MANAJEMEN
TATA LINGKUNGAN BUDIDAYA PERIKANAN DI SUMBERJAYA
(Praktikum
Tata Lingkungan Budidaya Perairan)
Disusun
Oleh:
WIDI
INDRA KESUMA
1114111058
JURUSAN
BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2014
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Biota air membutuhkan lingkungan yang
nyaman agar dapat hidup sehat dan tumbuh optimal. Bila lingkungan tersebut
tidak memenuhi syarat, biota air dapat mengalami stres, mudah terserang
penyakit yang akhirnya akan menyebabkan kematian. Untuk itu pertimbangan atau
faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan perairan adalah penting untuk
diperhatikan karena kualitas tanah dan air sangat mempengaruhi semua jenis
organisme yang hidup di air.
Kolam merupakan salah satu jenis habitat yang dipergunakan sebagai tempat
untuk kegiatan budidaya air tawar yang
berlokasi di daerah dataran. Kegiatan budidaya kolam
yang terus menerus menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan, yang ditandai
dengan menurunnya kualitas air. Kendala
lingkungan yang dihadapi dalam kegiatan
budidaya diantaranya penataan wilayah atau
penataan ruang pengembangan budidaya yang
tidak memperhatikan daya dukung lingkungan
akibat pengelolaan yang tidak tepat,
sehingga menimbulkan permasalahan lingkungan
dengan segala aspek komplikasinya dalam
kurun waktu yang panjang (Kordi dan
Tancung. 2007).
Kegagalan panen yang seringkali banyak
dialami petani kolam Ikan merupakan salah satu petunjuk telah terjadinya
degradasi kualitas lahan dan air pendukung usaha budidaya, kegagalan terjadi
akibat dari diabaikannya daya dukung atau kemampuan dari kolam sebagai media
kegiatan budidaya.
Seperti yang dijelaskan oleh Paez
Ozuna dkk (1998), bahwa apabila dalam suatu lingkungan terjadi penurunan
produksi secara drastis sampai hanya sebagian kecil saja yang mampu bertahan
hidup, maka lingkungan tersebut telah mengalami tekanan akibat pencemaran atau
penurunan mutu lingkungan. Oleh karena itu, untuk mempertahankan kondisi
kualitas lingkungan tersebut maka petani kolam harus melakukan kegiatan
budidayanya secara baik dan terkontrol. Seperti melakukan pergantian air kolam
rutin secara berkala serta lebih memperhatikan dalam manajerial kolamnya yakni
proses persiapan kolam seperti pemupukan dan pengapuran.
Kegiatan Praktikum Manajemen Tata lingkungan perlu dilakukan untuk
mengetahui kondisi lingkungan kaitannya dengan penurunnya kualitas lahan dan
air serta kemampuan
kolam dalam mendukung kegiatan budidaya agar sesuai dengan hasil yang
diharapkan bagi para petani kolam yang terdapat di Sumberjaya.
B. Tujuan dan Kegunaan
Adapun yang menjadi tujuan dari
pratikum Manajemen Tata Lingkungan Budidaya ini adalah untuk mengatahui kendala lingkungan kaitannya
dengan menurunnya kualitas lahan dan kualitas air dalam budidaya perairan.
Sedangkan kegunaan dari pratikum ini
adalah agar mahasiswa yang memprogram mata kuliah ini dapat mengetahui serta
memahami faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas lahan dan kualitas air dalam
budidaya perairan, sehingga kedepannya dapat dilakukan manajemen yang baik.
BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA
Paez Ozuna dkk
(1998), menyatakan bahwa apabila dalam suatu lingkungan terjadi penurunan
produksi secara drastis sampai hanya sebagian kecil saja yang mampu bertahan
hidup, maka lingkungan tersebut telah mengalami tekanan akibat pencemaran atau
penurunan mutu lingkungan. Oleh karena itu, untuk mempertahankan kondisi
kualitas lingkungan tersebut maka petani kolam harus melakukan kegiatan
budidayanya secara baik dan terkontrol. Seperti melakukan pergantian air kolam
rutin secara berkala serta lebih memperhatikan dalam manajerial kolamnya yakni
proses persiapan kolam seperti pemupukan dan pengapuran.
Potter (1977) dalam Afrianto dan Liviawaty (1991) yang menyatakan bahwa tanah
liat dan lumpur berpasir merupakan media yang baik untuk pertumbuhan klekap
karena banyak mengandung unsur hara dimana klekap merupakan pakan alami bagi
ikan.
Pertumbuhan dan kehidupan biota air
sangat dipengaruhi suhu air. Kisaran suhu optimal bagi kehidupan ikan di
perairan tropis adalah antara 28ºC-32ºC. Pada kisaran tersebut konsumsi oksigen
mencapai 2,2 mg/g berat tubuh/jam. Di bawah suhu 25ºC, konsumsi oksigen
mencapai 1,2 mg/g berat tubuh/jam. Pada suhu 18ºC-25ºC, ikan masih bertahan
hidup, tetapi nafsu makannya mulai menurun. Suhu 12ºC-18ºC mulai berbahaya bagi
ikan, sedangkan suhu di bawah 12ºC ikan tropis akan mati kedinginan.
Berdasarkan pernyataan Ahmad dan Cholik
(2001), bahwa ikan Bandeng masih hidup normal pada suhu 35ºC. Secara
teoritis, ikan tropis masih hidup normal pada suhu 30ºC-35ºC kalau konsentrasi
oksigen terlarut cukup tinggi.
Semakin tinggi suhu air, semakin rendah
daya larut oksigen di dalam air, dan sebaliknya. Suhu mempengaruhi metabolisme,
daya larut gas-gas, termasuk oksigen serta berbagai reaksi kimia di dalam air.
Semakin tinggi suhu air, semakin tinggi pula laju metabolisme udang yang
berarti semakin besar konsumsi oksigennya, padahal kenaikan suhu tersebut
bahkan mengurangi daya larut oksigen dalam air.
Kolam memerlukan kondisi air yang subur
untuk mendukung pertumbuhan pakan alaminya. Hal ini sesuai dengan pendapat Pantjara
dkk. (2007) menjelaskan bahwa nitrat
dalam air merupakan indikator tingkat kesuburan di dalam kolam. Selanjutnya
Utojo (2010) menambahkan bahwa untuk kolam tradisional konsentrasi nitrat
diperlukan untuk menstimulir pertumbuhan klekap, plankton dan lumut sebagai
pakan alami utama ikan.
BAB III. METODE
PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Pratikum ini dilaksanakan pada Hari Minggu Tanggal 07 Desember 2014 dan
bertempat di Kolam
Petani Ikan di Sumber jaya, Lampung Barat.
B. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan
pada pratikum Manajemen Tata Lingkungan Akuakultur yaitu alat tulis dan dokumentasi.
BAB IV. PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi
Praktek Manajemen Tata
Lingkungan kali ini
dilakukan di Kolam
Masyarakat di desa Sumber jaya, Lampung Barat. Lampung Barat
secara geografis merupakan kabupaten paling barat di provinsi ini yang
berbatasan langsung dengan provinsi Sumatera Selatan. Kabupaten ini mempunyai
lahan yang sangat baik sebagai lahan budidaya ikan air tawar, dan potensi ini
masih sangat mungkin dikembangkan mengingat daya dukungnya yang sangat baik
antara lain kesediaan air yang melimpah, sumber daya manusia yang cukup dan
kecilnya tingkat pencemaran terhadap sumberdaya air. Besarnya potensi produksi
ikan air tawar di Lampung Barat mencapai 639,4 ton/tahun.
B. Pembahasan
Dalam Manajemen Tata Lingkungan
perairan ada beberapa hal atau faktor yang mempengaruhi kualitas lahan maupun
kualitas air yang disebabkan karena adanya pencemaran atau penurunan mutu
lingkungan. Oleh karena itu, untuk mempertahankan kondisi kualitas lingkungan
tersebut maka perlu dilakukan manajemen dalam melakukan penataan kondisi lahan
maupun lingkungan perairan.
Manajemen Tata Lingkungan
Dalam kegiatan Manajemen Tata
Lingkungan sangat perlu dilakukan untuk mempertahankan kondisi kualitas lahan
budidaya (kolam) maupun kualitas air yang diakibatkan oleh degradasi lingkungan
dan pencemaran limbah rumah tangga. Kondisi lahan budidaya baik internal
(tekstur tanah) maupun eksternal (lingkungan sekitar kolam) sudah tidak layak
dijadikan areal budidaya. Hal ini disebabkan karena kolam tersebut dekat dengan
pemukiman warga, maka secara tidak langsung degradasi lingkungan yang
diakibatkan pencemaran dari limbah buangan rumah tangga tidak bisa dihindari.
Namun apabila dilakukan manajemen yang
baik, seperti pengelolaan dasar kolam seperti pemberian pupuk, peristrahatan kolam,
pengeringan, pergantian air dan pencucian sehingga tanah dasar kolam menjadi subur, gembur dan
membuat koloid tanah menjadi stabil, disamping itu guna mengoksidasi
bahan-bahan organik dan substansi-substansi yang tersisa pada lapisan tanah
dasar kolam.
BAB V.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan
pembahasan di atas saya sebagai penulis ada beberapa hal yang dapat saya
simpulkan adalah sebagai berikut :
1.
Secara keseluruhan gambaran umum kolam tersebut baik internal maupun
ekternal belum mengalami degradasi lingkungan yang
diakibatkan pencemaran dari limbah buangan.
2.
Manajemen Tata Lingkungan sangat perlu dilakukan untuk mempertahankan kondisi
kualitas lahan budidaya (kolam) maupun kualitas air yang diakibatkan oleh
degradasi lingkungan dan pencemaran limbah rumah tangga.
3. Kondisi tanah kolam yang
kami amati masih baik untuk proses budidaya, karena secara umum mengandung
banyak liat dan lumpur berpasir.
B. Saran
Saran saya untuk praktikum lapang selanjutnya sebaiknya juga
dilakukan di perairan laut maupun tawar agar praktikan dapat melihat perbandingan secara langsung disetiap tipe
perairan dalam melakukan Manajemen Tata Lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, E. dan Liviawaty, E. 1991. Teknik Pembuatan Tanah Kolam.
Kanisius. Yogyakarta.
Boyd, C.E., Massaut, L. and Weddig, L.J. 1998. Towards Reducing
Environmental Impacts of Pond Aquaculture. Info Fish International 2(98):
27-33.
Kordi, K dan Andi Baso Tancung.
2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya Perairan. PT. Rhineka Cipta.
Jakarta.
Pantjara, B., M. N. Nessa., W. Monoarfa. dan I. Djawad. 2007. Upaya
Peningkatan Produktivitas Kolam di Tanah Sulfat Masam dengan Mengurangi Unsur
Toksik dari Pematang. Jurnal Riset Akuakultur. 2(2):257-269.
Utojo, A. Mustafa., dan Hasnawi. 2010. Model Kesesuaian Lokasi Pengembangan
Budidaya Kolam di Kawasan Pesisir Kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat. Jurnal
Riset Akuakultur. 5(3):465-479.
Yunus. 1975. Kualitas Air untuk Akuakultur. Fakultas Perikanan IPB. Bogor.
Lampiran
1. Foto Kegiatan Praktikum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar