Minggu, 10 Mei 2015

MANAJEMEN TATA LINGKUNGAN BUDIDAYA PERIKANAN DI SUMBERJAYA



MANAJEMEN TATA LINGKUNGAN BUDIDAYA PERIKANAN DI SUMBERJAYA
(Praktikum Tata Lingkungan Budidaya Perairan)







Disusun Oleh:
WIDI INDRA KESUMA
1114111058






JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014



BAB I. PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Biota air membutuhkan lingkungan yang nyaman agar dapat hidup sehat dan tumbuh optimal. Bila lingkungan tersebut tidak memenuhi syarat, biota air dapat mengalami stres, mudah terserang penyakit yang akhirnya akan menyebabkan kematian. Untuk itu pertimbangan atau faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan perairan adalah penting untuk diperhatikan karena kualitas tanah dan air sangat mempengaruhi semua jenis organisme yang hidup di air.

Kolam merupakan salah satu jenis habitat yang dipergunakan sebagai tempat untuk kegiatan budidaya air tawar yang berlokasi di daerah dataran. Kegiatan budidaya kolam yang terus menerus menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan, yang ditandai dengan menurunnya kualitas air. Kendala lingkungan yang dihadapi dalam kegiatan budidaya diantaranya penataan wilayah atau penataan ruang pengembangan budidaya yang tidak memperhatikan daya dukung lingkungan akibat pengelolaan yang tidak tepat, sehingga menimbulkan permasalahan lingkungan dengan segala aspek komplikasinya dalam kurun waktu yang panjang (Kordi dan Tancung. 2007).

Kegagalan panen yang seringkali banyak dialami petani kolam Ikan merupakan salah satu petunjuk telah terjadinya degradasi kualitas lahan dan air pendukung usaha budidaya, kegagalan terjadi akibat dari diabaikannya daya dukung atau kemampuan dari kolam sebagai media kegiatan budidaya.

Seperti yang dijelaskan oleh Paez Ozuna  dkk (1998), bahwa apabila dalam suatu lingkungan terjadi penurunan produksi secara drastis sampai hanya sebagian kecil saja yang mampu bertahan hidup, maka lingkungan tersebut telah mengalami tekanan akibat pencemaran atau penurunan mutu lingkungan. Oleh karena itu, untuk mempertahankan kondisi kualitas lingkungan tersebut maka petani kolam harus melakukan kegiatan budidayanya secara baik dan terkontrol. Seperti melakukan pergantian air kolam rutin secara berkala serta lebih memperhatikan dalam manajerial kolamnya yakni proses persiapan kolam seperti pemupukan dan pengapuran.

Kegiatan Praktikum Manajemen Tata lingkungan perlu dilakukan untuk mengetahui kondisi lingkungan kaitannya dengan penurunnya kualitas lahan dan air serta kemampuan kolam dalam mendukung kegiatan budidaya agar sesuai dengan hasil yang diharapkan bagi para petani kolam yang terdapat di Sumberjaya.

B.     Tujuan dan Kegunaan
Adapun yang menjadi tujuan dari pratikum Manajemen Tata Lingkungan Budidaya ini adalah untuk mengatahui kendala lingkungan kaitannya dengan menurunnya kualitas lahan dan kualitas air dalam budidaya perairan.

Sedangkan kegunaan dari pratikum ini adalah agar mahasiswa yang memprogram mata kuliah ini dapat mengetahui serta memahami faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas lahan dan kualitas air dalam budidaya perairan, sehingga kedepannya dapat dilakukan manajemen yang baik.















BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


Paez Ozuna  dkk (1998), menyatakan bahwa apabila dalam suatu lingkungan terjadi penurunan produksi secara drastis sampai hanya sebagian kecil saja yang mampu bertahan hidup, maka lingkungan tersebut telah mengalami tekanan akibat pencemaran atau penurunan mutu lingkungan. Oleh karena itu, untuk mempertahankan kondisi kualitas lingkungan tersebut maka petani kolam harus melakukan kegiatan budidayanya secara baik dan terkontrol. Seperti melakukan pergantian air kolam rutin secara berkala serta lebih memperhatikan dalam manajerial kolamnya yakni proses persiapan kolam seperti pemupukan dan pengapuran.

Potter (1977) dalam Afrianto dan Liviawaty (1991) yang menyatakan bahwa tanah liat dan lumpur berpasir merupakan media yang baik untuk pertumbuhan klekap karena banyak mengandung unsur hara dimana klekap merupakan pakan alami bagi ikan.

Pertumbuhan dan kehidupan biota air sangat dipengaruhi suhu air. Kisaran suhu optimal bagi kehidupan ikan di perairan tropis adalah antara 28ºC-32ºC. Pada kisaran tersebut konsumsi oksigen mencapai 2,2 mg/g berat tubuh/jam. Di bawah suhu 25ºC, konsumsi oksigen mencapai 1,2 mg/g berat tubuh/jam. Pada suhu 18ºC-25ºC, ikan masih bertahan hidup, tetapi nafsu makannya mulai menurun. Suhu 12ºC-18ºC mulai berbahaya bagi ikan, sedangkan suhu di bawah 12ºC ikan tropis akan mati kedinginan. Berdasarkan pernyataan Ahmad dan Cholik  (2001), bahwa ikan Bandeng masih hidup normal pada suhu 35ºC. Secara teoritis, ikan tropis masih hidup normal pada suhu 30ºC-35ºC kalau konsentrasi oksigen terlarut cukup tinggi.
Semakin tinggi suhu air, semakin rendah daya larut oksigen di dalam air, dan sebaliknya. Suhu mempengaruhi metabolisme, daya larut gas-gas, termasuk oksigen serta berbagai reaksi kimia di dalam air. Semakin tinggi suhu air, semakin tinggi pula laju metabolisme udang yang berarti semakin besar konsumsi oksigennya, padahal kenaikan suhu tersebut bahkan mengurangi daya larut oksigen dalam air.

Kolam memerlukan kondisi air yang subur untuk mendukung pertumbuhan pakan alaminya. Hal ini sesuai dengan pendapat Pantjara dkk. (2007) menjelaskan bahwa nitrat dalam air merupakan indikator tingkat kesuburan di dalam kolam. Selanjutnya Utojo (2010) menambahkan bahwa untuk kolam tradisional konsentrasi nitrat diperlukan untuk menstimulir pertumbuhan klekap, plankton dan lumut sebagai pakan alami utama ikan.






















BAB III. METODE PRAKTIKUM


A.    Waktu dan Tempat
Pratikum ini dilaksanakan pada Hari Minggu Tanggal 07 Desember 2014 dan bertempat di Kolam Petani Ikan di Sumber jaya, Lampung Barat.

B.     Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada pratikum Manajemen Tata Lingkungan Akuakultur yaitu alat tulis dan dokumentasi.






















BAB IV. PEMBAHASAN


A. Gambaran Umum Lokasi
Praktek Manajemen Tata Lingkungan kali ini dilakukan di Kolam Masyarakat di desa Sumber jaya, Lampung Barat. Lampung Barat secara geografis merupakan kabupaten paling barat di provinsi ini yang berbatasan langsung dengan provinsi Sumatera Selatan. Kabupaten ini mempunyai lahan yang sangat baik sebagai lahan budidaya ikan air tawar, dan potensi ini masih sangat mungkin dikembangkan mengingat daya dukungnya yang sangat baik antara lain kesediaan air yang melimpah, sumber daya manusia yang cukup dan kecilnya tingkat pencemaran terhadap sumberdaya air. Besarnya potensi produksi ikan air tawar di Lampung Barat mencapai 639,4 ton/tahun.

B.  Pembahasan
Dalam Manajemen Tata Lingkungan perairan ada beberapa hal atau faktor yang mempengaruhi kualitas lahan maupun kualitas air yang disebabkan karena adanya pencemaran atau penurunan mutu lingkungan. Oleh karena itu, untuk mempertahankan kondisi kualitas lingkungan tersebut maka perlu dilakukan manajemen dalam melakukan penataan kondisi lahan maupun lingkungan perairan.



Manajemen Tata Lingkungan
Dalam kegiatan Manajemen Tata Lingkungan sangat perlu dilakukan untuk mempertahankan kondisi kualitas lahan budidaya (kolam) maupun kualitas air yang diakibatkan oleh degradasi lingkungan dan pencemaran limbah rumah tangga. Kondisi lahan budidaya baik internal (tekstur tanah) maupun eksternal (lingkungan sekitar kolam) sudah tidak layak dijadikan areal budidaya. Hal ini disebabkan karena kolam tersebut dekat dengan pemukiman warga, maka secara tidak langsung degradasi lingkungan yang diakibatkan pencemaran dari limbah buangan rumah tangga tidak bisa dihindari.

Namun apabila dilakukan manajemen yang baik, seperti pengelolaan dasar kolam seperti pemberian pupuk, peristrahatan kolam, pengeringan, pergantian air dan pencucian sehingga  tanah dasar kolam menjadi subur, gembur dan membuat koloid tanah menjadi stabil, disamping itu guna mengoksidasi bahan-bahan organik dan substansi-substansi yang tersisa pada lapisan tanah dasar kolam.




























BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN


A.    Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan di atas saya sebagai penulis ada beberapa hal yang dapat saya simpulkan adalah sebagai berikut :
1.      Secara keseluruhan gambaran umum kolam tersebut baik internal maupun ekternal  belum mengalami degradasi lingkungan yang diakibatkan pencemaran dari limbah buangan.
2.      Manajemen Tata Lingkungan sangat perlu dilakukan untuk mempertahankan kondisi kualitas lahan budidaya (kolam) maupun kualitas air yang diakibatkan oleh degradasi lingkungan dan pencemaran limbah rumah tangga.
3.      Kondisi tanah kolam yang kami amati masih baik untuk proses budidaya, karena secara umum mengandung banyak liat dan lumpur berpasir.

B.     Saran
Saran saya untuk praktikum lapang selanjutnya sebaiknya juga dilakukan di perairan laut maupun tawar agar praktikan dapat melihat perbandingan secara langsung disetiap tipe perairan dalam melakukan Manajemen Tata Lingkungan.












DAFTAR PUSTAKA


Afrianto, E. dan Liviawaty, E. 1991. Teknik Pembuatan Tanah Kolam. Kanisius. Yogyakarta.
Boyd, C.E., Massaut, L. and Weddig, L.J. 1998. Towards Reducing Environmental Impacts of Pond Aquaculture. Info Fish International 2(98): 27-33.
Kordi, K dan Andi Baso Tancung. 2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya Perairan. PT. Rhineka Cipta. Jakarta.
Pantjara, B., M. N. Nessa., W. Monoarfa. dan I. Djawad. 2007. Upaya Peningkatan Produktivitas Kolam di Tanah Sulfat Masam dengan Mengurangi Unsur Toksik dari Pematang. Jurnal Riset Akuakultur. 2(2):257-269.
Utojo, A. Mustafa., dan Hasnawi. 2010. Model Kesesuaian Lokasi Pengembangan Budidaya Kolam di Kawasan Pesisir Kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat. Jurnal Riset Akuakultur. 5(3):465-479.
Yunus. 1975. Kualitas Air untuk Akuakultur. Fakultas Perikanan IPB. Bogor.











Lampiran 1. Foto Kegiatan Praktikum
              

              

              

               

Tidak ada komentar: