Sabtu, 16 November 2013

teknik kerapu bebek



I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai potensi sumberdaya ikan yang sangat melimpah. Dalam pembangunan sektor perikanan selain sebagai penyokong kebutuhan protein hewani bagi masyarakat juga membuka lapangan kerja, menambah pendapatan masyarakat serta sebagai sumber devisa negara. Bahkan saat ini dalam kondisi krisis moneter, komoditas perikanan merupakan komoditas ekspor yang memiliki harga jual yang tinggi di pasar.
Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis) merupakan salah satu jenis ikan laut yang mempunyai prospek yang cerah dan layak dikembangkan sebagai ikan budidaya laut karena mempunyai nilai ekonomis yang tinggi dipasar lokal maupun internasional. Selain itu Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis) juga potensial untuk dibudidayakan karena pertumbuhannya relatif cepat, mudah untuk dipelihara, mempunyai toleransi yang tinggi terhadap perubahan lingkungan dan dapat dikembangkan di Keramba Jaring Apung (KJA).
Ikan kerapu bebek atau kerapu tikus (Cromileptes altivelis), sejenis ikan karang, berprospek cukup cerah karena kelezatan dagingnya. Permintaan  terus meningkat, baik untuk pasar ekspor maupun lokal. Harga jualpun sangat tinggi, bias mencapai ratusan ribu rupiag per kilogram. Peluang budidaya terbuka luas karena lahan karena lahan usaha budidaya cukup tersedia dan keuntungannya besar.
Dilihat dari prospek pasar ikan kerapu bebek yang merupakan  sebagai salah satu komoditas unggulan, maka usaha kerapu bebek bisa menjadi salah satu pilihan untuk di kembangkan, Ikan kerapu bebek selain untuk konsumsi juga bisa sebagai ikan hias saat ukuran benih atau pendederan (3-7 cm). Bentuk dan warnanya yang menarik yaitu bintik-bintik kebiru-biruan agak kuning terang sehingga enak dilihatnya.
Ikan kerapu bebek merupakan salah satu jenis ikan laut yang dapat dibudidayakan dan harganya cukup tinggi. Usaha pembesarannya dengan menggunakan keramba jaring apung (KJA) sudah dikembangkan di masyarakat,  namun konsekuensi dan perkembangan usaha pembesaran ikan kerapu bebek tersebut menuntut ketersediaan benih yang siap di tebar. Benih tersebut harus berkualitas, jumlah cukup dan terus menerus.
Salah satu tempat pendederan kerapu bebek adalah BBPBAP jepara yang telah mengembangkan teknik pendederan ikan kerapu bebek dengan penerapan tenologi pendederan sehingga menghasilkan benih ikan kerapu yang memiliki kualitas baik dan jumlah yang tersedia secara kontinyu.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pelaksanaan pembuatan laporan ini adalah sebagai berikut :
a.   Memperoleh pengetahuan, keterampilan tentang teknologi  Ikan Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis).
b.   Mengetahui persebaran dan cara hidup kerapu bebek (Cromileptes altivelis).
c.   Sebagai bahan tugas mata kuliah ikhtiologi.









II. PEMBAHASAN


2.1  Klasifikasi
Menurut Sunyoto (1994), Ikan kerapu terdapat dalam 46 spesies yang hidup di berbagai tipe habitat. Dari jumlah tersebut berasal dari 7 genus, yaitu Aethaloperca, Anyperodon, Cephalopholis, Chromileptes, Epinephelus, Plectropomus dan Variola. Dari ketujuh genus tersebut, genus Chromileptes, Epinephelus, dan Plectropomus yang sekarang digolongkan ikan komersial, dan mulai dibudidayakan. Ikan kerapu Bebek, dalam perdagangan internasional dikenal dengan nama Humback seabass, Polka-dot grouper, ataupun Hump-backed rocked.

Ikan kerapu bebek dalam perdagangan Internasional mendapat julukan sebagai Panther fish karena di sekujur tubuhnya dihiasi bintik-bintik kecil bulat berwarna hitam. Kerapu Bebek selain ikan konsumsi, yang berukuran kecil mempunyai bentuk dan penampilan yang menarik sebagai ikan hias akuarium, oleh karena itu kerapu bebek mempunyai nama lain yang cukup populer dan cantik yaitu Grace Kelly (Antoro dkk. dalam Anonimous, 1999).

Menurut Randall (1987) klasifikasi ikan kerapu bebek adalah :
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Osteichtyes        
Subclass : Actinopterigii
Ordo : Percomorphi
Subordo : Percoidea         
Family : Serranidae
Subfamili : Epinephelinae
Genus : Cromileptes
Spesies : Cromileptes altivelis


2.2  Morfologi
Ikan ini memiliki bentuk badan yang lonjong dan agak gepeng. serta bagian kepala memiliki bentuk yang mendatar, sehingga menyerupai kepala bebek. Moncongnya kelihatan meruncing seperti moncong tikus. Sirip punggung tersusun dari 10 jari-jari keras dan 17-19 jari-jari lunak, sirip dubur terdapat 3 jari-jari keras dan 10 jari-jari lunak. Ikan ini bisa mencapai ukuran panjang hingga 70 cm atau lebih namun yang umum ditangkap dan dikonsumsi kebanyakan berukuran 30-50 cm (Kordi, 2005).

Tubuh ikan ini memiliki warna dasar abu-abu dengan bintik-bintik hitam berukuran cukup besar dan terbatas jumlahnya. Warna badan bagian atas merah sawo matang, dibagian bawah keputihan dan pada seluruh tubuh baik kepala sampai ujung ekor termasuk siripnya, terdapat noda-noda berwarna coklat tua yang menyebar secara merata (Murtidjo, 2002).
      

Berkas:Panther.grouper.arp.jpg
Gambar 1. Ikan Kerapu Bebek (Chromileptes altivelis)
Ket. Gambar :       1. Mata                            7.   Sirip perut
                            2. Hidung                         8.   Sirip dubur
                            3. Mulut                            9.   Sirip ekor
                            4. Insang                          10. Gurat sisi  
                                5. Tutup insang                  11. Sirip punggung jari-jari lunak
                                6. Sirip dada                      12. Sirip punggung jari-jari keras

Morfologi kerapu bebek (Akbar dan Sudaryanto, 2001)

2.3  Habitat Dan Penyebaran
Pada umumnya, penyebaran ikan kerapu dapat dikatakan identik dengan penyebaran terumbu karang, daerah tersebut merupakan habitat utamanya (Murtidjo, 2002). Kerapu muda biasanya hidup di perairan karang pantai dengan kedalaman 0,5 – 3 meter. Setelah menginjak  dewasa berpindah ke perairan yang lebih dalam, yakni di kedalaman 7 – 40 meter. Biasanya perpindahan ini berlangsung pada siang dan sore hari (Tampubolon dan Mulyadi, 1989 dalam  Subyakto dan Cahyaningsih, 2005).

Parameter-parameter ekologis yang cocok untuk pertumbuhan ikan kerapu yaitu temperatur antara 24-31 oC, salinitasnya antara 30-33 ppt, kandungan oksigen terlarut lebih besar dari 3,5 ppm dan pH antara 7,8-8,0 (Yoshimitsu, 1986 dalam Anonimous, 1999).
Ikan kerapu tersebar luas dari wilayah Asia Pasifik termasuk Laut Merah, tetapi lebih terkenal dari teluk Persi, Hawai, atau Polinesia dan hampir seluruh perairan pulau tropis Hindia dan Samudera Pasifik Barat dari Pantai Timur Afrika sampai dengan Mozambika. Di Indonesia ikan kerapu bebek banyak didapati di daerah perairan Pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi, Pulau Buru dan Ambon dengan salah satu indikator adanya kerapu di daerah berkarang . Kerapu berkembang baik pada terumbu karang hidup maupun mati atau perairan karang berdebu dan tide pools .Dalam siklus hidup, kerapu bebek muda hidup diperairan karang pantai dengan kedalaman 3-5 m dan kerapu dewasa hidup pada kedalaman 40 – 60 m .Parameter ekologis yang cocok untuk pertumbuhan ikan kerapu yaitu pada kisaran suhu 24 – 31°C, salinitas antara 30 – 33 ppt, kandungan oksigen terlarut lebih besar dari 3,5 ppm dan pH antara 7,8 – 8,0 .(Departemen pertanian, Direktorat jenderal perikanan 1999)
Effendi, 2002 menyampaikan bahwa ikan kerapu bebek merupakan jenis ikan bertipe hermaprodit protogini, yaitu pada tingkat perkembangan mencapai dewasa (matang gonad), proses diferensiasi gonadnya berjalan dari fase betina ke fase jantan atau dapat dikatakan ikan kerapu bebek ini memulai siklus hidupnya sebagai ikan betina kemudian berubah menjadi ikan jantan. mengatakan fenomena perubahan jenis kelamin pada ikan kerapu bebek sangat erat hubungannya dengan aktivitas pemijahan umur ikan, indeks matang kelamin dan ukuran tubuh.  Induk kerapu bebek yang ditangkap di alam memiliki ukuran kecil dan pada umumnya berjenis kelamin betina.  Induk ikan akan mengalami pematangan kelamin sepanjang tahun.

2.4  Kebiasaan Makan
Pada kerapu tikus menetas mempunyai panjang total 1,70 – 1,78 mm, mata belum berpigmen, mulut dan anus belum terbuka. Perkembangan tubuhnya semakin memanjang sedangkan kantong telur dan gelembung minyak semakin mengecil. Pembentukan sirip punggung mulai terjadi pada hari pertama, pada hari kedua sirip dada mulai terbentuk dan jaringan usus telah berkembang sampai ke anus. Pada hari ke tiga mulai terjadi pigmentasi saluran pencernaan bagian atas dan bukaan mulut berukuran sekitar 125 µ. Dan hari ke empat kuning telur telah habis terabsorbsi. Pada periode perkembangan larva kerapu tikus sampai tahap metamorfosis penuh membutuhkan waktu 35 – 40 hari pada suhu 27 - 29 ºC.
Setelah telur menetas sampai derngan hari ke tiga larva dapat makan secara endragenus yaitu dengan mengabsorsi kuning telur yang di bawanya. Setelah itu mendapatkan makan secara eksogenus pada hari ke tiga dengan mulai terbukanya mulut. Sesuai dengan bukaan mulut ikan kerapu tikus, rotifera merupakan pakan pertama. Selanjutnya Muchari. et al. (1991) mengutip pendapat Blaxter dan Hempal dalam Tseng dan Chan (1985) kematian yang terjadi pada larva hari ke lima dan seterusnya dapat terjadi karena disebabkan oleh sutau keadaan hanya 50 % larva yang mampu makan pada kondisi dimana jumlah pakan optimal, sedangkan sisanya tidak mampu lagi memangsa pakan yang tersedia, dapat pula terjadi karena kesalahan dalam menentukan jadwal pemberian pakan dan rendahnya mutu pakan.
Ikan kerapu bersifat karnivora terutama larva molusca, rotifera, krustacea kecil, kopepoda, dan zooplankton. Sedangkan untuk ikan kerapu yang dewasa menyukai ikan – ikan kecil, krustacea dan cepalophoda. Menurut Nybakken ikan kerapu sebagai ikan karnivora juga sebagai ikan pemangsa yang aktif bergerak pada malam hari. Ikan kerapu memiliki kebiasaan makan pada siang hari dan malam hari dan lebih aktif pada waktu fajar dan senja hari (Tampubolon dan Mulyadi, 1989). Ikan kerapu biasanya mencari makan dengan cara menyergap mangsanya dari tempat persembunyianya.

2.5  Siklus Hidup dan Reproduksi
Kerapu bebek bersifat hermaprodit protogini, yaitu pada perkembangan mencapai dewasa (matang gonad) berjenis kelamin betina dan akan berubah menjadi jantan apabila tumbuh menjadi lebih besar  atau bertambah tua umurnya, fenomena ini berkaitan erat dengan aktivitas pemijahan, umur, indeks kelamin, dan ukuran. Kerapu matang gonad pada ukuran panjang 38 cm .Umumnya kerapu bersifat soliter tetapi pada saat akan memijah akan bergerombol musim pemijahan ikan kerapu terjadi pada Bulan Juni – September dan Nopember – Februari terutama pada perairan kepulauan Riau, Karimun, Jawa dan Irian Jaya. Berdasarkan perilaku makannya ikan kerapu menempati struktur tropik teratas dalam piramida rantai makanan salah satu sifat buruk dari ikan kerapu adalah sifat kanibal tapi pada kerapu bebek sifat kanibalis tidak seburuk pada kerapu macan dan kerapu lumpur (Tampubulon dan Mulyadi, 1989).
Ikan kerapu bebek merupakan jenis ikan bertipe hermaprodit protogini, yaitu pada tingkat perkembangan mencapai dewasa (matang gonad), proses diferensiasi gonadnya berjalan dari fase betina ke fase jantan atau dapat dikatakan ikan kerapu bebek ini memulai siklus hidupnya sebagai ikan betina kemudian berubah menjadi ikan jantan (Effendi, 2002).






III. KESIMPULAN


Adapun kesimpulan yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
1.    Ikan kerapu bebek merupakan salah satu jenis ikan laut yang mempunyai prospek yang cerah dan layak dikembangkan sebagai ikan budidaya laut karena mempunyai nilai ekonomis yang tinggi.
2.    Ikan kerapu bebek potensial untuk dibudidayakan karena: Pertumbuhannya relatif cepat, Mudah untuk dipelihara, Mempunyai toleransi yang tinggi    terhadap perubahan lingkungan, Dapat dikembangkan di Keramba Jaring Apung.
3.    Ikan ini memiliki bentuk badan yang lonjong dan agak gepeng serta bagian kepala memiliki bentuk yang mendatar serta tubuh ikan ini memiliki warna dasar abu-abu dengan bintik-bintik hitam diseluruh bagian tubuhnya.
4.    ikan kerapu dapat hidup dengan keadaan yaitu temperatur antara 24-31 oC, salinitasnya antara 30-33 ppt, kandungan oksigen terlarut lebih besar dari 3,5 ppm dan pH antara 7,8-8,0
5.    Kerapu bebek bersifat hermaprodit protogini










DAFTAR PUSTAKA


Akbar, S. dan Sudaryanto, 2001. Pembenihan dan Pembesaran Kerapu Bebek (Chromileptes altivelis). Penebar Swadaya. Jakarta.
Anonimous. 2001. Petunjuk Teknis Produksi Benih Ikan Kerapu Bebek (Chromileptes altivelis). Pusat riset dan pengembangan Eksplorasi laut dan Perikanan Departemen kelautan dan perikanan dan Japan International Cooperation Agency, balai riset budidaya laut. Gondol.

Departemen pertanian, 1999,  Pemeliharan kerapu bebek,  Direktorat jenderal perikanan
Kordi, K.M.G.H., 2005. Budidaya Ikan Laut : Di Keramba Jaring Apung. Rineka Cipta. Jakarta.
Murtidjo, B.A. 2002. Budidaya Kerapu Dalam Tambak. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Randall, J. E., (1987). A Preliminary Synopsis of the Groupers (Perciformes : Serranidae; Epinephelinae) ot the indo-pacific Region in J.J. Polovina, S. Ralston (editor), Tropical Snapper and Groupers : Biology and Fisheries Management. Westview Press. Inc., Boulder and London.
Tampubolon , dkk . 1989 . Metode Makan Ikan Kerapu Bebek, Pedoman Pemberian Makan, Balai Budidaya Laut, Lampung.

Tidak ada komentar: