Bakteri secara umum. Sedangkan pada pewarnaan gram dapat mengetahui gram positif dan negative. Bakteri gram positif berwarna ungu atau biru dan Bakteri gram negative berwarna merah.
Kata kunci : pewarnaan sederhana, Bakteri, gram positif, gram negative, zat warna
A.   PENDAHULUAN
Bakteri memiliki beberapa bentuk yaitu basil (tongkat), coccus, spirilum. Bakteri yang berbentuk tongkat maupun kokus dibagi menjadi beberapa macam. Pada bentuk basil pembagiannya yaitu basil tunggal, diplobasil, dan tripobasil.Sedangkan pada coccus dibagi menjadi monococcus, diplococcus, sampai stophylococcus. Khusus pada spirilum hanya dibagi dua yaitu setengah melengkung dan melengkung (Dwidjoseputro.1998).
Melihat dan mengamati bakteri dalam kedaan hidup sangat sulit, karena selain bakteri itu tidak berwarna juga transparan dan sangat kecil. Untuk mengatasi hal tersebut maka dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel bakteri ini merupakan salah satu cara yang paling utama dalam penelitian-penelitian mikrobiologi (Dwidjoseputro.1998).
Zat warna yang mengabsorbsi  dan membiaskan cahaya sehingga kontras mikroorganisme dengan sekelilingnya ditingkatkan. Penggunaan  zat warna  memungkimkan pengamatan struktur sel seperti spora, flagella dan bahan  inklusi yang mengandung zat pati dan granua fosfat. Pewarnan yang digunakan untuk melihat alah satu struktur sel disebut pewarnaan khusus, sedangkan  pewarnaan yang digunakan untuk memilah organisme disebut pewarnaan diferensial. Pewarnaan gram merupakan contoh pewarnaan diferensial  yang mmilah bakteri menjadi dua yaitu kelompok gram positif dan gram negatif (Lay W. Bibiana.1994).
Prinsip dasar dari pewarnaan ini adalah adanya ikatan ion antara komponen seluler dari bakteri dengan senyawa aktif dari pewarnaan yang disebut kromogen. Terjadi ikatan ion karena adanya muatan listrik baik pada komponen seluler maupun pada pewarnaan. Berdasarkan adanya muatan ini maka dapat dibedakan pewarna asam dan pewarna basa.
Zat warna yang digunakan  daam pewarnaan bersifat basa atau asam. Pada zat yang basa , bagian  yang berperan dalam memberikan warna  disebut kromofor dan mempunyai muatan postif. Sebaliknya, pada zat warna asam, bagian yang memberikan zat warna  mempunyai muatan negatif. Zat warna yang basa lebih banyak digunakan  karena muatan negatif banyak ditemukan pada dinding sel, membrane sel sitoplasma sewaktu proses pewarnaan. Muatan positif pada zat warna basa akan berikatan dengan muatan negatif dalam sel, sehingga mikroorganisme jeas terlihat (Lay W. Bibiana.1994).
Teknik Pewarnaan bukan pekerjaan yang sulit tapi perlu ketelitian dan kecermatan bekerja serta mengikuti aturan dasar yang berlaku (Lay.1994)
Oleh karena itu yang melatar belakangi praktek ini yaitu untuk mengetahui teknik pewarnaan mikroorganisme sehingga mempermudah dalam melihat bagian-bagian bakteri. Diharapkan dengan percobaan ini, mahasiswa mampu melakukan berbagai pewarnaan bakteri sesuai dengan peruntukannya.



B.  TINJAUAN PUSTAKA
Mikroorganisme sulit dilihat dengan mikroskop cahaya, karena tidak mengabsobsi maupun tidak mebiaskan cahaya. Alasan inilah yang menyebabkan  zat warna digunakan untuk mewarnai mikroorganisme atau latar belakangnya. Zat warna yang mengabsorbsi  dan membiaskan cahaya sehingga kontras mikroorganisme dengan sekelilingnya ditingkatkan. Penggunaan  zat warna  memungkimkan pengamatan struktur sel seperti spora, flagella dan bahan  inklusi yang mengandung zat pati dan granua fosfat. Pewarnan yang digunakan untuk melihat alah satu struktur sel disebut pewarnaan khusus, sedangkan  pewarnaan yang digunakan untuk memilah organisme disebut pewarnaan diferensial. Pewarnaan gram merupakan contoh pewarnaan diferensial  yang mmilah bakteri menjadi dua yaitu kelompok gram positif dan gram negatif (Lay W. Bibiana.1994).
Berikut ini adalah contoh Bakteri yang dominan pada masing-masing media:
a.      Air laut
1.      Pseudomonas sp
Pseudomonas sp merupakan bakteri hidrokarbonoklastik yang mampu mendegradasi berbagai jenis hidrokarbon. Keberhasilan penggunaan bakteri Pseudomonas dalam upaya bioremediasi lingkungan akibat pencemaran hidrokarbon membutuhkan pemahaman tentang mekanisme interaksi antara bakteri Pseudomonas sp dengan senyawa hidrokarbon.
             Pseudomonas sp merupakan bakteri berbentuk batang, bersifat gram negatif, mempunyai flagel, tidak berkapsul. Membentuk pigmen biru yang meresap masuk dalam perbenihan terdiri dari zat : flouresens warna hijau yang larut dalam air dan pyocianin warna biru kehijauan larut dalam kloroform. Bakteri ini hanya menguraikan glukosa dan tumbuh pada semua jenis media (Anonim, 2011).

2.      Vibrio harvey
Vibrio harveyi adalah spesies Gram-negatif , bercahaya , kelautan bakteri dalam genus Vibrio . V. harveyi berbentuk batang, motil (via flagella polar), fakultatif anaerob, halofilik, dan kompeten untuk metabolisme baik fermentasi dan pernapasan. Mereka tidak tumbuh pada suhu 4 ° C atau di atas 35 ° C. V. harveyi dapat ditemukan berenang bebas di perairan laut tropis, commensally dalam mikroflora usus kelautan hewan, dan baik sebagai primer dan patogen oportunistik hewan laut, termasuk Gorgonian karang , tiram , udang , lobster , yang snook umum , barramundi , turbot , bandeng , dan kuda laut . V. harveyi bertanggung jawab untuk vibriosis bercahaya, penyakit yang mempengaruhi udang penaeid komersial bertani. Selain itu, berdasarkan sampel yang diambil oleh kapal laut-pergi, V. harveyi dianggap penyebab efek susu laut , di mana, pada malam hari, cahaya biru seragam dipancarkan dari air laut . Beberapa bersinar dapat mencakup hampir 6.000 mil persegi (16.000 km) (Anonim, 2011).

b.      Air tambak
1.      Salmonella
Salmonella adalah suatu genus bakteri enterobakteria gram-negatif berbentuk tongkat yang menyebabkan tifoid, paratifod, dan penyakit foodborne. Spesies-spesies Salmonella dapat bergerak bebas dan menghasilkan hidrogen sulfida. Salmonella dinamai dari Daniel Edward Salmon, ahli patologi Amerika, walaupun sebenarnya, rekannya Theobald Smith (yang terkenal akan hasilnya pada anafilaksis) yang pertama kali menemukan bakterium tahun 1885 pada tubuh babi (Anonim, 2011).

2.      Edward Tarda
Edwardsiella tarda adalah spesies pertama kali yang berhasil diidentifikasi dari genusEdwardsiella, dan diberi nama setelah seorang ahli mikrobiologi terkenal bernama PR Edwards. E. tarda awalnya bernama Edwardsiella anguilimortifera, tapi itu akhirnya berubah menjadi E. tarda karena nama ini lebih sering digunakan dalam laporan ilmiah. E. tardaadalah basil Gram-negatif dari Family Enterobacteriaceae dan pertama kali ditemukan pada tahun 1965 (Health, 2001). E. tarda memiliki banyak sifat yang merupakan ciri khas dari banyak enterobacteria seperti E. coli. Karakteristik ini memiliki ciri anaerob fakultatif, berbentuk batang, dan motil. Motilitas karena bakteri ini mempunyai peritrichous flagela. Ciri lain yaitu positif pada fermentasi glukosa, tetapi negatif pada fermentasi laktosa dan tidak mampu tumbuh pada D-manitol atau D-sorbitol, juga hasil oksidase-negatif dan katalase-positif.  Meskipun Edwardsiella tarda telah ditemukan lebih dari tiga puluh tahun yang lalu, namun masih sangat sedikit informasi yang diketahui tentang bakteri ini. E. tarda dikenal dalam hal bakteri yang menyebabkan penyakit pada manusia dan ikan, keduanya yang berpotensi bisa berakibat fatal jika tidak diobati. Sebagai patogen pada ikan, bakteri ini penting untuk diketahui pada budidaya dan industri perikanan, peternakan ikan terutama untuk tujuan komersial. Beberapa penelitian mulai fokus menggunakan metode proteomikdan teknik molekuler untuk menjelaskan mekanisme pathogenesis Edwardsiella tarda. Jenis analisis membantu kita lebih memahami patogenesis suatu bakteri pada umumnya, serta memberikan wawasan baru untuk memerangi penyakit (Anonim, 2011).

c.      Air kolam
1.      Myco bacterium
Mycobacterium tidak memiliki pigmen kecuali apabila ditumbuhkan paa media telur(egg medium) yang dipertebal dan terkena sinar matahari akan menghasilkan koloni bewarna kuning. Koloni berbentuk bulat, cembung di tengah dan rata pada bagian pinggirnya. Suhu optimum pertumbuhannya adalah sekitar 25 – 35 °C, tetapi masih dapat tumbuh dengan baik pada suhu 18 -20 °C. Bakteri ini tidak dapat tumbuh pada suhu di lebih dari 37 °C.
Infeksi mycobacterium pada ikan mungkin saja menimbulkan atau tidak menimbulkan munculnya gejala-gejala klinis eksternal. Ikan yang terserang penyakit Histopatologijaringan yang terinfeksi Mycobacteriosis, B. Lesi granuloma pada tuberculosis ini dapat menunjukan berbagai gejala-gejala klinis yang berbeda.
Pada umumnya ikan yang terinfeksi akan cenderung memisahkan diri dari kelompok besamya dan berada di sudut-sudut tempat penampungan atau kolam, bersembunyi, dan berada dalam air dengan posisi kepala di bawah. Ikan juga akan kehilangan nafsu makan dan menjadi kurus. Pada beberapa jenis ikan ditemukan ulser-ulser pada jaringan otot tepat di bawah kulit yang terinfeksi, kelainan pigmen dan tulang belakang, atau terhambat pertumbuhannya. Selain itu, ikan yang terinfeksi mengalamieksopthalmus unilateral atau bilateral (Anonim, 2011).
2.      Aeromonas salmonicida
Aeromonas salmonicida merupakan bakteri gram negatif, Bakteri gram-negatif adalahbakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil ungu pada metode pewarnaan Gram  A.Salmonicida berbentuk batang pendek ( 1,3-2,0 x 0,8-1,3 µm ), non motil atau tidak bergerak, tidak membentuk spora, fakultatif anaerob, resisten terhadap 0/129, pertumbuhan optimum pada suhu 22C, G+C ratio 57-63%, memproduksi brown pigmen yang diffusible (untuk strain typical). Koloni bakteri ini berwarna putih, kecil, bulat, dan cembung. Strain typical dapat menghasilkan pigmen coklat yang akan lebih kelihatan apabila medium ditambah dengan tyrosine atau phenylalanine.  Pada media dengan kandungan asam amino tinggi pigmen coklat akan jelas kelihatan pada umur kultur 48 jam.  Secara biokimia bakteri ini mempunyai sifat-sifat : oksidase positif dan memfermentasi glukosa (Anonim, 2011).
d.      Air kolam ikan lele
1.      Streptococcus agalactiae
Bakteri Streptococcus agalactiae (Strain difficilis)merupakan salah satu jenis  bakteri patogen pada ikan. Infeksi Streptococcus spp. pada ikan mengakibatkan
penyakit yang disebut “syndrome meningoencephalitis dan panophthalmitis” dengan gejala umum seperti: lemah, warna gelap, hilang nafsu makan, disorientasi Daenuri dan Sinaga – Patogenesitas Streptococcus agalactiae dan Streptococcus iniae pada Ikan Nila 590 atau hilang keseimbangan, uni/bilateral exophthalmia dengan kornea mata berwarna pucat, pendarahan pada bagian eksternal serta luka. Organ internal menunjukkan gejala adanya ascites, pembengkakan limpa, ginjal, hati dan organ dalam lainnya (Yanong and Floyd, 2002). Selanjutnya dikatakan bahwa pada budidaya ikan nila, infeksi jenis bakteri tersebut dapat bersifat akut yang mengakibatkan kematian massal (> 50%) dalam tempo 3-7 hari, atau kematian berpola kronik yang persisten selama beberapa minggu. Austin and Austin (2007) menyatakan bahwa jenis-jenis ikan yang telah diketahui rentan terhadap penyakit tersebut antara lain ikan nila (Oreochromis niloticus), mas (Cyprinus carpio), rainbow trout (Salmo gairdneri), dan silver pomfret (Pampus argenteus) (Anonim, 2011).

2.      Salmonella
Salmonella adalah penyebab utama dari penyakit yang disebarkan melalui makanan (foodborne diseases). Pada umumnya, serotipe Salmonella menyebabkan penyakit pada organ pencernaan. Salmonella adalah suatu genus bakterienterobakteria gram-negatif berbentuk tongkat yang menyebabkan tifusparatifus, dan penyakit foodborne. Spesies-spesies Salmonella dapat bergerak bebas dan menghasilkanhidrogen sulfida.
Ikan laut yang terserang bakteri Salmonella biasanya berlendir, nafsu makan turun, terdapat bercak-bercak pada tubuhnya, biasanya berwarna merah.
Apabila ikan yang tercemar salmonella dikonsumsi akan mengakibatkan diare, keram perut, dan demam dalam waktu 8-72 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi oleh Salmonella. Gejala lainnya adalah demamsakit kepalamual dan muntah-muntah (Anonim, 2011).


e.      Air sumur
1.      Shigella
Shigella merupakan bakteri gram negatif, bersifat fakultatif anaerob tapi paling baik tumbuh secara aerob. OrganismeShigella adalah batang pendek, koloninya koveks, bulat transparan, tidak membentuk spora. Pertumbuhan optimum terjadi pada suhu 37oC dalam keadaan aerobik. Shigellatermasuk bakteri patogen di usus manusia dan primata penyebab shigella (disentri basher). Tanda-tanda ikan yang terkenal bakteri Shigella biasanya tidak terlihat, namun dapat dilihat dari gerakan ikan yang kurang lincah, sisik ikan terlepas dan pengapuran pada bagian mata.
Mengkonsumsi ikan laut yang tercemar bakteri tersebut akan mengakibatkan gejala muntah, nyeri usus dan keram. Pada kasus yang lebih parah kotoran mengandung darah dan lendir (disenteri) sebagai akibat adanya ulserasi pada mukosa usus. Gejalanya mulai 1-3 hari setelah terinfeksi dan kejadian penyakit ini biasanya berlangsung 4-7 hari, tetapi ada kalanya dapat berlangsung lebih lama. Setelah masa inkubasi yang pendek (1-2 hari), ada serangan tiba-tiba berupa sakit perut, demam dan diare cair (Anonim, 2011).

2.      Clostridium botulinum
Clostridium botulinum merupakan bakteri berbentuk batang, anaerobik (tidak dapat tumbuh di lingkungan yang mengandung oksigen bebas), Gram-positif, dapat membentuk spora, dan dapat memproduksi racun syaraf yang kuat. Sporanya tahan panas dan dapat bertahan hidup dalam makanan dengan pemrosesan yang kurang sesuai atau tidak benar. Ada tujuh tipe botulisme (A, B, C, D, E, F dan G) yang dikenal, berdasarkan ciri khas antigen dari racun yang diproduksi oleh setiap strain. Tipe A, B, E, dan F dapat menyebabkan botulisme pada manusia. Tipe C dan D menyebabkan sebagian besar botulisme pada hewan. Hewan yang paling sering terinfeksi adalah unggas liar dan unggas ternak, sapi, kuda, dan beberapa jenis ikan. Walaupun tipe G telah diisolasi dari tanah di Argentina, belum ada kasus yang diketahui disebabkan oleh strain ini (Anonim, 2011).

f.       Air aquarium
1.      Renibacterium salmoninarum 
Renibacterium salmoninarum yang dikenal sebagai penyebab “kidney disease” adalah bakteri yang berbentuk batang pendek dengan ukuran 0,3-1,5 x 0, 1-1,0 µm, bersifat gram positif, tidak bergerak, tanpa kapsul, sering terdapat berpasangan dan bersifat aerob. Bakteri ini dapat dijumpai di lingkungan air tawar maupun air laut dengan suhu optimal pertumbuhannya antara 15-18oC, sedangkan pada suhu 25oC perturnbuhannya akan terhambat (Anonim, 2011).
2.      Nocardia sp.
Nocardia sp. adalah bakteri yang bentuknya bervariasi yaitu bulat, oval dan batang berfilamen, dengan ukuran diameter 0,5-1,2 µm, bersifat gram positif, bergerak, tidak membentuk kapsul dan bersifat aerob. Bakteri ini tersebar di alam termasuk di air dan tanah. Suhu optimal bagi pertumbuhan Nocardia asteroides antara 28-35oC, sedangkan N. kampachi tidak tumbuh pada suhu 10oC atau 37oC (Anonim, 2011).
g.      Air PDAM
1.      Pasteurella piscicida 
Pasteurella piscicida berbentuk batang pendek, berukuran 0,6-1,2 x 0,8-2,6 µm, bersifat gram negatif, tidak bergerak, tidak membuat kapsul maupun spora dan bersifat fakultatif anaerob. Bakteri ini dapat hidup di lingkungan air laut dengan kisaran suhu untuk pertumbuhannya 10-39oC. Umumnya yang diisolasi dari ikan dapat tumbuh baik pada suhu 25oC. (Anonim, 2011).
2.      Listeria monocytogenes
Bakteri ini merupakan bakteri Gram-positif, dan motil/bergerak dengan menggunakan flagella. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa 1-10% manusia mungkin memiliki L. monocytogenes di dalam ususnya. Bakteri ini telah ditemukan pada setidaknya 37 spesies mamalia, baik hewan piaraan maupun hewan liar, serta pada setidaknya 17 spesies burung, dan mungkin pada beberapa spesies ikan dan kerang. Bakteri ini dapat diisolasi dari tanah, silage (pakan ternak yang dibuat dari daun-daunan hijau yang diawetkan dengan fermentasi), dan sumber-sumber alami lainnya. Sebagai bakteri yang tidak membentuk spora, L. monocytogenes sangat kuat dan tahan terhadap efek mematikan dari pembekuan, pengeringan, dan pemanasan. Sebagian besar L. monocytogenes bersifat patogen pada tingkat tertentu (Anonim, 2011).

Streptococcus
Streptococcus adalah bakteri spheris Gram positif yang khasnya berpasangan atau membentuk rantai selama pertumbuhannya. Beberapa kelompok streptococcus adalah flora normal manusia. Streptococcus menghasilkan berbagai enzim dan substansi ekstraseluler.
Streptococcus merupakan kelompok bakteri yang heterogen, dan tidak ada sistem yang dapat mengklasifikasikannya. Dua puluh spesies, termasuk Streptococcus pyogenes (Grup A), Streptococcus agalactie (Grup B), dan Enterococci (Grup D) memiliki ciri-ciri dengan kombinasi gambaran: sifat pertumbuhan koloni, pola hemolisis pada agar darah (α hemolisis, β hemolisis, atau tidak ada hemolisis), komposisi antigenik pada substansi dinding sel grup-spesifik, dan reaksi biokimia. Tipe Streptococcus pneumoniae (pneumococcus) diklasifikasikan lebih lanjut berdasarkan komposisi antigenik polisakarida kapsuler (Quelung Tes). (Anonim, 2011).


C.  MATERI DAN METODE
Praktikum ini dilakukan pada pukul 11.30 WIB di laboratorium Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada tanggal 16 Oktober 2012. Sedangkan alat yang digunakan pada praktikum ini adalah kertas saring, penjepit tabung reaksi, kaca preparat, pipet tetes, mikroskop, Bunsen, dan jarum ose. Dan bahan yang digunakan adalah Bakteri Streptococcus, Bakteri dalam media agar yang bersumber dari air kolam, air PDAM, air kolam lele, air aquarium, air laut dan air tambak, selain itu bahan yang lain yaitu larutan biru metilen (MB 1%), larutan kristal violet, larutan lugol, larutan aseton alkohol (larutan pemucat), larutan safranin, minyak imersi dan aquades.

Praktikum ini melalui beberapa tahap yaitupewarnaan sederhana dan pewarnaan gram. Adapun prosedur kerja praktikum ini sebagai berikut :
a.   Pewarnaan Sederhana
1.   Buat preparat ulas dengan cara member setetes aquades yang telah steril ke atas kaca preparat.
2.   Ambil biakan bakteri dari biakan yang telah dibuat sebanyak 1 ose, lalu oleskan bakteri di aquades secara merata dan setipis mungkin. Saat mengambil biakan harus dilakukan di dekat bunsen yang menyala.
3.   Jepit kaca preparat dengan penjepit tabung reaksi, lalu fiksasi di atas api sampai preparat kering.
4.   Beri larutan biru metilen 1% selama 30 detik.
5.   Cuci/siram dengan aquades, keringkan secara hati-hati dengan kertas saring.
6.   Amati di bawah mikroskop.

b.   Pewarnaan Gram
1.    Buat preparat ulas dengan cara member setetes aquades yang telah steril ke atas kaca preparat.
2.    Ambil biakan bakteri dari biakan yang telah dibuat sebanyak 1 ose, lalu oleskan bakteri di aquades secara merata dan setipis mungkin. Saat mengambil biakan harus dilakukan di dekat bunsen yang menyala.
3.    Jepit kaca preparat dengan penjepit tabung reaksi, lalu fiksasi di atas api sampai preparat kering.
4.    Beri larutan Kristal violet selama 30 detik.
5.    Cuci/siram dengan aquades, selama 5 detik.
6.    Beri larutan lugol selama 1 menit.
7.    Cuci dengan aquades selama 5 detik.
8.    Beri larutan pemucat selama 10-20 detik. Lakukan setetes demi setetes sampai kristal violet hilang dari preparat. Perhatikan waktu, pemucatan yang terlalu lama akan menyebabkan hasil pewarnaan yang menyimpang.
9.    Cuci dengan aquades selama 5 detik.
10.  Beri larutan safranin selama 15 detik.
11.  Cuci dengan aquades selama 5 detik, kemidian keringkan dengan kertas saring.
12.  Perhatikan warna akhir yang terbentuk. Organisme gram positif akan berwarna ungu atau biru, sedangkan organisme gram negatif akan berwarna merah muda atau merah.
13.  Amati di bawah mikroskop dengan penambahan minyak imersi..

D.  HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengamatan
Nama Sampel
Pewarnaan
Gambar
Keterangan
Air Laut
Sederhana


Gram


Air PDAM
Sederhana


Gram

Bakteri Streptrococcus
Sederhana


Gram

Air
Sederhana


Gram

Air Tambak
Sederhana



Gram

Air
Sederhana



Gram

Air
Sederhana


Gram


Pembahasan
Pewarnaan atau pengecatan terhadap mikroba, banyak dilakukan baik secara langsung (bersama bahan yang ada) ataupun secara tidak langsung (melalui biakan murni). Tujuan dari pewarnaan tersebut adalah pewarnaan untuk (Suriawiria, 1985):
1.            Mempermudah melihat bentuk jasad baik bakteri, ragi ataupun fungi.
2.            Memperjelas ukuran dan bentuk jasad
3.            Melihat struktur luar dan kalau memungkinkan juga struktur dalam jasad.
4.            Melihat reaksi jasad terhadap pewarna yang diberikan sehingga sifat fisik dan kimia yang ada akan dapat diketahui.
Pewarna yang digunakan pada umumnya berbentuk senyawa kimia khusus yang akan memberikan reaksi kalu mengenai bagian tubuh jasad. Karena pewarnaan tersebut berbentuk ion yang bermuatan positif ataupun negative. Sel bakteri bermuatan mendekati negatif kalau dalam keadaan pH mendekati netral. Sehingga kalau kita memberikan pewarnaan yang bermuatan positif ataupun negatif (Suriawiria, 1985).
Sel bakteri dapat teramati dengan jelas jika digunakan mikroskop dengan perbesaran 100x10 yang ditambah minyak imersi. Jika dibuat preparat ulas tanpa pewarnaan, sel bakteri sulit terlihat. Pewarnaan bertujuan untuk memperjelas sel bakteri dengan menempelkan zat warna ke permukaan sel bakteri. Zat warna dapat mengabsorbsi dan membiaskan cahaya, sehingga kontras sel bakteri dengan sekelilingnya ditingkatka. Zat warna yang digunakan bersifat asam atau basa. Pada zat warna basa, bagian yang berperan dalam memberikan warna disebut kromofor dan mempunyai muatan positif. Sebaliknya pada zat warna asam bagian yang berperan memberikan zat warna memiliki muatan negatif. Zat warna basa lebih banyak digunakan karena muatan negatif banyak banyak ditemukan pada permukaan sel. Contoh zat warna asam antara lain Crystal Violet, Methylene Blue, Safranin, Base Fuchsin, Malachite Green dll. Sedangkan zat warna basa antara lain Eosin, Congo Red dll (Irawan, 2008).
Zat warna adalah senyawa kimia berupa garam-garam yang salah satu ionnya berwarna. Garam terdiri dari ion bermuatan positif dan ion bermuatan negatif. Senyawa-senyawa kimia ini berfungsi untuk membedakan bakteri-bakteri karena reaksinya dengan sel bakteri akan memberikan warna berbeda. Perbedaan inilah yang digunakan sebagai dasar pewarnaan bakteri (Sutedjo , 1991).
Pengecatan Gram merupakan salah satu teknik pewarnaan yang digunakan untuk mengidentifikasi bakteri (mikroorganisme). Zat warna yang digunakan pada pengecatan Gram meliputi crystal violet , yodium , alkohol dan safranin. Fungsi dari masing-masing zat warna tersebut adalah :
1. Crystal Violet
Berwarna ungu. Merupakan pewarna primer (utama) yang akan memberi warna mikroorganisme target. Crystal Violet bersifat basa sehingga mampu berikatan dengan sel mikroorganisme yang bersifat asam , dengan begitu sel mikroorganisme yang transparan akan terlihat berwarna (Ungu).
2. Yodium
Merupakan pewarna Mordan , yaitu pewarna yang berfungsi memfiksasi pewarna primer yang diserap mikroorganisme target. Pemberian yodium pada pengecatan Gram dimaksudkan untuk memperkuat pengikatan warna oleh bakteri.
3. Alkohol
Solven organik yang berfungsi untuk membilas atau melunturkan kelebihan zat warna pada sel bakteri (mikroorganisme). Pemberian alkohol pada pengecatan ini dapat mengakibatkan terjadinya dua kemungkinan :
1. Mikroorganisme (bakteri) akan tetap berwarna ungu
2. Bakteri menjadi tidak berwarna
4. Safranin
Safranin merupakan pewarna tandingan atau pewarna sekunder. Zat ini berfungsi untuk mewarnai kembali sel-sel yang telah kehilangan pewarna utama setelah perlakuan dengan alkohol. Dengan kata lain , memberikan warna pada mikroorganisme non target (Wahyuningsih , 2008).
Berikut ini adalah macam - macam pewarnaan bakteri untuk melihat atau mengidentifikasi bakteri secara mikroskopis. Sebenarnya yang sering digunakan adalah pengecatan gram namun tidak ada salahnya jika mempelajari pewarnan lainnya agar lebih spesifik jika ingin meng indentifikasi bakteri semoga bermanfaat.

1.Pewarnaan Negatif
Tujuan : Mempelajari penggunaan prosedur pewarnaan negatif untuk mengamati morfologi organisme yang sukar diwarnai oleh pewarna pewarna sederhana.
Prinsip : Pewarnaan negatif memerlukan pewarna asam seperti eosin atau negrosin.pewarna asam memiliki negatif charge kromogen,tidak akan menembus atau berpenetrasi ke dalam sel karena negative charge pada permukaan bakteri.oleh karena itu,sel tidak berwarna mudah dilihat dengan latar belakang berwarna.

2.Pewarnaan Sederhana
Tujuan : Mempelajari kegunaan pewarnaan untuk mempertinggi kontras antara sel dan sekelilingnya dan mengamati ciri ciri bakteri.
Prinsip : Pada pewarnaan sederhana,bakteri diwarnai oleh reagen tunggal.pewarna dasar dengan kromogen muatan positif disarankan,selama asam nukleat bakteri dan komponen dinding sel membawa muatan negatif yang menyerap dengan kuat dan mengikat kation kromogenPerlu diperhatikan lamanya waktu pewarnaan tergantung pada jenis pewarna yang digunakan.Untuk karbol fuchsin membutuhkan 15-30 detik,Kristal violet 2-60 detik,dan Methilen Blue 1-2 menit

3.Pewarnaan Gram
Tujuan : Mempelajari prosedur pewarnaan Gram,memahami pentingnya setiap langkah dalam prosedur tsb,dan secara umum memahami reaksi reaksi kimiawi yang terlibat di dalam proses tersebut.
Prinsip : Bakteri dengan pewrna utama (Primary stain) yaitu dengan kristal violet atau Gentian violet akan berwarna ungu,melalui fiksasi warna dengan lugol akan menguatkan pelekatan warna utama,penambahan alcohol akan melunturkan atau memucatkan zat warna utama sehingga pada sel Gram negatif sel menjadi tidak berwarna tetapi pada sel Gram positif tidak mengalami pelunturan sehingga tetap berwarna ungu.pada pemberian pewarna tandingan (counterstain) yang berbeda dengan pewarna utama yaitu safranin menyebabkan bakteri gram negatif akan menyerap warna tsb menjadi merah.

4.Pewarnaan Tahan asam
Tujuan : Mempelajari dasar dasar kimiawi pada reaksi tahan asam dan kinerja prosedur pewarnaan tahan asam untuk membedakan bakteri tahan asam dan tidak tahan asam.
Prinsip : Pemanasan akan membantu penyerapan zat warna utama (karbol fuchsin) melalui pemberian larutan pemucat (asam alkohol) bakteri tahan asam tetap berwarna merah sedangkan pada bakteri tidak tahan asam zat warna utama akan luntur sehingga pada penambahan warna kedua (Methylen blue) bakteri akan menyerap zat warna tersebut (biru).

5. Pewarnaan Spora
Tujuan : Mengenal dasar dasar kimiawi pada pewarnaan spora dan kinerja dari prosedur untuk membedakan spora bakteri dan bentuk vegetatif.
Prinsip : Pemanasan akan mengembangkan lapisan luar spora sehingga zat warna utama dapat masuk masuk ke dalam spora sehingga berwarna hijau.melalui pendinginan warna utama akan terperangkap di dalam spora,dengan pencucian zat warna utama yang ada pada sel vegetatif akan terlepas sehingga pada saat pewarnaan kedua (safranin), sel vegetatif akan berwarna merah (Kurniawan, 2010)

Pewarnaan gram merupakan pewarnaan diferensial yang sangat berguna dan paling banyak digunakan dalam laboratorium mikrobiologi. Pewarnaan itu merupakan tahap penting dalam pencirian dan identifikasi bakteri (Lay,1994). Pewarnaan ini didasarkan pada tebal atau tipisnya lapisan peptidoglikan di dinding sel dan banyak sedikitnya lapisan lemak pada membran sel bakteri. Jenis bakteri berdasarkan pewarnaan gram dibagi menjadi dua yaitu gram positif dan gram negatif. Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang tebal dan membran sel selapis. Sedangkan baktri gram negatif mempunyai dinding sel tipis yang berada di antara dua lapis membran sel (Irawan, 2008).

Jika teknik pewarnaan tepat, Gram positif bakteri akan tampak ungu dan Gram negatif bakteri akan merah muda. Jika spesies gram terlalu pucat untuk dilihat maka disesuaikan dengan diafragma, kemudian dapat melakukan pewarnaan kedua tetapi berhenti setelah dicuci dengan air iodine. Pada bakteri gram warna ungu lebih mudah untuk mengamati. Untuk motilitas pengamatan segar akan menghasilkan jumlah bakteri yang sama dalam setetes air bawah coverslip (tidak panas, tidak ada noda) (Koning, 1994).

Pewarnaan gram memberikan hasil yang baik, bila digunakan biakan segar yang berumur 24-48 jam. Bila digunakan biakan tua, terdapat kemungkinan penyimpanan hasil pewarnaan gram. Pada biakan tua, banyak sel mengalami kerusakan pada dinding-dinding selnya. Kerusakan pada dinding sel ini menyebabkan zat warna dapat keluar sewaktu dicuci dengan lartan pemucat. Ini berarti bahwa bakteri gram positif dengan dinding sel yang rusak tidak lagi dapat memertahankan crystal violet sehingga terlihat sebagai bakteri gram negatif (Lay,1994)

Kristal violet dipakai sebagai zat warna primer dikarenakan Kristal violet mampu melekatkan bakteri pada kaca mencegah autolisis pada sel,  membuat sel-sel lebih kuat atau keras,  mencegah mengkerutnya globula-globula protein sel,  mempertinggi sifat reaktif gugusan-gugusan, membunuh bakteri secara cepat dengan tidak mengubah bentuk dan strukturnya, dan mengubah afinitas cat.

Kendala yang sering dihadapi dalam proses pewarnaan biasanya adalah kesalahan praktikan dalam membuat pewarnaan sehingga hasil pewarnaan terlalau tebal dan sulit diamati.
E.    KESIMPULAN DAN SARAN
Adapun kesimpulan yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
1.    Pewarnaan bertujuan agar  bakteri dapat terlihat oleh mikroskop, karena pada dasrnya bakteri tidak memiliki zat warna.
2.    Pewarnaan bakteri dipengaruhi faktor-faktor antara lain fiksasi, pelunturan warna, substrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup
3.    Perbedaan pada garam negatif dan gram positif terletak pada warnanya pada gram positif berwarna ungu kareana dapat mempertahankan zat pewarna kristal violet serta perbadaan terjadi pada dinding selnya
Adapun saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :
1.    Upayakan terlebuh dahulu kebersihan dan sterilisasi parktikan sebelum melakaukan praktikum agar tidak terjadi kontaminasi
2.    Fasilitas yang ada di laboratorium mohon di tambah untuk menunjang pelaksanaan praktikum.
3.    Lebih efektif lagi antar asisten dan praktikan dalam melakukan praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N. A. Dan Reece, J. B., 2005. Biologi Jilid 2. Erlangga. Jakarta.
Hadioetomo, R, S., 1990. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Gramedia. Jakarta.
Irawan, 2008. Teknik Pewarnaan Mikroba. http://wordbiology.wordpress.com. Diakses pada 21 Oktober 2012
Kurniawan. 2010. http://kurniawan-sodikin.blogspot.co.id/macam-macam-strainng-pewarnaan-bakteri/2010/html.
Lay w. Bibiana.1994.Analisis Mikroba di Laboratorium.PT RajaGrafindo Persada:Jakarta.
Pelczar, M. W., 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi 1. UI Press. Jakarta.
Sugiharto, Bowo. 2008. Menggagas Penerapan Bioteknologi Berbasis Mikroba. (online)http//www.google.com. diakses 21 Oktober 2012.

Suwandi, Usman. 2003. Peran Media untuk Identifikasi Mikroba Patogen. (online) http//www.google.com. diakses 21 Oktober 2012.
Suriawiria, U., 1985. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek. Gramedia. Jakarta.
Volk, W. A. dan Margareth F. W., 1998. Mikrobiologi Dasar Jilid I. Jakarta : Erlangga.
Wahyuningsih . 2008 . Pengecatan Gram . Universitas Jenderal Soedirman , Fakultas Pertanian : Purwokerto.











LAMPIRAN

Tidak ada komentar: