PENGELOLAAN
KUALITAS AIR DAN LIMBAH PADA KEGIATAN BUDIDAYA
(Tugas Resume Manajemen Tata Lingkungan
Budidaya)
Oleh
Widi
Indra Kesuma
1114111058
JURUSAN
BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2014
PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN LIMBAH
PADA KEGIATAN BUDIDAYA
A.
Pengelolaan
Kualitas Air
Kehidupan Perairan sangat tergantung sekali pada
kesesuaian lingkungan perairan dengan biota di dalamnya. Upaya pengelolaan
lingkungan agar dapat memenuhi kebutuhan dan mendukung kegiatan budidaya dapat
dilakukan dengan cara diantaranya melakukan kegiatan pemantauan kualitas air
atau pengelolaan kualitas air dan kesehatan ikan secara bersama-sama.
Pengelolaan kualitas air adalah upaya pemeliharaan
air sehingga tercapai kualitas yang diinginkan sesuai fungsi peruntukannya
untuk menjamin agar kualitas air tetap dalam kondisis alamiahnya. Pengelolaan
kualitas air yang kontinyu merupakan faktor eksternal lain yang menentukan
keberhasilan usaha budidaya, karena berkaitan yang erat antara lingkungan
perairan dengan berkembangnya hama dan penyakit pada organisme air tawar yang
dipelihara.
Kualitas air mencakup sifat fisika, kimia dan sifat
biologi air. beberapa parameter kualitas air, yang
merupakan parameter kunci yang sangat
berpengaruh terhadap kehidupan ikan diantaranya:
oksigen terlarut, BOD, CO2 pH,
alkalinitas, kesadahan, fosfat terlarut, nitrat,
nitrit, kecerahan, suhu, dan kelimpahan
plankton.
Faktor Penyebab Turunnya Kualitas Air
1. Padat Penebaran
ikan
2. Pemberian pakan
yang berlebihan
3. Menumpuknya
bahan organik
4. Pengelolaan
dasar sebelum penebaran
5. Pengelolaan air
6. Kondisi air
sumber (sumur, sungai, danau atau waduk)
7. Perubahan cuaca
Dampak Kualitas Air yang Buruk Bagi Biota Budidaya:
1. Pertumbuhan
ikan dan biota air lainnya terganggu.
2. Tingkat
kematian tinggi.
3. Keracunan biota
air
4. Ikan mudah
diserang penyakit
Metode yang digunakan dalam pengelolaan kualitas air harus
mengacu pada tujuan pengelolaan air .
Secara garis besar tujuan dari kegiatan ini terbagi dalam 3 kelompok yaitu :
(a) Menjaga atau
mempertahankan kualitas air yang sudah sesuai dengan tolok ukur berlaku
berdasarkan pengamatan lapangan maupun teori,
(b) Memperbaiki
kualitas perairan yang kurang sesuai ke arah yang lebih baik,
(c) Mengganti
perairan yang dapat
membahayakan bagi organism budidaya dengan perairan yang baru untuk menciptakan
lingkungan perairan yang lebih sesuai dengan kondisi dan kualitas organism
budidaya.
Metode yang digunakan harus tepat sasaran sesuai dengan
parameter yang akan dikelola yaitu kecerahan air, warna air , kondisi fisik air
dan kondisi dasar perairan. Parameter tersebut membutuhkan pendekatan metode
tersendiri yang tetap mengacu pada keterkaitan satu sama lain.
Metode yang digunakan harus dapat menyentuh akar
permasalahan kualitas air yang sebenarnya. Permasalahan kualitas air dapat
terjadi antara lain karena :
(a)
Faktor
internal, yaitu
permasalahan yang terjadi karena terganggunya salah satu unsur penyusun
ekosistem perairan ;
(b)
Faktor
eksternal, yaitu
permasalahan yang diakibatkan oleh adanya pengaruh dari luar seperti perubahan cuaca yang menyebabkan
kestabilan perairan terguncang;
(c)
Faktor
treatment error
, yaitu permasalahan yang terjadi akibat kesalahan perlakuan teknis budidaya
Dasar pertimbangan tersebut bertujuan agar penerapan metode
yang digunakan dalam pengelolaan kualitas air dapat berjalan efektif dan efisien baik secara
teknis budidaya maupun perhitungan finansial. Beberapa metode yang biasa digunakan
dalam pengelolaan kualitas air antara lain :
1. Sirkulasi air
- Pemupukan air
- Inokulasi air, and
- Penggunaan bahan kimia dan obat-obatan (tidak direkomendasikan).
Metode tersebut dalam penerapannya tidak dapat berdiri
sendiri dan mempunyai keterkaitan satu sama lain tergantung pada tingkat urgency dan skala prioritas dari
perlakuan teknis budidaya yang akan diberikan berdasarkan pengamatan dan
identifikasi keperluan yang ditemukan di lapangan. Metode pengelolaan kualitas
air yang dilakukan secara terpisah akan
mengakibatkan keseimbangan ekosistem perairan tersebut terganggu sehingga dapat
menyebabkan suatu permasalahan yang baru yang lebih kompleks.
B.
Pengelolaan
Limbah
Pertumbuhan budidaya
perikanan telah menyebabkan kepada sebuah peningkatan dalam penggunaan pakan
untuk meningkatkan produksi. Limbah yang dihasilkan dari penggunaan pakan pada
budidaya perikanan akan menjadiperhatian utama. Limbah dari tambak ikan secara umum terbagi menjadi
tigabentuk :
·
Limbah
hasil metabolisme,
·
Limbah
kimia, dan
·
Zat-zat
pathogen.
Limbah
hasil perikanan dapat berbentuk padatan, cairan atau gas. Limbah
berbentuk padat berupa potongan daging ikan, sisik, insang atau saluran
pencernaan. Limbah ikan yang berbentuk cairan antara lain darah, lendir
dan air cucian ikan. Sedangkan limbah ikan yang berbentuk gas adalah bau
yang ditimbulkan karena adanya senyawa amonia, hidrogen sulfida atau keton.
Berbagai
teknik penanganan dan pengolahan limbah telah dikembangkan. Masing-masing
jenis limbah membutuhkan cara penanganan khusus, berbeda antara jenis limbah
yang satu dengan limbah lainnya. Namun secara garis besarnya, teknik
penanganan dan pengolahan limbah dapat dibagi menjadi penanganan dan pengolahan
limbah secara fisik, kimiawi, dan biologis.
1.
Secara Fisik
Penanganan
dan pengolahan limbah secara fisik dilakukan untuk memisahkan antara limbah
berbentuk padatan, cairan dan gas. Penanganan dan pengolahan limbah
secara fisik mampu melakukan pemisahan limbah berbentuk padat dari limbah
lainnya. Limbah padatan akan ditangani atau diolah lebih lanjut sehingga tidak
menjadi bahan cemaran, sedangkan limbah cair dan gas akan ditangani atau diolah
menggunakan teknik kimiawi dan biologis.
Secara
fisik, penangan limbah dilakukan menggunakan penyaring (filter). Bentuk
saringan disesuaikan dengan kondisi dimana limbah tersebut ditangani.
Panyaring yang digunakan dapat berbentuk jeruji besi atau saringan.
2.
Secara Kimiawi
Penanganan
dan pengolahan limbah secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan senyawa kimia
tertentu untuk mengendapkan limbah sehingga mudah dipisahkan. Pada limbah
berbentuk padat, penggunaan senyawa kimia dimaksudkan untuk menguraikan limbah
menjadi bentuk yang tidak mencemari lingkungan.
3.
Secara Biologis
Pengolahan
limbah secara biologis dilakukan dengan menggunakan tanaman dan mikroba.
Jenis tanaman yang digunakan dapat berupa eceng gondok, duckweed, dan
kiambang. Jenis mikroba yang digunakan adalah bakteri, jamur, protozoa
dan ganggang. Pemilihan jenis mikroba yang digunakan tergantung dari jenis
limbah. Bakteri merupakan mikroba yang paling sering digunakan pada
pengolahan limbah secara biologis. Bakteri yang digunakan bersifat
kemoheterotrof dan kemoautotrof. Bakteri kemoheterotrof memanfaatkan
bahan organisk sebagai sumber energi, sedangkan bakteri kemoautotrof
memanfaatkan bahan anorganik sebagai sumber energi.
Jamur
yang digunakan dalam penanganan dan pengolahan limbah secara biologis bersifat
nonfotosintesa dan bersifat aerob. Protozoa yang digunakan dalam penanganan dan
pengolahan limbah bersel tunggal dan memiliki kemampuan bergerak (motil).
Ganggang digunakan pada penanganan dan pengolahan limbah secara biologis karena
memiliki sifat autotrof dan mampu melakukan fotosintesa. Oksigen yang
dihasilkan dari fotosintesa dapat dimanfaatkan oleh mikroba.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar