METODE
PENGAMBILAN, PENGAWETAN, DAN ANALISIS PLANKTON
(Laporan
Praktikum Plankton dan Tanaman Air)
Oleh:
WIDI
INDRA KESUMA
1114111058
KELOMPOK
: 9 (SEMBILAN)
PROGRAM
STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2014
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Plankton
adalah oraganisme baik hewan atau tumbuhan yang hidupnya mengambang dan
melayang didalam kolam perairan yang tidak mempunyai kekuatan untuk melawan
arus. Pada umumnya plankton ada 2 jenis, yaitu fitoplankton yang bersifat
autotrofik dan zooplankton yang bersifat heterotrofik (Hutabarat, 1986).
Untuk
mendapatkan sampel plankton digunakan jaring plankton (planktonet). Plankton
yang telah dikumpulkan, dihitung dari tabung penampungan kebotol bermulut
besar, bahan pengawet yang biasa digunakan adalah formalin 4% yang telah
dinetralkan dengan borax dalam ketas label (juwana, 2001).
Kelimpahan plankton di suatu
perairan dipengaruhi oleh beberapa parameter lingkungan dan karakteristik
fisiologisnya. Komposisi dan kelimpahan plankton akan berubah pada berbagai
tingkatan sebagai respons terhadap perubahan-perubahan kondisi lingkungan baik
fisik, kimia, maupun biologi (Reynolds et al. 1984). Faktor
penunjang pertumbuhan plankton sangat kompleks dan saling berinteraksi antara
faktor fisika-kimia perairan seperti intensitas cahaya, oksigen terlarut,
stratifikasi suhu, dan ketersediaan unsur hara nitrogen dan fosfor, sedangkan
aspek biologi adalah adanya aktivitas pemangsaan oleh hewan, mortalitas alami,
dan dekomposisi (Goldman dan Horne, 1983).
Pengetahuan tentang
plankton belumlah cukup jika hanya mempelajari teorinya saja tanpa ada praktek
untuk mengamati dan mempelajari secara lansung mengenai plankton. Pengetahuan
yang diperoleh pada saat mengikuti proses pembelajaran di ruangan dianggap
belum cukup tanpa dibuktikan secara langsung mengenai hal-hal yang telah
disampaikan pada saat proses pembelajaran tersebut. Untuk lebih mengetahui dan
memahami tentang plankton maka perlulah kiranya diadakan praktikum mengenai
metode analisis plankton.
1.2
Tujuan
Adapun tujuan dari
praktikum ini adalah sebagai berikut:
a.
Mengetahui metode pengambilan sampel
plankton
b.
Mengetahui metode pengawetan sampel
plankton
c.
Mengetahui cara analisis sampel plankton
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Pengertian Plankton
Plankton didefinisikan sebagai organism hanyut apapu
yang hidup dalam zona pelagic (bagian abas) samudra, laut, dan air tawar secara
luas plankton dianggap sbagai salah satu organism terpenting di dunia, karena
menjadi bekal makanan untuk kehidupan akuatik. Plankton merupakan pakan alami
dari sebuah ekosistem perairan (Singgih, 2010).
Plankton adalah makhluk (tumbuhan atau hewan) yang hidupnya
mengapung, mengambang atau melayang di dalam air yang kemampuan renangnya
terbatas sehingga mudah terbawa arus (Roy, 2009).
2.2 Pengelompokkan Plankton
a. Berdasarkan Ukuran
Menurut Jasin (2008), karena mikroorganisme plankton sering
ditangkap-tangkap menggunakan jarring, maka dikelompokkan berdasarkan ukuran,
yaitu:
- Megaplankton: organism lebih dari 2mm
- Macroplankton: organism ukuran antara 0,21-2mm
- Mikroplankton: organism ukuran anatara 20mm dan 0,2nm
- Nanoplankton: organism sanghat kecil dengan ukuran 2-20nm
- Ultraplankton: organism ukuran sangat kecil 2mm
b. Berdasarkan Asal
Menurut Herawati (1989), berdasarkan asalnya plankton
dibedakan menjadi:
- Autogenic: plankton yang berasal dari perairan itu sendiri.
- Allogenik: plankton yang berasal dari perairan lain.
Berdasarkan asal-usulnya menurut Sova (2006), plankton
dibedakan menjadi dua, yaitu:
- Autoplankton yaitu plankton yang berasal dari perairan itu sendiri.
- Alloplankton yaitu plankton yang berasal dari luar habitat tersebut.
c. Berdasarkan Siklus Hidup
Menurut Rafik (2009), berdasarkan daur hidupnya plankton
dibagi menjadi 2, yaitu :
- Haloplankton
Dalam kelompok ini termasuk plankton yang seluruh daur
hidupnya dijalani sebagai plankton, mulai dari telur, larva, hingga dewasa.
Kebanyakan zooplankton termasuk dalam golongan ini. Contohnya : hakepod,
ampipod, salpa, koetognat, fitoplankton termasuk juga umumnya adalah
holoplankton.
2. Meroplankton
Plankton dari golongan ini menjalani kehidupan sebagai
plankton hanya pada tahap awal dari daur hidup biota tersebut, yakni pada tahap
sebagai telur dan larva saja. Beranjak dewasa ini akan berubah menjadi nekton,
yaitu hewan yang dapat aktif berenang bebas, atau sebagai benthos yang hidup
menetap atau melekat di dasar laut. Oleh karena itu metoplankton sering pula
disebut sebagai plankton sementara.
d. Bersadarkan Habitat
Menurut Barus (2002), Berdasarkan habitat pengelompokan
plankton dibedakan menjadi :
1. Haliplankton yaitu plankton yang hidup dilaut
2. Limnoplankton yaitu plankton yang hidup di air
tawar
e. Berdasarkan Jenis Makanan
Secara fungsional, plankton digolongkan menjadi 4 golongan
utama, yaitu:
- Fitoplankton
Umumnya berukuran 2-20 μm (1 μm = 0,001 mm). Fitoplankton
umumnya berupa individu bersel tunggal tetapi juga ada yang berbentuk rantai.
Fitoplankton mempunyai fungsi penting di laut, karena bersifat autofrofik,
yakni dapat menghasilkan sendiri bahan organik makanannya. Selain itu,
fitoplankton juga mampu melakukan proses fotosintesis untuk menghasilkan bahan
organik karena mengandung organik. Karena kemampuannya ini fitoplankton ini
disebut sebagai produsen primer.
- Zooplankton
Disebut pula plankton hewani, zooplankton bersifat
heterotropik berarti tak dapat memproduksi sendiri bahan organik dari bahan
inorganic. Ukurannya berkisar 0,2 – 2 mm (Taufik, 2009).
III.
METODE
3.1 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan
yang digunakan yaitu:
a.
Botol sampel plankton 10 liter
b.
Plankton net
c.
Botol sampel gelap
d.
Aquades
e.
Formalin 4 %
f.
Sampel plankton
g.
Sedgwick-Rafter
h.
Cover glass
i.
Pipet tetes
j.
Buku identifikasi
k.
Mikroskop.
3.2 Prosedur Kerja
a.
Pengambilan
sampel plankton dan pengawetan sampel
·
Tentukn Karakteristik lokasi sampling
·
Lakukan pengambilan sampel plankton
dengan botol secara horizontal/vertical
·
Pengmbilan dilakukan hingga 10 liter,
dan dimasukkan ke dalam botol gelap
·
Saring semua sampel air ke dalam
plankton net
·
Angkat plankton net, kemudian siram
dengan air mengalir agar plankton yang terjebak dapat masuk pada sampel botol
plankton net
·
Pindahkan sampel ke botol gelap yang
disiapkan
·
Beri pengawet formalin 4%
·
Simpan tempat sesuai suhu ruangan untuk
dianalisis
b.
Analisis
plankton
·
Siapkan sampel plankton yang telah
tersaring
·
Ambil sampel plankton dengan pipet tetes
·
Teteskan kedalam ruang Sedwick-Rafter
hingga tidak ada ruang udara yang terbuka
·
Tutup dengan cover glass
·
Amati jenis dan jumlah plankton dengan
mikroskop
·
Lakukan pengulangan sebanyak 3 kali.
IV.
PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Kel
|
Tempat
|
Jenis Plankton
|
Klasifikasi
|
Jumlah
|
Gambar
|
||||||||||||||||||
6
|
Kolam Lab Terpadu
|
-
|
-
|
-
|
-
|
||||||||||||||||||
7
|
Kolam Lab Terpadu
|
-
|
-
|
-
|
-
|
||||||||||||||||||
8
|
Kolam Lab Terpadu
|
chattonella marina
|
|
4
|
|
||||||||||||||||||
|
|
volvox
|
|
1
|
|
||||||||||||||||||
cylotella
|
Divisi : Bacillariophyta
Kelas : Bacillariophyceae
Bangsa :Centrales
Suku :Thalassiosiraceae
Marga :Cyclotella
Jenis :Cyclotella
atomus
|
1
|
|
||||||||||||||||||||
synedra flugens
|
Divisio: Bacillariophyta
Kelas : Bacillariophyceae
Ordo :
Pennales
Family : Diatomaceae
Genus : Synedra
Spesies : Synedra sp.
|
2
|
|
||||||||||||||||||||
rhizosolenia robusta
|
|
1
|
|
||||||||||||||||||||
planktoniella
|
|
1
|
|
||||||||||||||||||||
mastogonia smithi
|
|
1
|
|
||||||||||||||||||||
asterionella sp
|
Phylum:Heterokontophyta
Class : Bacillariophyceae Order : Pennales Suborder :Araphidineae Family :Fragilariaceae Genus : Asterionella Spesies : Asterionella sp |
1
|
|
||||||||||||||||||||
9
|
Sungai
|
Skeletonema sp
|
Kingdom :
Plantae
Divisi : Chrysophyta Kelas : Bacillariophyceae Ordo : Centrales Sub Ordo : Coscinodiscineae Famili : Coscinodiscaceae Genus : Skeletonema Spesies : Skeletonema costatum |
3
|
|
||||||||||||||||||
10
|
Sungai
|
rhizosolenia robusta
|
|
1
|
|
4.2 Pembahasan
Lokasi penelitian dilakukan di dua tempat, yaitu
pengambilan sampel dilakukan di lapangan yang berlokasi di Kolam Lab Terpadu
dan Sungai, dan untuk identifikasi plankton dilakukan di Laboratorium Budidaya
Perairan UNILA. Pengambilan sampel plankton dilakukan pada siang dan sore hari
karena plankton aktif melakukan fotosintesis pada siang atau sore hari sehingga
diharapkan keanekaragaman plankton khususnya fitoplankton dapat terwakili.
Pengambilan sampel air menggunakan ember yang
bervolume 5 liter sebanyak 10 kali (50 liter) yang dicelupkan ke permukaan
perairan. Selanjutnya air yang terkumpul dituangkan ke dalam planktonet agar tersaring,
kemudian dipindahkan ke dalam botol vial ukuran 25 ml yang sudah diberi label
sesuai stasiun kemudian ditetesi dengan formalin 4% sebanyak 1 tetes, dan
menutupnya dengan rapat agar tidak tumpah. Pengambilan sampel plankton dilakukan
sebanyak 3 kali ulangan tiap titik di masing-masing stasiun.
Plankton yang ditemukan yaitu ada 9 jenis yang
terdiri dari yaitu chattonella marina, volvox, cylotella, synedra flugens, rhizosolenia
robusta, planktoniella, mastogonia smithi, asterionella sp, dan
Skeletonema sp . Genus yang pada
umumnya digunakan sebagai bioindikator di perairan adalah anggota kelas
Cyanophyceae dan kelas Bacillariophyceae. Pada praktikum terdapat plankton yang
merupakan anggota dari kelas Bascillariophyceae yang terdiri dari rhizosolenia robusta, planktoniella,
dan
Skeletonema sp serta dari kelas Cyanophyceae
yang terdiri dari chattonella marina, volvox, cylotella,dan
synedra flugens. Seperti yang telah diketahui anggota
dari Bacillariophyceae dan Cyanophyceae bisa dijadikan bioindikator pencemaran
perairan. Menurut Conradie (2008), Skeletonema sp
diketahui
memiliki kemampuan bertahan terhadap perubahan kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan.
Hal ini dimungkinkan karena Skeletonema sp memiliki
sel pembungkus (Cell Envelope = CE) yang berlapis dan selubung (Sheath
= S). Selubung atau sheath akan terbentuk pada kondisi lingkungan
sub optimal atau dibawah cekaman. Kondisi inilah yang diduga mampu membuat Skeletonema sp
bertahan
hidup dengan kondisi lingkungan perairan yang tercemar (Pramitha, 2010).
Anggota Bacillariophyceae digunakan sebagai
bioindikator pencemaran air karena memiliki dinding sel yang terbuat dari
silika. Dinding sel yang terbuat dari silika pada umumnya kuat atau masih tetap
utuh, sehingga dari analisis dinding sel ini bisa diketahui bahan-bahan
pencemar yang terakumulasi pada suatu perairan. Selain itu, Bacillariophyceae
mempunyai peranan yang penting di dalam proses mineralisasi dan pendaur-ulangan
bahan-bahan organik, baik yang berasal dari perairan maupun dari daratan (Amedia,
2013). Ditemukannya plankton dari kelas Cyanophyceae dan kelas
Bacillariophyceae menandakan bahwa perairan telah tercemar. Menurut Lee et
al (1975) dalam Wardhana (2006), kondisi perairan yang seperti itu
serta indeks keanekaragaman jenisnya yang rendah tergolong dalam tingkat
pencemaran sedang.
Dimana menurut Clark (1974) dan
Krebs (1972) dalam Arsil (1999), tingginya keanekaragaman
menunjukkan suatu ekosistem yang seimbang dan memberikan peranan yang besar
untuk menjaga keseimbangan terhadap kejadian yang merusak ekosistem dan spesies
yang dominan dalam suatu komunitas memperlihatkan kekuatan spesies itu
dibandingkan spesies lain. Ekosistem yang tidak seimbang akan mempengaruhi
pakan alami sehingga jika pakan alami tidak tersedia maka kelangsungan hidup
larva organisme akan terancam.
Hal ini
sesuai dengan pendapat Davis (1995) yang mengemukakan bahwa pada suatu perairan
sering didapatkan jumlah fitoplankton yang berlimpah pada suatu tempat,
sedangkan di tempat lainnya di perairan yang sama, jumlahnya sangat sedikit.
Hal ini disebabkan oleh unsur hara dan kualitas air secara fisika maupun kimia.
Selanjutnya Wardoyo (1981) menambahkan bahwa beberapa faktor lingkunganyang
adakalanya mempunyai hubungan yang khusus dan dapt mempengaruhi fitoplankton
yang ada diperairan tersebut adalah suhu, pH, oksigen terlarut, dan karbondioksida
bebas dan unsur hara yang terkandung di dalamnya, terkhuusus unsur nitrat,
nitrit, besi, fosfat, amonia dan besi.
KESIMPULAN
Adapun Kesimpulan yang
dapat diperoleh yaitu sebagai berikut:
1.
Plankton yang ditemukan yaitu ada 9
jenis yang terdiri dari yaitu chattonella marina, volvox, cylotella, synedra
flugens, rhizosolenia robusta, planktoniella, mastogonia smithi, asterionella
sp, dan
Skeletonema sp.
2.
Plankton di suatu perairan menunjukkan
tingkat kesuburan dan produktifitas yang dimiliki perairan tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
Amedia I, 2013. Diatom
sebagai bioindikator kualitas air. Semarang : Universitas Diponegoro.
Arfiati.Diana.2001.Diktat
Limnologi.FPIK UB.Malang
Conradie,KR,
Plessis SD, and Venter A,2008. School of Environmental Sciences and
Development: Botany. South African Journal of Botany 74 (2008) :
101–110.
Effendi.2003.Pengantar
Planktonologi Bagi Hal Pembudidaya. Kanisius. Yogyakarta.
Ekawati.2005.
Budidaya Makanan Alami. FPIK UB.Malang
Hapsari.2010.Pengantar
Planktonologi. Universitas Brawijaya.Malang
Herawati.1989.Pengantar
Diklat Planktonologi.UI Press.Jakarta
Hutabart,
sahala, 1986. Kunci Identifikasi Zooplankton. UI press. Jakarta.
Juwana,
s., 2001. Pengantar Biologi Laut. Erlangga. Jakarta.
Singgih.2010.Produktivitas
Perairan. Universitas Brawijaya. Malang
Sufron.
2003. Erlangga dan Perubahannya. UB Press. Malang
Wardhana W,
2006. Metoda Prakiraan Dampak dan Pengelolaanya pada Komponen Biota Akuatik.
Jakarta : Pusat Penelitian Sumberdaya Manusia dan Lingkungan
(PPSML) Universitas Indonesia.
Zaifbio.2009.
Budidaya Makanan buatan. UB. Malang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar