Rumput laut jenis Padina sp. merupakan spesies rumut laut dari filum Phaeyophyta. Ganggang ini berwarna coklat karena di dalam talusnya terkandung
pigmen fikosantin (coklat) dan xantofil. Selain fikosantin, ganggang ini juga memiliki klorofil a dan c, fikosantin dan klorofil itu terdapat di dalam
plastid talusnya
(Sergiana, 2009).
Padina australis
memiliki bentuk thalli seperti
kipas, membentuk segment-segment lembaran tipis (lobus) dengan
garis-garis berambut radial dan perkapuran di bagian permukaan thallus daun.
Holdfas berbentuk cakram kecil berserabut. Bagian atas lobus agak melebar
dengan pinggir rata dan pada bagian puncak terdapat lekukan-lekukan yang pada
ujungnya terdiri dari dua lapisan sel. Tumbuh menempel pada batu di daerah
rataan terumbu baik di tempat-tempat yang terkena hempasan ombak langsung
maupun terlindung (Atmadja, 1988). Kualitas lingkungan yang mendukung
pertumbuhan Padina australis yaitu suhu perairan 27 – 30OC,
salinitas berkisar 28 – 32 ppt, pH 7,5 – 8, kecepatan arus 35 – 80 cm/s,
kecerahan 2 m, kandungan nitrat berkisar antara 0,57 – 1,13 mg/L dan kandungan
fosfat 0,44 – 1,09 mg/L. Padina australis di alam dapat pula dijumpai
tumbuh pada substrat pasir dengan kedalaman air laut 10 – 30 cm, suhu 27,25 –
29,75OC dan salinitas 32 – 25 ppt.
Perkembangbiakan Padina
australis dapat berlangsung secara vegetatif maupun generatif.
Perkembangbiakan secara vegetatif (aseksual) dengan fragmentasi dan membentuk
spora (aplanospora dan zoospora). Perkembangbiakan seksual yang dilakukan
secara oogamis oleh ganggang ini bersifat monoesis atau diesis.
Padina australis telah diteliti
memiliki banyak manfaat. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa thalus Padina
australis kaya akan kalsium sebesar 6,15% dan logam bermanfaat lain
seperti natrium, kalium, magnesium, dan zat besi. Salah satu kandungan yang
bernilai ekonomis penting dari Padina australis adalah alginat.
Pemanfaatan alginat terutama dalam industri
farmasi yaitu potensi
antibakteri dan antioksidan (Hongayo et al, 2012) penggunaan ekstraknya sebagai
anti bakteri terhadap pengendalian bakteri vibrio (Salosso dkk, 2011),
industri kosmetik, industri tekstil, industri, industri kertas, industri karet,
fotografi, dan bahan adesif pada keramik.
Dilain tempat bisa dimanfaatkan sebagai pupuk organik.
Masyarakat di daerah kepulauan Riau, Lampung selatan, Jawa selatan, serta
sumbawa menggunakannya sebagai bahan makanan (Poncomulyo dkk. 2006).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar