Sabtu, 16 November 2013

ROTIFERA



Nama : Widi Indra Kesuma
Npm    : 1114111058
LEMBAR KERJA 2. KARAKTERISTIK ROTIFERA

Karakteristik
Uraian
Bentuk tubuh
Tubuh rotifera dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu bagian anterior yang pendek, badan yang besar dan kaki. Dibagian anterior terdapat corona dan mastax yang merupakan ciri khas filum Rotifera. Bentuk badan bulat atau selindris. Pada bagian badan(trunk) terdapat tiga buah tonjolan kecil yaitu sebuah atau sepasang antena dorsal dan 2 buah antena lateral. Pada unjung antena biasanya terdapat terdapat bulu-bulu sebagian alat indera.
Corona
Corona terdiri atas daerah sekitar mulut yang bercilia, dan cilia ini melebar di seputar tepi anterior hingga seperti bentuk mahkota.
Eksterior dan kutikula
Sebuah kaki yang langsing terletak di ujung posterior. Kultikula pada kaki acapkali berkerut-kerut sehingga tampak seperti beruas-ruas, yang dapat memendek dan dimasukkan ke dalam badan. Pada ujung kaki biasanya terdapat satu sampai empat buah jari, di dalam kaki terdapat kelenjar kaki (pedal gland) yang menghasilkan bahan perekat untuk menempel pada subtrat. Selain empat buah jari, jenis Bdelloidea mempunyai sepanjang taji (spur). Pada jenis yang sessile seperti Cotheca dan Floscularia, kelenjar kaki menghasilkan bahan pembentuk selubung seperti vas bunga. Kakipada jenis plankton adakalanya mengecil, lenyap atau di bagian ventral.
System pencernaan
Mulut rotifera terletak di bagian ventral dan biasanya dikeliling oleh sebagian corona. Daerahm sekitar mulut (buccal field) pada beberapa jenis Colothecacea mengalami modifikasi, melebar sedemikian rupa hingga menyerupai corong, dan mulut terletak di dasar corong. Jenis filter feeder memakan partikel organic yang lembut dengan bantuan aliran airnyang dihasilkan cilia pada corona. Makanan dari mulut dialirkan ke mastaz. Pharinx dihubungkan dengan perut oleh esofagus. Perut berbentuk tabung dan kantong, berhubungan dengan usus yang pendek dan berakhir pada anus. Jenis karnivora memakan protozoa, rotifera yang kecil dan metazoan lain. Mangsa ditangkan dengan cara dicengkram atau dijebak. Mangsa dicengkap dengan menggunakan trophy yang berbentuk seperti penjepit, atau mangsa yang terjebak di dalam corong yang bersetae akan melipat ke dalam dan berkerut, hingga mangsa masuk ke mulut.
Salivary gland
Saliva adalah suatu cairan oral yang kompleks dan tidak berwarna yang terdiri atas campuran sekresi dari kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Saliva dapat disebut juga kelenjar ludah atau kelenjar air liur. Semua kelenjar ludah mempunyai fungsi untuk membantu mencerna makanan dengan mengeluarkan suatu sekret yang disebut “salivia” (ludah atau air liur).
Mastax
Mastax ialah pharynx yang beretot yang berotot, bulat atau lonjong dan bagian dalamnya terdapat trophy, semacam rahang berkhitin. Trophi terdiri atas 7 buah gigi yang saling berhubungan.Mastax berfungsi untuk menangkap dan menggiling makanan, bentuknya beraneka asesuai dengan tipe kebiasaan makan rotifera.
Tipe tipe mastax
Ada jenis prinsip delapan trophi / mastax:
Malleate Type. Dalam jenis malleate gigi trophi beruang UNCI untuk mengunyah dan menggenggam mangsanya, seperti di Brachionus dan Epifanes, misalnya. Jenis submalleate adalah malleate dimodifikasi dan ditemukan di Euchlaris.

Virgate Type. Titik tumpu dan manubria yang memanjang dan batang-seperti. Rami yang luas, piring segitiga yang
mendukung piston dan UNCI beruang 1-2 gigi. Mangsa digenggam oleh UNCI dan isinya tersedot oleh
aksi piston atau hipofaring, yang merupakan massa otot di pusat mastax dan dioperasikan oleh otot
melekat pada posterior dari titik tumpu. Epipharynx terdiri dari satu atau lebih piring kutikula yang kaku
anterior dorsal dinding trophi virgate. Jenis trophi terjadi pada rotifera liar pelagis, misalnya banyak notommatids, Trichocercidae, Gastropodidae dan Synchaetidae.

Cardate Type. Ini trophi digunakan dalam mengisap dan ditemukan di Lindia, misalnya. Suction hasil dari gerakan
yang UNCI dan ada piston ada. Epipharynx hadir dan manubria tersebut bercabang.

Forcipate Type. Jenis trophi yang menonjol keluar dari mulut untuk memahami mangsa, seperti dalam Dicranophorus, misalnya. Itu melengkung rami dan bentuk titik tumpu struktur forsep-seperti dengan tips tajam. Potongan-potongan yang ramping dan memanjang.

Incudate Type. Jenis trophi adalah tang-seperti dengan manubria dasar. Hal ini lebih gemuk daripada jenis forcipate dan dapat menonjol keluar dari mulut dan berputar 90-180 derajat saat melakukannya. Hal ini digunakan untuk memahami mangsa dan ditemukan dalam
para asplanchnids, misalnya.

Ramate Type. Jenis trophi terjadi di Bdelloidea. Hal ini gemuk dengan mengurangi titik tumpu dan mengurangi manubria.
The UNCI besar dan piring-suka dan menanggung ridges paralel beberapa yang menggiling terhadap satu sama lain dalam sebuah pengunyahan fungsi. Variasi yang disebut tipe malleoramate terjadi pada Flosculariacea tersebut.

Uncinate Type. Titik tumpu dan manubria berkurang. The UNCI menanggung beberapa gigi. Rami yang kekar dan
subunci besar. Tipe ini terjadi di Collothecacea yang menelan mangsa. Mastax adalah sacciform dan
produktif dan trophi memainkan peran kecil.

Fulcrate Type. Jenis trophi terjadi pada Seisonacea dan terdiri dari sepotong memanjang median (titik tumpu?)
dan satu pasang daun seperti manubria melekat pada ujung anterior, dan beberapa potongan kecil tambahan
Otot
Dibawah epidermis terdapat susunan otot melingkar dan membujur, namun tidak terorganisir sebaik pltyhelninthes. Antara dinding tubuh dan organ dalam terdapat pseudocoelom yang berisi cairan dan sel-sel ameboid bercabang-cabang yang tersusun seperti jala sinsitial.
Rongga tubuh
Rotifera adalah hewan multisel dengan rongga tubuh yang sebagian dilapisi oleh mesoderm. Rongga tubuh rotifer berupa pseudocoelmate.
Syaraf sensor
Rotifera mempunyai otak yang terdiri atas massa ganglion dorsal, dan terletak di atas mastax. Dari otak keluar sejumlah pasang saraf yang menuju ke berbagai alat inra, antara lain ke mata dan ke antena. Beberapa jenis rotifera, terutama yang sessile tidak mempunyai mata. Mata yang berupa ocellus sederhana, dan berjumlah tiga hingga lima buah.
Ekskresi/ormoregulasi
Pada tiap sisi lateral terdapat sebuah protonephridium dengan 2-8 flame bul. Kedua protonephrida tersebut bersatu pada kantung kemih (bladder), yang bermuara pada bagian ventral kloaka. Isi bladder dikosongkan melalui anus dengan jalan kontraksi, dengan kecepatan satu sampai empat kali per menit. Pembuangan yang demikian cepat membuktikan bahwa fungsi protonephrida adalah sebagai osmoregulator, osmoregulator yaitu membuang kelebihan air didalam tubuh. Dalam beberapa menit dikeluarkan sejumlah cairan yang setara dengan berat tubuh rotifera tersebut.
Reproduksi
Semua rotifera dioecious. Reproduksi selalu seksual. Individu jantan selalu lebih kecil daripada betina, biasnya mengalami degenerasi yaitu tidak mempunyai alat pencernaan, hanya memiliki alat reproduksi saja. Partogenesis merupakan peristiwa yang umum terjadi. Perkawinan pada rootifera biasanya dengan jalan”hypodermic impregnation”, dimana sperma masuk melalui dinding tubuh. Tiap nukleus pada ovari menjadi sebuah telur. Kebanyakan spesies mempunyai ovari dengan sepulu sampai dua puluh nuklei, maka telur yang dihasilkan selama hidupnya tidak lebih dari jumlah tersebut.
Rotifera jantan siap melakukan perkawinan satu jam setelah menetas, kemudian akan mati. Bila tidak menemukan rotifera betina maka rotifera jantan akan mati pada umur 2-7 hari, tergantung pada jenisnya. Pada Bdelloidea, dimana tidak pernah ada jantannya reproduksi selalu dengan cara partenogenesis, yaitu betina menghasilkan telur yang menetas menjadi betina.
Pada kelas Monogononta, yang dalam keadaan tertentu ada jantannya, terdapat tiga macam telur. Tipe pertama adalah telur amictic, hasil dari partenogenesis, bercangkang tipis, diploid, tidak dapat dibuahi dan menetas menjadi betina amictic. Tipe kedua ialah telur mictic, bercangkang tipis, tetapi haploid, bila tidak dibuahi secara partenogenik akan menetas menjadi jantan yang haploid. Bila telur mictic dibuahi oleh sperma dari jantan yang haploid tersebut maka akan menjadi telur dorman., bercangkang tebal dank eras, resisten terhadap kekeringan dan lingkungan yang buruk, dan memerlukan istirahat beberapa bulan sebelum menetas. Dalam lingkungan yang baik, telur dorman menetas menjadi betina amictic dan diploid.

Perkembangan
Dari hasil penelitian Snell & Garman (1996) dalam Wahyuni (2009), menyimpulkan bahwa perkembangan rotifera secara kawin atau tidak kawin sebenarnya terjadi pada waktu yang hampir bersamaan perkawinan.
Kekeringan
Kista Rotifer dihasilkan selama fase aseksual dalam sirklus hidupnya. Kista rotifer melindungi embrio dengan menekan proses metabolisme sehingga mampu bertahan selam beberapa tahun. Kista yang dihasilkan hampir sama dengan besar telur yang dihasilkan melalui fase seksual. Namun bedanya mereka ditutupi oleh cangkang yang keras serta mereka dapat bertahan dalam lingkungan yang ekstrim. Ketika berada dalam lingkungan yang sesuai kista tersebut dapat menetas pada usia 24 atau 48 jam pada suhu 25◦C dengan pencahayaan yang cukup.
keanekaragaman
Sekitar 2200 spesies dari rotifera telah dijelaskan. Taksonomi mereka saat ini dalam keadaan fluks. Salah satu perawatan menempatkan mereka dalam filum Rotifera, dengan tiga kelas: Seisonidea , Bdelloidea dan Monogononta. Kelompok terbesar adalah Monogononta, dengan sekitar 1500 spesies, diikuti oleh Bdelloidea, dengan sekitar 350 spesies. Hanya ada dua spesies yang dikenal dari Seisonidea.

Tidak ada komentar: