Minggu, 10 Mei 2015

METODE PENGAMBILAN, PENGAWETAN, DAN ANALISIS PLANKTON



METODE PENGAMBILAN, PENGAWETAN, DAN ANALISIS PLANKTON
(Laporan Praktikum Plankton dan Tanaman Air)




Oleh:
WIDI INDRA KESUMA
1114111058


KELOMPOK : 9 (SEMBILAN)





PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014



I.                   PENDAHULUAN


1.1    Latar Belakang
Plankton adalah oraganisme baik hewan atau tumbuhan yang hidupnya mengambang dan melayang didalam kolam perairan yang tidak mempunyai kekuatan untuk melawan arus. Pada umumnya plankton ada 2 jenis, yaitu fitoplankton yang bersifat autotrofik dan zooplankton yang bersifat heterotrofik (Hutabarat, 1986).

Untuk mendapatkan sampel plankton digunakan jaring plankton (planktonet). Plankton yang telah dikumpulkan, dihitung dari tabung penampungan kebotol bermulut besar, bahan pengawet yang biasa digunakan adalah formalin 4% yang telah dinetralkan dengan borax dalam ketas label (juwana, 2001).

Kelimpahan plankton di suatu perairan dipengaruhi oleh beberapa parameter lingkungan dan karakteristik fisiologisnya. Komposisi dan kelimpahan plankton akan berubah pada berbagai tingkatan sebagai respons terhadap perubahan-perubahan kondisi lingkungan baik fisik, kimia, maupun biologi (Reynolds et al. 1984). Faktor penunjang pertumbuhan plankton sangat kompleks dan saling berinteraksi antara faktor fisika-kimia perairan seperti intensitas cahaya, oksigen terlarut, stratifikasi suhu, dan ketersediaan unsur hara nitrogen dan fosfor, sedangkan aspek biologi adalah adanya aktivitas pemangsaan oleh hewan, mortalitas alami, dan dekomposisi (Goldman dan Horne, 1983).

Pengetahuan tentang plankton belumlah cukup jika hanya mempelajari teorinya saja tanpa ada praktek untuk mengamati dan mempelajari secara lansung mengenai plankton. Pengetahuan yang diperoleh pada saat mengikuti proses pembelajaran di ruangan dianggap belum cukup tanpa dibuktikan secara langsung mengenai hal-hal yang telah disampaikan pada saat proses pembelajaran tersebut. Untuk lebih mengetahui dan memahami tentang plankton maka perlulah kiranya diadakan praktikum mengenai metode analisis plankton.

1.2    Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
a.       Mengetahui metode pengambilan sampel plankton
b.      Mengetahui metode pengawetan sampel plankton
c.       Mengetahui cara analisis sampel plankton


























II.                TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Plankton
Plankton didefinisikan sebagai organism hanyut apapu  yang hidup dalam zona pelagic (bagian abas) samudra, laut, dan air tawar secara luas plankton dianggap sbagai salah satu organism terpenting di dunia, karena menjadi bekal makanan untuk kehidupan akuatik. Plankton merupakan pakan alami dari sebuah ekosistem perairan (Singgih, 2010).

Plankton adalah makhluk (tumbuhan atau hewan) yang hidupnya mengapung, mengambang atau melayang di dalam air yang kemampuan renangnya terbatas sehingga mudah terbawa arus (Roy, 2009).

2.2 Pengelompokkan Plankton
a. Berdasarkan Ukuran
Menurut Jasin (2008), karena mikroorganisme plankton sering ditangkap-tangkap menggunakan jarring, maka dikelompokkan berdasarkan ukuran, yaitu:
  1. Megaplankton: organism lebih dari 2mm
  2. Macroplankton: organism ukuran antara 0,21-2mm
  3. Mikroplankton: organism ukuran anatara 20mm dan 0,2nm
  4. Nanoplankton: organism sanghat kecil dengan ukuran 2-20nm
  5. Ultraplankton: organism ukuran sangat kecil 2mm 

b. Berdasarkan Asal
Menurut Herawati (1989), berdasarkan asalnya plankton dibedakan menjadi:
  1. Autogenic: plankton yang berasal dari perairan itu sendiri.
  2. Allogenik: plankton yang berasal dari perairan lain.
Berdasarkan asal-usulnya menurut Sova (2006), plankton dibedakan menjadi dua, yaitu:
  1. Autoplankton yaitu plankton yang berasal dari perairan itu sendiri.
  2. Alloplankton yaitu plankton yang berasal dari luar habitat tersebut.

c. Berdasarkan Siklus Hidup
Menurut Rafik (2009), berdasarkan daur hidupnya plankton dibagi menjadi 2, yaitu :
  1. Haloplankton
Dalam kelompok ini termasuk plankton yang seluruh daur hidupnya dijalani sebagai plankton, mulai dari telur, larva, hingga dewasa. Kebanyakan zooplankton termasuk dalam golongan ini. Contohnya : hakepod, ampipod, salpa, koetognat, fitoplankton termasuk juga umumnya adalah holoplankton.
2.      Meroplankton
Plankton dari golongan ini menjalani kehidupan sebagai plankton hanya pada tahap awal dari daur hidup biota tersebut, yakni pada tahap sebagai telur dan larva saja. Beranjak dewasa ini akan berubah menjadi nekton, yaitu hewan yang dapat aktif berenang bebas, atau sebagai benthos yang hidup menetap atau melekat di dasar laut. Oleh karena itu metoplankton sering pula disebut sebagai plankton sementara.

d. Bersadarkan Habitat
Menurut Barus (2002), Berdasarkan habitat pengelompokan plankton dibedakan menjadi :
1.  Haliplankton yaitu plankton yang hidup dilaut
2.  Limnoplankton yaitu plankton yang hidup di air tawar

e.    Berdasarkan Jenis Makanan
Secara fungsional, plankton digolongkan menjadi 4 golongan utama, yaitu:
  1. Fitoplankton
Umumnya berukuran 2-20 μm (1 μm = 0,001 mm). Fitoplankton umumnya berupa individu bersel tunggal tetapi juga ada yang berbentuk rantai. Fitoplankton mempunyai fungsi penting di laut, karena bersifat autofrofik, yakni dapat menghasilkan sendiri bahan organik makanannya. Selain itu, fitoplankton juga mampu melakukan proses fotosintesis untuk menghasilkan bahan organik karena mengandung organik. Karena kemampuannya ini fitoplankton ini disebut sebagai produsen primer.
  1. Zooplankton
Disebut pula plankton hewani, zooplankton bersifat heterotropik berarti tak dapat memproduksi sendiri bahan organik dari bahan inorganic. Ukurannya berkisar 0,2 – 2 mm (Taufik, 2009).


























III.             METODE


3.1  Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan yaitu:
a.       Botol sampel plankton 10 liter
b.      Plankton net
c.       Botol sampel gelap
d.      Aquades
e.       Formalin 4 %
f.       Sampel plankton
g.      Sedgwick-Rafter
h.      Cover glass
i.        Pipet tetes
j.        Buku identifikasi
k.      Mikroskop.

3.2  Prosedur Kerja
a.        Pengambilan sampel plankton dan pengawetan sampel
·         Tentukn Karakteristik lokasi sampling
·         Lakukan pengambilan sampel plankton dengan botol secara horizontal/vertical
·         Pengmbilan dilakukan hingga 10 liter, dan dimasukkan ke dalam botol gelap
·         Saring semua sampel air ke dalam plankton net
·         Angkat plankton net, kemudian siram dengan air mengalir agar plankton yang terjebak dapat masuk pada sampel botol plankton net
·         Pindahkan sampel ke botol gelap yang disiapkan
·         Beri pengawet formalin 4%
·         Simpan tempat sesuai suhu ruangan untuk dianalisis

b.        Analisis plankton
·         Siapkan sampel plankton yang telah tersaring
·         Ambil sampel plankton dengan pipet tetes
·         Teteskan kedalam ruang Sedwick-Rafter hingga tidak ada ruang udara yang terbuka
·         Tutup dengan cover glass
·         Amati jenis dan jumlah plankton dengan mikroskop
·         Lakukan pengulangan sebanyak 3 kali.

























IV.             PEMBAHASAN


4.1  Hasil Pengamatan
Kel
Tempat
Jenis Plankton
Klasifikasi
Jumlah
Gambar
6
Kolam Lab Terpadu
-
-
-
-
7
Kolam Lab Terpadu
-
-
-
-
8
Kolam Lab Terpadu
chattonella marina
 Kingdom:
Phylum:
Class:
Order:
Family:
Genus:
Chatonella
Spesies
chattonella marina
4


volvox
 Filum:
Upafilum:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Volvox
1
 
cylotella
Divisi   : Bacillariophyta
Kelas   : Bacillariophyceae
Bangsa            :Centrales
Suku    :Thalassiosiraceae
Marga  :Cyclotella
Jenis    :Cyclotella atomus
1
 
synedra flugens
Divisio: Bacillariophyta
Kelas   :  Bacillariophyceae
Ordo    :  Pennales
Family :  Diatomaceae
Genus  :  Synedra
Spesies :  Synedra sp.
2
 
rhizosolenia robusta
Divisi
:
Bacillariophyta
Kelas
:
Bacillariophyceae
Bangsa
:
Centrales
Suku
:
Rhizosoleniaceae
Marga
:
Rhizosolenia
Jenis
:
Rhizosolenia robusta
1
 
planktoniella
Divisi
:
Bacillariophyta
Kelas
:
Bacillariophyceae
Bangsa
:
Centrales
Suku
:
Thalassiosiraceae
Marga
:
Planktoniella
1
 
mastogonia smithi
Divisi
:
Bacillariophyta
Kelas
:
Bacillariophyceae
Bangsa
:
Pennales
Suku
:
Naviculaceae
Marga
:
Mastogloia
Jenis
:
Mastogloia smithii
1
 
asterionella sp
 Phylum:Heterokontophyta
Class      : Bacillariophyceae
Order    : Pennales
Suborder :Araphidineae
Family   :Fragilariaceae
Genus     : Asterionella
Spesies   : Asterionella sp
1
 
9
Sungai
Skeletonema sp
Kingdom : Plantae
Divisi      : Chrysophyta
Kelas       : Bacillariophyceae
Ordo        : Centrales
Sub Ordo : Coscinodiscineae
Famili      : Coscinodiscaceae
Genus      : Skeletonema
Spesies   : Skeletonema costatum
3
 
10
Sungai
rhizosolenia robusta
 Divisi
:
Bacillariophyta
Kelas
:
Bacillariophyceae
Bangsa
:
Centrales
Suku
:
Rhizosoleniaceae
Marga
:
Rhizosolenia
Jenis
:
Rhizosolenia robusta
1
 



4.2  Pembahasan

Lokasi penelitian dilakukan di dua tempat, yaitu pengambilan sampel dilakukan di lapangan yang berlokasi di Kolam Lab Terpadu dan Sungai, dan untuk identifikasi plankton dilakukan di Laboratorium Budidaya Perairan UNILA. Pengambilan sampel plankton dilakukan pada siang dan sore hari karena plankton aktif melakukan fotosintesis pada siang atau sore hari sehingga diharapkan keanekaragaman plankton khususnya fitoplankton dapat terwakili.

Pengambilan sampel air menggunakan ember yang bervolume 5 liter sebanyak 10 kali (50 liter) yang dicelupkan ke permukaan perairan. Selanjutnya air yang terkumpul dituangkan ke dalam planktonet agar tersaring, kemudian dipindahkan ke dalam botol vial ukuran 25 ml yang sudah diberi label sesuai stasiun kemudian ditetesi dengan formalin 4% sebanyak 1 tetes, dan menutupnya dengan rapat agar tidak tumpah. Pengambilan sampel plankton dilakukan sebanyak 3 kali ulangan tiap titik di masing-masing stasiun.

Plankton yang ditemukan yaitu ada 9 jenis yang terdiri dari yaitu chattonella marina, volvox, cylotella, synedra flugens, rhizosolenia robusta, planktoniella, mastogonia smithi, asterionella sp, dan Skeletonema sp . Genus yang pada umumnya digunakan sebagai bioindikator di perairan adalah anggota kelas Cyanophyceae dan kelas Bacillariophyceae. Pada praktikum terdapat plankton yang merupakan anggota dari kelas Bascillariophyceae yang terdiri dari rhizosolenia robusta, planktoniella, dan Skeletonema sp serta dari kelas Cyanophyceae yang terdiri dari chattonella marina, volvox, cylotella,dan synedra flugens. Seperti yang telah diketahui anggota dari Bacillariophyceae dan Cyanophyceae bisa dijadikan bioindikator pencemaran perairan. Menurut Conradie (2008), Skeletonema sp diketahui memiliki kemampuan bertahan terhadap perubahan kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan. Hal ini dimungkinkan karena Skeletonema sp memiliki sel pembungkus (Cell Envelope = CE) yang berlapis dan selubung (Sheath = S). Selubung atau sheath akan terbentuk pada kondisi lingkungan sub optimal atau dibawah cekaman. Kondisi inilah yang diduga mampu membuat Skeletonema sp bertahan hidup dengan kondisi lingkungan perairan yang tercemar (Pramitha, 2010).

Anggota Bacillariophyceae digunakan sebagai bioindikator pencemaran air karena memiliki dinding sel yang terbuat dari silika. Dinding sel yang terbuat dari silika pada umumnya kuat atau masih tetap utuh, sehingga dari analisis dinding sel ini bisa diketahui bahan-bahan pencemar yang terakumulasi pada suatu perairan. Selain itu, Bacillariophyceae mempunyai peranan yang penting di dalam proses mineralisasi dan pendaur-ulangan bahan-bahan organik, baik yang berasal dari perairan maupun dari daratan (Amedia, 2013). Ditemukannya plankton dari kelas Cyanophyceae dan kelas Bacillariophyceae menandakan bahwa perairan telah tercemar. Menurut Lee et al (1975) dalam Wardhana (2006), kondisi perairan yang seperti itu serta indeks keanekaragaman jenisnya yang rendah tergolong dalam tingkat pencemaran sedang.

Dimana menurut Clark (1974) dan Krebs (1972) dalam Arsil (1999), tingginya keanekaragaman menunjukkan suatu ekosistem yang seimbang dan memberikan peranan yang besar untuk menjaga keseimbangan terhadap kejadian yang merusak ekosistem dan spesies yang dominan dalam suatu komunitas memperlihatkan kekuatan spesies itu dibandingkan spesies lain. Ekosistem yang tidak seimbang akan mempengaruhi pakan alami sehingga jika pakan alami tidak tersedia maka kelangsungan hidup larva organisme akan terancam.

Hal ini sesuai dengan pendapat Davis (1995) yang mengemukakan bahwa pada suatu perairan sering didapatkan jumlah fitoplankton yang berlimpah pada suatu tempat, sedangkan di tempat lainnya di perairan yang sama, jumlahnya sangat sedikit. Hal ini disebabkan oleh unsur hara dan kualitas air secara fisika maupun kimia. Selanjutnya Wardoyo (1981) menambahkan bahwa beberapa faktor lingkunganyang adakalanya mempunyai hubungan yang khusus dan dapt mempengaruhi fitoplankton yang ada diperairan tersebut adalah suhu, pH, oksigen terlarut, dan karbondioksida bebas dan unsur hara yang terkandung di dalamnya, terkhuusus unsur nitrat, nitrit, besi, fosfat, amonia dan besi.



KESIMPULAN


Adapun Kesimpulan yang dapat diperoleh yaitu sebagai berikut:
1.      Plankton yang ditemukan yaitu ada 9 jenis yang terdiri dari yaitu chattonella marina, volvox, cylotella, synedra flugens, rhizosolenia robusta, planktoniella, mastogonia smithi, asterionella sp, dan Skeletonema sp.
2.      Plankton di suatu perairan menunjukkan tingkat kesuburan dan produktifitas yang dimiliki perairan tersebut.






















DAFTAR PUSTAKA


Amedia I, 2013. Diatom sebagai bioindikator kualitas air. Semarang : Universitas Diponegoro.
Arfiati.Diana.2001.Diktat Limnologi.FPIK UB.Malang
Conradie,KR, Plessis SD, and Venter A,2008. School of Environmental Sciences and Development: Botany. South African Journal of Botany 74 (2008) : 101–110.
Effendi.2003.Pengantar Planktonologi Bagi Hal Pembudidaya. Kanisius. Yogyakarta.
Ekawati.2005. Budidaya Makanan Alami. FPIK UB.Malang
Hapsari.2010.Pengantar Planktonologi. Universitas Brawijaya.Malang
Herawati.1989.Pengantar Diklat Planktonologi.UI Press.Jakarta
Hutabart, sahala, 1986. Kunci Identifikasi Zooplankton. UI press. Jakarta.
Juwana, s., 2001. Pengantar Biologi Laut. Erlangga. Jakarta.
Singgih.2010.Produktivitas Perairan. Universitas Brawijaya. Malang
Sufron. 2003. Erlangga dan Perubahannya. UB Press. Malang
Wardhana W, 2006. Metoda Prakiraan Dampak dan Pengelolaanya pada Komponen Biota Akuatik. Jakarta : Pusat Penelitian Sumberdaya Manusia dan Lingkungan (PPSML) Universitas Indonesia.
Zaifbio.2009. Budidaya Makanan buatan. UB. Malang

Tidak ada komentar: