Nama : Widi Indra Kesuma
NPM : 1114111058
Perkembangan
aplikasi rekayasa teknologi dalam kegiatan budidaya di bidang perikanan dalam
upaya untuk meningkatkan
Produksi
budidaya
Pengetahuan tentang
Perkembangan Teknologi Budidaya Perikanan sangat penting bagi semua
komponen yang terlibat dalam pengembangan usaha perikanan. Dalam hal Ini
pembudidaya ikan sebagai pelaku utama sektor Perikanan budidaya harus selalu
didukung untuk meningkatkan pengetahuan tentang pembudidayaan ikan, sehingga
tercapai system budidaya yang efektif dan efisien. Selain pembudidaya ikan
sebagai pelaku utama pembangunan perikanan, Para petugas dan pengambil
kebijakan yang ada di Dinas/ Instansi terkait juga perlu mendapatkan
pengetahuan mengenai perkembangan teknologi budidaya perikanan. Hal ini
dimaksudkan supaya dengan pengetahuan mengenai teknologi-teknologi budidaya
perikanan yang baru para pengambil kebijakan dapat mengarahkan dan merencanakan
program dan kegiatan pembangunan perikanan secara lebih baik.
Akuakultura merupakan kegiatan budidaya
dalam lingkungan perairan untuk menghasilkan suatu produk perikanan. Pada saat
ini sudah berkembang teknologi guna meningkatkan kualitas dan kuantitas produk
akuakultur. Salah satu caranya dengan teknik rekayasa genetika. Rekayasa
genetik merupakan suatu teknik transfer segmen DNA dari suatu organisme ke DNA
organisme lain. Pada akuakultur juga dapat dilakukan bioteknologi molekular,
artinya memanipulasi organisme pada taraf selular. Bioteknologi molekular ini
dapat dimanfaatkan dalam bidang kelautan untuk mengembangkan bahan alami,
obat-obatan, dan meningkatkan kualitas benih.
Pada budidaya ikan hias, rekayasa
genetika dapat dilakukan untuk mencari induk yang unggul. Dengan
mengkombinasikan sifat unggul dari indukan jantan dan betina, hingga dihasilkan
benih yang unggul dan dapat menjadi indukan yang unggul. Cara yang digunakan
ialah dengan inbreeding yaitu dengan mengawinkan individu yang memiliki
kekerabatan dekat dengan tujuan mendapatkan keturunan yang unggul dalam satu
sifat (homozygot), misalnya sifat tahan terhadap penyakit. Namun, inbreeding
memiliki dampak positif dan negatif. Dampak posistifnya ialah dapat
diperoleh benih yang baik, namun dampak negatifnya ialah menurunnya kualitas.
Selain itu, rekayasa genetika juga dapat digunakan untuk memperbanyak jumlah
benih yang dihasilkan.
Rekayasa genetika juga dapat digunakan
untuk mendapatkan pakan dengan kualitas yang baik. Pada budidaya ikan hias,
umumnya menggunakan pelet dan pakan dari zooplankton dan fitoplankton. Dengan
merekayasa zooplankton dan fitoplankton untuk bisa menghasilkan energi lebih
banyak, sehingga dapat membuat ikan lebih sehat dan tumbuh lebih cepat. Namun,
teknologi rekayasi genetika ini masih sangat mahal dan sulit digunakan untuk
budidaya skala kecil dan menengah.
Dalam rekayasa genetic juga terdapat teknologi
transgenic. Transgenesis adalah
pengintroduksian satu atau lebih gen ke embrio suatu organisme yang selanjutnya
gen tersebut dapat ditransmisikan pada generasi berikutnya. Gen asing
yang diintroduksikan tersebut biasanya berkaitan dengan karakter fenotipe
penting dalam budidaya ikan,sehingga dengan menggunakan metode transgenesis
akan didapatkan ikan-ikan yang memiliki sifat-sifat yang lebih unggul
dibandingkan ikan normal.
Terdapat beberapa metode dalam transgenik,
diantaranya adalah mikroinjeksi,electroporation,sperm delivery,particle
bombardment dan lipofection. Namun metode yang umum
digunakan adalah metode mikroinjeksi. Dengan metode ini,gen asing
diintroduksikan ke dalam embrio ikan menggunakan sebuah jarum injeksi dengan
diameter yang sangat kecil sekitar 5-7 µm. Penggunaan mikroskop sangat
diperlukan selama proses mikroinjeksi berlangsung.
Mikroinjeksi memiliki beberapa bagian yang
penting,yaitu mikromanipulator,mikroinjektor dan jarum mikroinjeksi (lihat
grafis). Mikromanipulator berfungsi mengatur posisi sehingga jarum
mikroinjeksi dapat menembus blastodisk telur,sedangkan mikroinjektor mendorong
larutan DNA yang akan dimasukkan pada bagian blastodisk.
Ikan hasil transgenik yang sudah pernah dilakukan
adalah ikan Salmon Atlantik,dimana hasil pertumbuhannya 2 hingga 6 kali lipat
dari ikan Salmon Atlantik nontransgenik. Ikan nila mampu 2-7 kali lebih
besar,bahkan pada ikan mud loach mampu tumbuh 35 kali lebih besar dari ikan
normal.
Penggunaan mikroinjeksi dalam transgenik ikan
didukung oleh hal-hal seperti jumlah telur yang relatif banyak dan
fertilisasinya terjadi secara eksternal yang memudahkan introduksi gen asing
pengkode target. Selain itu,dengan fertilisasi eksternal kita dapat
mengatur waktu sehingga jumlah telur yang diinjeksi maksimum. Keuntungan
lainnya adalah embrio ikan dapat dipelihara dalam media air tanpa
suplemen,karena untuk perkembangan embrio cukup mengandalkan nutrien dari
kuning telur. Embrio ikan tidak memerlukan manipulasi yang kompleks
seperti pada mamalia,yang harus dilakukan kultur in vivo dan
transfer embrio ke dalam rahim induknya.
Metode mikroinjeksi pada telur ikan juga memiliki
beberapa kelemahan,diantaranya adalah sel telur harus bisa ditangani.
Dengan kata lain,keberhasilan teknologi transgenik sangat bergantung pada
operator. Bila telah lihai atau terampil dalam 1 menit bisa mencapai 60 telur
yang dimikroinjeksi. Berbeda halnya dengan mamalia,injeksi langsung ke
dalam nukleus tidak dapat dilakukan pada ikan,mikroinjeksi ke dalam sitoplasma
membutuhkan kopi gen yang sangat banyak mengingat luasnya sitoplasma sehingga
memperlambat transfer DNA ke dalam nukleus.
Kendala lainnya dalam mikroinjeksi pada embrio
ikan adalah kekerasan dari lapisan korion. Salah satu cara mengurangi
atau menunda kekerasan korion yaitu dengan larutan glutation dan dengan cara
menginjeksi pada bagian mikrofil. Lokasi penginjeksian sendiri dapat
mempengaruhi persentase ikan yang membawa kontruksi gen asing.
Salah satu elemen yang penting dalam menentukan
dalam keberhasilan proses trangenesis adalah adanya promoter yang merupakan
bagian dari kontruksi gen. Promoter adalah sekuen DNA dimana RNA polymerase menempel
(bind) dan menginisiasi transkripsi. Promoter yang dapat digunakan
harus bersifat mampu aktif tanpa memerlukan faktor pemicu (constitutive),dapat
aktif pada semua jaringan otot (ubiquitous) dan dapat aktif kapan saja (house
keeping). Promoter yang biasa digunakan adalah promoter β-actin ikan
medaka yang telah digunakan pada ikanrainbow trout,nila,ikan mas dan
lele.
Teknologi transgenik dapat menyediakan produksi
rata-rata bagi “designer fish”untuk pangsa pasar misalkan permintaan percepatan
penampakan luar dari ikan,tekstur dagingnya yang banyak,rasa,warna dan
komposisi tertentu. Calon gen lain yang memberikan keuntungan pada
pertumbuhan ikan termasuk pengaturan pertumbuhan adalah pengkodean untuk
pelepasan hormon pertumbuhan (Growth Hormone,GH) dan insulin sebagai
faktor pertumbuhan. Pada metabolisme mineral,GH yang ditransfer melalui
mikroinjeksi mampu meningkatkan keseimbangan positif kalsium,magnesium serta
fosfat dan menimbulkan retensi ion Na+,K+ serta Cl- sehingga
efek utama dari GH adalah meningkatkan pertumbuhan tulang panjang dan tulang
rawan. Pada akhirnya ikan akan tumbuh lebih cepat dan besar dibandingkan
ikan normal peliharaan.
Selain dalam hal rekayasa
genetik, rekayasa teknologi dalam bidang perikanan juga mencakup rekayasa pada
pakan. Pakan memiliki proporsi paling
besar bagi pengeluaran biaya produksi dalam kegiatan budidaya perikanan, yaitu
sebesar antara 60-75%. Untuk itu pengetahuan tentang nilai gizi dari bahan baku
atau pakan itu sendiri adalah sangat penting bagi pembudidaya ikan. Sehingga
dalam pemberian pakan dapat lebih efektif dan efisien yang pada akhirnya ikan
yang dipelihara akan tumbuh dengan optimal dan sisa pakan yang terbuang akibat
pemberian pakan yang berlebih dapat dihindari. Dan tentunya dengan biaya yang
murah dan mudah dijangkau oleh masyarakat pembudidaya.
Untuk
mencapai tujuan tersebut maka harus dibuat formula pakan yang komposisinya
memenuhi kebutuhan gizi ikan yang dibudidayakan seperti protein (asam amino
esensial), lemak (asam lemak esesial), karbohidrat sebagai sumber energi serta
vitamin dan mineral. Dan untuk menghasilkan pakan yang murah dan mudah dijangkau
masyarakat maka pakan tersebut harus dibuat dari bahan baku pakan lokal yang
murah, bermutu dan mudah didapat dan tidak memiliki zat racun.
Balai
Budidaya Air Payau Situbondo memiliki Laboratorium Nutrisi dan Teknologi Pakan
terus melakukan inovasi-inovasi untuk menghasilkan pakan yang berkualitas dan
mudah dijangkau masyarakat wilayah pengembangan minapolitan. Balai Budidaya Air
Payau Situbondo telah berhasil memproduksi pakan murah dan terjangkau untuk
masyarakat kecil, bahan baku dari limbah teri nasi, dan remis (molusca) yang
melimpah di sepanjang pantai utara jawa yang diberi nama “Survigrow” dengan
enam jenis produk yaitu SGP, SG1, SG2, SG3, SG4 dan SG5. Pakan-pakan ini telah
berkembang di masyarakat pada hatchery ikan kerapu skala rumah tangga di
Situbondo dan sekitarnya.
Laboratorium
Nutrisi dan Teknologi Pakan BBAP Situbondo juga telah banyak melakukan
pengujian pakan dan probiotik baik uji laboratorium maupun uji lapang pada
produk-produk pakan komersil yang beredar di Indonesia.
Berikut merupakan bagan dari rekayasa teknologi
dalam peningkatan produksi budidaya perikanan:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar