KULTUR
Daphnia Sp
(Laporan Praktikum Teknologi Budidaya Pakan
Hidup)
Oleh
Widi
Indra Kesuma
1014111049
JURUSAN
BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2013
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pakan ikan diklasipikasikan menjadi 2
macam yaitu : pakan alami dan pakan buatan. Secara kualitas organisme pakan
alami belum bisa diganti sepenuhnya dengan pakan buatan untuk ikan stadia
larva, hal ini disebabkan pakan alami lebih mudah dicerna oleh larva juga
bentuk dan ukuran yang sesuai dengan bukaan mulut ikan. Daphnia dapat bergerak-
gerak sehingga menarik perhatian larva ikan untuk memekannya. Daphnia juga
lebih suka berada di permukaan air serta mudah dalam penyediaannya.
Bagi para peternak ikan pemberian pakan
ikan sulit sekali di simpan ( karna tidak tahan lama ) sedangkan stadia larva
bagi ikan merupakan masa paling kritis dalam siklus hidupnya, tingginya
mortalitas pada stadia lava ikan disebabkan beberapa faktor :
Serangan penyakit/ mikroorganisme patogen yang mengganggu,
Kualitas air yang kurang baik,
Serta ketersediaan pakan alami yang kurang mencukupi ( baik gizi maupun
jumlahnya).
Upaya untuk
mengatasi atau menekan mortalitas larva ikan adalah : dengan menyediakan pakan
yang cukup, baik dalam jumlah maupun mutunya ( jenis, ukuran, dan kemurnian ).
Daphnia sp adalah : jenis pakan alami
yang sering digunakan untuk pemenuhan pakan ikan air tawar pada usia larva dan
industri ikan hias. Hewan ini termasuk pada sub ordo clodocera, yaitu : jenis
crustacea yang berukuran kecil, sebutan lain daphnia adalah kutu air.
Keunggulan dahnia sp sebagi pakan alami
untuk benih dan ikan hias air tawar potensial adalah :
1. Mudah di cerna oleh benih ikan
sebab mengandung enzim pencernaan yang berfungsi untuk menghancurkan
diri-sendiri.
2. Pemberian daphnia sp, yang hidup
tidak menyabakan penurunan kualitas air
3. Kandungan asam amino esensial pada
daphnia sp, hampir mirip dengan artemia sehingga nilai nutrisinya tinggi.
1.2
Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Mencari
dosis yang optimum bagi Dapnia sp.
yang akan dikultur sehingga bisa dijadikan dasar dalam kultur Dapnia sp.
2. Mengetahui
pola perubahan populasi Dapnia sp.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Klasifikasi
Daphnia
sp. dikenal sebagai kutu air. Klasifikasi Daphnia sp. menurut
Pennak (1953) dan Ivleva (1973) dalam Casmuji (2002) adalah sebagai berikut:
Kelas
: Crustacea
Subkelas
: Branchiopoda
Divisio
: Oligobranchiopoda
Ordo
: Cladocera
Famili
: Daphnidae
Genus
: Daphnia
Spesies
: Daphnia sp.
2.2
Morfologi
Daphnia
sp. memiliki ukuran 1-3 mm, tubuh lonjong, pipih, terdapat ruas-ruas/segemn
meskipun ruas ini tidak terlihat. Pada bagian kepala terdapat sebuah mata
majemuk, ocellus (kadang-kadang), dan lima pasang alat tambahan (Casmuji,
2002), yang pertama disebut antenna pertama, kedua disebut antenna kedua yang
mempunyai fungsi utama sebagai alat gerak. Tiga pasang yang terakhir adalah
bagian-bagian dari mulut (Mokoginta, 2003). Umumnya cara berenang Daphnia sp.
tersendat-sendat (intermitenly), tetapi ada beberapa spesies yang tidak bias
berenang dan bergerak dengan merayap karena telah beradaptasi untuk hidup di
lumut dan sampah daun-daun yang berasal dari dalam hutan tropik (Suwignyo, 1989
dalam Casmuji 2002).
Bagian
tubuh Daphnia sp. tertutup oleh cangkang dari khitin yang transparan.
Daphnia sp. mempunyai warna yang berbeda-beda tergantung habitatnya. Spesies
daerah limnetik biasanya tidak mempunyai warna atau berwarna muda, sedangkan di
daerah litoral, kolam dangkal, dan dasar perairan berwarna lebih gelap.
Pigmentasi terdapat baik pada bagian karapas maupun jaringan tubuh (Casmuji,
2002).
2.3 Siklus Hidup
1. Telur
Telur yang dihasilkan di tampung di
dalam kantong telur yang berada di atas punggung.
2. Anak
Pertambahan ukuran terjadi sesaat telur
menetas dalam ruang pengeraman. Setelah dua kali instar pertama anak daphnia
mirip daphnia dewasa dilepas diruang pengeraman. Jumlah instar hanya 2-5 kali,
tetapi tingkat pertumbuhan tertinggi terjadi pada stadium anak.
3. Remaja
Instar tunggal antara instar anak
terakhir dan instar dewasa pertama. Pada periode ini telur
pertama mencapai perkembangan penuh didalam ovarium. Setelah daphnia ganti
kulit pada akhir instar remaja menjadi instar dewasa pertama.
4. Dewasa
Priode waktu 4 hari, dengan umur yang
dapat di capai 12 hari, setiap 1-2 hari beranak sebanyak 29 ekor. Jadi selama
hidup cuma bisa beranak 7 kali, jumlah keturunan yang dihasilkan 200 ekor
daphnia sp.
Pada akhir instar daphnia sp. Dewasa
terdapat peristiwa berurutan yang berlangsung cepat biasanya terjadi dalam
beberapa menit – jam, yaitu:
1. Lepasnya / keluarnaya anak
dari ruang pengeraman
2. Ganti kulit ( molting )
3. Pertambahan ukuran
4. Lepasnya sekelompok telur baru
keruang pengeraman.
2.4
Habitat
Daphnia
adalah jenis zooplankton yang hidup di air tawar, mendiami kolam atau
danau. Daphnia dapat timbuh optimum pada selang suhu 18-24°C. Selang suhu ini merupakan selang suhu optimal bagi pertumbuhan dan perkembangan Daphnia. Diluar selang tersebut, Daphnia akan cenderung dorman. Daphnia membutuhkan pH sedikit alkalin yaitu antara 6.7 sampai 9.2. Seperti halnya mahluk akuatik lainnya pH tinggi dan kandungan amonia tinggi dapat bersifat mematikan bagi Daphnia, oleh karena itu tingkat amonia perlu dijaga dengan baik dalam suatu sistem budidaya mereka. Seluruh spesies Daphnia diketahui sangat sensitif terhadap ion-ion logam, seperti Mn, Zn, dan CU, dan bahan racun terlarut lain seperti pestisida, bahan pemutih, dan deterjen. Daphnia merupakan filter feeder, artinya mereka "memfilter" air untuk medapatkan pakannya berupa makhluk-makhluk bersel tunggal seperti algae, dan jenis protozoa lain serta detritus organik. Selain itu, mereka juga membutuhkan vitamin dan mineral dari dalam air. Mineral yang harus ada dalam air adalah Kalsium, unsur ini sangat dibutuhkan dalam pembentukan "cangkang"nya. Daphnia diketahui toleran dengan kadar oksigen terlarut rendah. Pada kondisi dengan kadar oksigen terlarut rendah, mereka akan membentuk hemoglobin untuk membantu pendistribusian oksigen dalam tubuh mereka. Kehadiaran hemoglobin ini sering menyebabkan Daphnia berwarna merah. Hal ini tidak akan terjadi apabila kadar oksigen terlarut cukup. (Warna Daphnia seringkali ditentukan oleh jenis pakan yang dikonsumsi, sebagai contoh apabila mereka mengkonsumsi algae, maka tubuhnya akan cenderung berwarna hijau). Suplai oksigen dapat diberikan pada kultur untuk menjamin kadar oksigen yang memadai.
danau. Daphnia dapat timbuh optimum pada selang suhu 18-24°C. Selang suhu ini merupakan selang suhu optimal bagi pertumbuhan dan perkembangan Daphnia. Diluar selang tersebut, Daphnia akan cenderung dorman. Daphnia membutuhkan pH sedikit alkalin yaitu antara 6.7 sampai 9.2. Seperti halnya mahluk akuatik lainnya pH tinggi dan kandungan amonia tinggi dapat bersifat mematikan bagi Daphnia, oleh karena itu tingkat amonia perlu dijaga dengan baik dalam suatu sistem budidaya mereka. Seluruh spesies Daphnia diketahui sangat sensitif terhadap ion-ion logam, seperti Mn, Zn, dan CU, dan bahan racun terlarut lain seperti pestisida, bahan pemutih, dan deterjen. Daphnia merupakan filter feeder, artinya mereka "memfilter" air untuk medapatkan pakannya berupa makhluk-makhluk bersel tunggal seperti algae, dan jenis protozoa lain serta detritus organik. Selain itu, mereka juga membutuhkan vitamin dan mineral dari dalam air. Mineral yang harus ada dalam air adalah Kalsium, unsur ini sangat dibutuhkan dalam pembentukan "cangkang"nya. Daphnia diketahui toleran dengan kadar oksigen terlarut rendah. Pada kondisi dengan kadar oksigen terlarut rendah, mereka akan membentuk hemoglobin untuk membantu pendistribusian oksigen dalam tubuh mereka. Kehadiaran hemoglobin ini sering menyebabkan Daphnia berwarna merah. Hal ini tidak akan terjadi apabila kadar oksigen terlarut cukup. (Warna Daphnia seringkali ditentukan oleh jenis pakan yang dikonsumsi, sebagai contoh apabila mereka mengkonsumsi algae, maka tubuhnya akan cenderung berwarna hijau). Suplai oksigen dapat diberikan pada kultur untuk menjamin kadar oksigen yang memadai.
2.5
Media
yang Digunakan
·
Kotoran Ayam
Kotoran ayam merupakan
salah satu limbah yang dihasilkan baik ayam petelur maupun ayam pedaging yang
memiliki potensi yang besar sebagai pupuk organik. Komposisi kotoran sangat
bervariasi tergantung pada sifat fisiologis ayam, ransum yang dimakan,
lingkungan kandang termasuk suhu dan kelembaban. Kotoran ayam merupakan salah
satu bahan organik yang berpengaruh terhadap sifat fisik, kimia dan pertumbuhan
tanaman.
·
Molase
Molase adalah hasil samping dari proses
pembuatan gula tebu. Meningkatnya produksi gula tebu Indonesia sekitar sepuluh
tahun terakhir ini tentunya akan meningkatkan produksi molase. Molase merupakan
media fermentasi yang baik,
karena mengandung gula, sejumlah asam
amino dan mineral, setelah itu molase
tersebut diolah menjadi beberapa produk
seperti gula cair dari gula tetes, penyedap makanan (mono sodium glutamate,
MSG), alkohol, dan pakan ternak.
·
Limbah Kopi
Hasil samping
yang diperoleh dari proses pengolahan buah kopi hingga menjadi biji kopi yang
diharapkan disebut limbah kopi, dimana limbah kopi dibedakan menjadi dua
macam, yakni limbah pada pengolahan kopi merah (masak) dan limbah pada
pengolahan kopi hijau (mentah). Pengolahan kopi merah dimulai dengan proses
pencucian, perendaman, dan pengupasan kulit luar. Proses ini akan menghasilkan
65 persen biji kopi dan 35 persen limbah kulit kopi. Biji kopi lalu dikeringkan
dengan oven atau pengeringan matahari langsung. Hasil biji kopi kering oven
sekitar 31 persen dan akan digiling untuk menghasilkan kopi bubuk 21 persen,
Sedangkan 10 persennya lagi berupa limbah kulit dalam kopi.
·
Limbah
Lele
Lele
merupakan hewan yang mampu hidup di daerah berlumpur,mereka yang biasanya hidup
di lumpur mengeluarkan kotoran yang yang cukup banyak dan berbau busuk yang
dapat mengotori air dimana lele tersebut hidup,selalu berwarna cokelat keruh
dan berbau menyengat dan harus sering diganti dengan air yang baru. biasanya
para peternak ikan lele saat mengganti air tersebut langsung membuang air
limbah lele tersebut langsung kesungai, mereka tidak menyadari bahwa dengan
tindakan mereka,ekosistem sungai akan terganggu dan tentunya membuat kekacauan rantai
makanan, misalnya banyak tumbuhan dan ikan mati. Padahal limbah lele
dapat digunakan sebagai media kultur untuk pakan hidup khususnya daphnia, (Mufidah, 2009).
2.6
Kandungan
Nutrien
·
Kotoran ayam
Kotoran ayam mempunyai
kadar unsur hara dan bahan organik yang tinggi serta kadar air yang rendah.
Setiap ekor ayam kurang lebih menghasilkan ekskreta per hari sebesar 6,6% dari
bobot hidup (Taiganides, 1977). Kotoran ayam memiliki kandungan unsur hara N
1%, P 0,80%, K 0,40% dan kadar air 55% (Lingga, 1986).
·
Molase
Molase memiliki kandungan sukrosa sekitar 30 persen
disamping gula reduksi
sekitar 25 persen berupa glukosa dan fruktosa (Kurniawan,
2004). Sukrosa dalam
molase merupakan komponen sukrosa yang sudah tidak
dapat lagi dikristalkan dalam proses pemasakan di pabrik gula. Hal ini
disebabkan karena molase mempunyai nilai Sucrose Reducing sugar Ratio (SRR) yang
rendah yaitu berkisar antara 0,98 – 2,06 (Kurniawan, 2004). Adapun kandungan
dari molase antara lain:
a. Glukosa : 21,7 %
b. Sukrosa : 34,19 %
c. Air : 26,49 %
d. Abu : 17,62 %
·
Limbah kopi
Table 1. Composition of coffee pulp Contents Propor tion (%)
Ether extract
|
0.48
|
Crude fibre
|
21.40
|
Crude protein
|
10.10
|
Ash
|
1.50
|
Nitrogen free extract
|
31.30
|
Tannis
|
7.80
|
Pectic substances
|
6.50
|
Non reducing sugars
|
2.00
|
Reducing sugars
|
12.40
|
Chlorogenic acid
|
2.60
|
Caffeine
|
2.30
|
Total caffei acid
|
1.60
|
Saurce : GTZ-PPP,2002
III.
METODELOGI
3.1
Waktu
dan Tempat Praktikum
Praktikum Teknologi
Budidaya Pakan Hidup dilaksanakan pada tanggal 30 Oktober-8 November 2013 di
Laboratorium Perikanan Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
3.2
Alat
dan Bahan
Adapun alat yang
digunakan pada praktikum ini adalah akuarium, aerator, selang+batu aerator,
timbangan, kain kasa.
Adapun bahan yang
digunakan dalam praktikum ini adalah kotoran ayam, limbah lele, molase, limbah
kopi, air tawar, dan daphnia.
3.3
Prosedur
Kerja
Cara kerja pada
praktikum kali ini adalah:
1.
Siapkan akuarium, lalu isi dengan air sebanyak 12,54 L.
2.
Lalu timbang limbah kopi sebanyak 3,6 gram per satu
liter, lalu bungkus dengan kain kasa.
3.
Limbah kopi lalu dimasukkan kedalam akuarium yang telah
diisi air, lalu didiamkan selama tiga hari.
4.
Setelah tiga hari masukkan daphnia dengan kepadatan 30
ekor/1L air jadi daphnia yang dibutuhkan sebanyak 414 ekor..
5.
Amati pertumbuhan daphnia dua hari sekali dengan cara
mengambil 20 tetes kali air di akuarium, lalu hitung jumlah daphnia yang
terambil. Pengamatan dilakukan sebanyak tiga kali ulangan.
IV.
HASIL PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Grafik 1. Pertumbuhan daphnia
Sp pada media Limbah Kopi
4.2
Pembahasan
Dari
grafik di atas dapat dilihat bahwa pada pengamatan pertama jumlah kepadatan
daphnia adalah 4 dan 3 ekor sampel. Lalu pada pengamatan kedua kepadatan
daphnia menjadi 1 dan 3 ekor/ sampel. Pada pengamatan ketiga kepadatan naik sebanyak
3 dan 4 ekor/ sapel. Dan pada pengamatan keempat kepadatan daphnia mengalami
kematian yaitu sebanyak 1 dan 4 ekor/ sampel. Hal ini kemungkinan terjadi
karena pada saat itu daphnia sudah mencapai fase death phase sehingga kepadatannya menurun.
Mekanisme
reproduksi Daphnia adalah dengan cara parthenogenesis. Satu atau lebih
individu muda dirawat dengan menempel pada tubuh induk. Daphnia yang
baru menetas harus melakukan pergantian kulit (molting) beberapa kali
sebelum tumbuh jadi dewasa sekitar satu pekan setelah menetas. Siklus hidup Daphnia
sp. yaitu telur, anak, remaja dan dewasa. Pertambahan ukuran terjadi
sesaat setelah telur menetas di dalam ruang pengeraman. Daphnia sp.
dewasa berukuran 2,5 mm, anak pertama sebesar 0,8 mm dihasilkan secara
parthenogenesis. Daphnia sp. mulai menghasilkan anak pertama kali pada
umur 4-6 hari. Adapun umur yang dapat dicapainya 12 hari. Setiap satu atau dua
hari sekali, Daphnia sp. akan beranak 29 ekor, individu yang baru
menetas sudah sama secara anatomi dengan individu dewasa. Proses reproduksi ini
akan berlanjut jika kondisi lingkungannya mendukung pertumbuhan. Jika kondisi
tidak ideal baru akan dihasilkan individu jantan agar terjadi reproduksi
seksual.
Daphnia
jantan lebih kecil ukurannya dibandingkan yang betina. Pada individu
jantan terdapat organ tambahan pada bagian abdominal untuk memeluk betina dari
belakang dan membuka carapacae betina, kemudian spermateka masuk dan
membuahi sel telur. Telur yang telah dibuahi kemudian akan dilindungi lapisan
yang bernama ephipium untuk mencegah dari ancaman lingkungan sampai kondisi
ideal untuk menetas.
Beberapa faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan daphnia diantaranya:
a.
Suhu
Daphnia hidup pada selang suhu 18-24 C. Daphnia membutuhkan
pH yang sedikit alkali yaitu pH 6,7 - 9,2. Sepertii makluk hidup akuatik
lainnya pH tinggi dan kandungan amonia tinggi dapat bersifat mematikan bagi
Daphnia.
b.
Mineral dalam Air
Daphnia merupakan filter feeder yang berarti mendapat pakan
melalui cara menyaring organisme yang lebih kecil atau bersel tunggal seperti
algae dan jenis protozoa lainnya. Selain itu membutuhkan vitamin dan mineral
dari air. Mineral yang harus ada dalam air adalah kalsium. Unsur ini sangat
dibutuhkan untuk pembentukan cangkangnya. Oleh karena itu, dalam wadah
pembiakan akan lebih baik jika ditambahkan potongan batu kapur, batu apung dan
sejenisnya. Selain meningkatkan pH, bahan tersebut dapat mensuplai kalsium
untuk Daphnia.
c.
Kadar DO
Daphnia membutuhkan suplay oksigen untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakannya. Jika oksigen dalam perairan kurang mencukupi Daphnia akan
membentuk hemoglobin. Pada kondisi tersebut Daphnia akan berwarna merah.
Kurangnya supay oksigen dapat menyebabkan kematian pada Daphnia.
Menurut
Kadarwan (1974) dalam Chumaidi (1982) kotoran ayam dianggap lebih baik
daripada kotoran kandang lainnya. Dikatakan bahwa kandungan dalam kotoran ayam
adalah nitrogen 4%, phosphor 3,2%, kalium 1,9%, dan bahan organik 74%. Hal
tersebut memungkinkan daphnia untuk mendapatkan nutrisi yang baik dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya dalam berkembang biak.
1. Survival rite
Dari hasil sampling yang dilakukan selama masa pemeliharaan
didapatkan hasil rata-rata tingkat kelangsungan hidup daphnia sp.
Berdasarkan hasil sampling yang dilakukan, kelangsungan hidup daphnia sp
tertinggi terdapat pada perlakuan media kotoran ayam, kemudian diikuti dengan
perlakuan limbah lel dan terendah pada tanpa perlakuan. Namun jika dibadingkan
dengan jumlah tebar diawal pemeliharaan, sangatlah sedikit. Dengan kata lain,
mortalitas daphnia sp sangat tinnggi.
Rendahnya kelangsungan hidup daphnia sp. diduga
karena tidak adanya phytoplankton yang hidup pada media pemeliharaan. Hal ini
disebabkan karena tsedikit adanya cahaya matahari yang menyinari media
pemeliharaan. Menurut Mokoginta, (2003) penumbuhan phytoplankton dalam media
kultur diperlukan untuk budidaya daphnia sp. karena daphnia sp.
akan menggunakan phytoplankton tersebut sebagai makanannya agar dapat tumbuh
dan berkembang biak.
2. Kualitas air
Pada praktikum ini tidak dilakukan pengukuran
kualitas air yang meliputi pH, suhu dan DO. Pengukuran kualitas air dimaksudkan
untuk mengetahui kualitas air pada media, karena salah satu faktor
pendukunga dalam keberhasilan pemeliharaan daphnia sp adalah
kualitas air.
Dalam kisaran optimal untuk pertumbuhan daphnia sp sesuai
yang dikemukanan oleh Darmanto, dkk (2000), daphnia sp dapat hidup
optimal pada pH 6,5 – 8,5.
Daphnia sp. hidup pada kisaran suhu 22 – 310C. Kisaran suhu
tersebut merupakan kisaran suhu optimal bagi pertumbuhan dan perkembangan Daphnia
sp. (Radini, 2006 dalam Mubarak, 2009), dan penetasan dahpnia sp.
yang baik adalah pada suhu 210C. (Gusrina, 2006 dalam Ferry,
2009).
Daphnia sp. membutuhkan suplay oksigen untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakannya. Jika oksigen dalam perairan kurang mencukupi daphnia
sp. akan membentuk hemoglobin. Pada kondisi tersebut daphnia
sp. akan berwarna merah. Kurangnya supay oksigen dapat menyebabkan kematian
pada daphnia sp. (Anonim, 2012).
Oksigen terlarut sesuai dengan Radini (2006) di dalam
Mubarak (2009) bahwa, konsentrasi oksigen terlarut yang optimal untuk kultur daphnia.
V.
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapatkan dari praktikum ini adalah
sebagai berikut :
1. Kelangsungan hidup daphnia sp
tertinggi terdapat pada perlakuan B (media pupuk organik).
2. Rendahnya kelangsungan hidup daphnia
sp di akibatkan tidak adanya phytoplankton yang hidup sebagai makanan bagi daphnia
sp.
3. Parameter kualitas air pada media daphnia
sp masih memenuhi standar optimal untuk kelangsungan hidup bagi daphnia
sp.
5.2 Saran
Untuk kegiatan praktikum budidaya pakan alami selanjutnya
disarankan untuk dilakukan ditempat yang mendapatkan cahaya matahari yang
cukup.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonimous, Pedoman Teknis Budidaya Pakan Alami Ikan dan
Udang, (Jakarta, badan penelitian dan pengembangan pertanian, 1990).
Balai budidaya laut lampung, Budidaya Fitoplankton Dan Zooplankton (Lampung
proyek pengembangan perkayaan teknologi, 2002).
Chumaidi
dan Djajadireja, 1982. Kultur Massal Daphnia sp.di Dalam Kolam Dengan
Menggunakan Pupuk Kotoran Ayam. Bull. Pen.PD.1.3(2) : 17 – 20.
Davis,C.C. 1995. The Marine and Fresh Water Plankton. Michigan State
Univ.Press.
Hutabarat, S dan Evans. 1985. Kunci Identifikasi Zooplankton
Daerah Tropik . UI Press: Jakarta.
Mufidah
dkk. 2009. Pengkayaan Daphnia Spp. dengan Viterna terhadap Kelangsungan
Hidup dan Pertumbuhan Larva Ikan Lele Dumbo (Clarias Gariepinus).http://journal.unair.ac.id/filerPDF/9_Naila_rev.pdf.
(26
April 2010).
Mulyanto,
W. 1992. Biologi laut. Suatu Pendekatan Ekologis. Gramedia :Jakarta.
Nontji,
Anugerah. 1993.Laut Nusantara. Jakarta: Djambatan
Odum, E.P. 1971. Fundamentals of
Ecology . WB Saunders
Company.Phyladelphia.
Romimohtarto,
Kasijan.dkk. 2007. Biologi laut . Ilmu Tentang Biota Laut.Djambatan:
Jakarta.
Rostini,I.2007.
Kultur fitoplankton pada skala laboratorium Unpadpress: Bandung.
Sachlan, M. 1982.Planktonologi. Fakultas Peternakan dan Perikanan. Universitas Diponegoro:
Semarang.
Stone, D. 1997.Biodiversity of Indonesia. Singapore:Tien Wah Press.
LAMPIRAN
Tabel. Data Mentah Pengamatan
NO
|
PENGAMATAN KE
|
AKUARIUM 1
|
JUMLAH
|
AKUARIUM 2
|
JUMLAH
|
NAMA PENGAMAT
|
||||
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
3
|
|||||
1
|
30 Oktober
|
0
|
1
|
3
|
4
|
1
|
2
|
0
|
3
|
Widi Indra
|
2
|
1-Nov
|
1
|
0
|
0
|
1
|
0
|
1
|
2
|
3
|
Rizky Alfiany
|
3
|
6-Nov
|
1
|
0
|
2
|
3
|
2
|
1
|
1
|
4
|
Widi Indra
|
4
|
8-Nov
|
1
|
0
|
0
|
1
|
3
|
1
|
0
|
4
|
Rizky Alfiany
|
Foto kegiatan
Kultur Daphnia Sp
Tidak ada komentar:
Posting Komentar