PERENCANAAN
KERAMBA JARING APUNG POLIKULTUR DOUBLE
LAYER PADA SPESIES BERBEDA: “IKAN NILA DAN IKAN MAS”
(Makalah
Rekayasa Teknologi Budidaya Perairan)
Oleh:
Widi
Indra Kesuma
1114111058

JURUSAN
BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2013
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah
berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk
Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta
hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah dengan judul ” PERENCANAAN KERAMBA JARING APUNG POLIKULTUR
DOUBLE LAYER PADA SPESIES BERBEDA:
“IKAN NILA DAN IKAN MAS””.
Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari
berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada: Kedua orang tua dan segenap keluarga besar penulis
yang telah memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Dari
sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit
kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.
Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari
kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar tulisan ini dapat
lebih baik lagi.
Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi
semua pembaca.
Bandar Lampung, Desember 2013
Penyusun
Widi Indra K.
I.
PENDAHULUAN
Keramba Apung adalah
sebuah sarana pembiakan perikanan yang menggunakan jaring sebagai sarana
pembiakan. Pembiakan ikan biasa dilakukan di laut ataupun di media air tawar
seperti danau atau waduk, dengan alasan kedalaman yang dibutuhkan untuk keramba
biasanya cukup dalam, dimana kedalaman tersebut tidak tersedia di media air
tawar lain seperti sungai atau tambak.
Keramba apung yang ada
saat ini kebanyakan hanya berupa jaring yang diikatkan pada pelampung yang
terbuat dari drum atau gentong bekas dan ikan dibudidayakan di dalam jaring
tersebut. Para petani ikan menebarkan benih ikan pada awal masa pembiakkan dan
pada saat masa panen mereka akan memanen hasilnya. Keramba konvensional
terdapat beberapa kelemahan, yaitu para petani ikan baru bisa memanen ikannya
jika sudah mencapai masa panen. Cara memanen ikan memakai cara manual yaitu
menggiring ikan dengan alat bambu yang dilakukan minimal 2 orang.
Berdasarkan
masalah-masalah yang dihadapi oleh para petani ikan, banyak tipe-tipe dan
perencanaan keramba baru yang diharapkan mampu mengatasi masalah-masalah yang
ada. Berdasarkan permasalahan
tersebut,
alternative solusi dengan cara menerapkan sistem budidaya
KJA double layer yang memiliki potensi yang lebih lebih efisien, baik
efisien secara teknis maupun ekonomi karena diterapkan pada luasan yang relatif
sempit. Metode ini tentunya akan berpotensi untuk melipat
gandakan hasil tanpa harus menambah biaya yang lebih
besar KJA Double Layer memiliki keunggulan dibandingan KJA Konvensional, dimana
pada satu luasan areal budidaya terdapat 2 atau lebih jaring untuk jenis ikan
yang berbeda tetapi saling mendukung (Nasser,2013).
Ikan Nila (Tilapia niloticus) sebagai ikan yang umum dibudidayakan
dengan Ikan Mas dalam KJA Double Layer. Ikan nila tidak memerlukan pakan khusus,
ikan nila bisa mencapai pertumbuhan cukup baik dengan hanya memakan sisa – sisa
pakan yang tidak termanfaatkan/tidak terkonsumsi dari ikan ikan mas yang ada di
atasnya.
II.
PEMBAHASAN
2.1 Keramba Jaring Apung
Wadah budidaya ikan yang sangat potensial dikembangkan di
Indonesia adalah karamba jaring Apung. Budidaya ikan dalam Keramba Jaring Apung
(KJA) merupakan salah satu teknologi budidaya yang handal dalam rangka optimasi
pemanfaatan perairan danau dan waduk. Agar dapat melakukan budidaya ikan
dijaring terapung yang menguntungkan maka konstruksi wadah tersebut harus
sesuai dengan persyaratan teknis. Konstruksi wadah jaring terapung pada
dasarnya terdiri dari dua bagian yaitu kerangka dan kantong jaring.
Kerangka berfungsi sebagai tempat pemasangan kantong jaring
dan tempat berjalan orang pada waktu memberi pakan dan saat panen. Kantong
jaring merupakan tempat pemeliharaan ikan yang akan dibudidayakan. Dengan
memperhitungkan konstruksi wadah secara baik dan benar akan diperoleh suatu
wadah budidaya ikan yang mempunyai masa pakai yang lama.Dalam mendesain
konstruksi wadah budidaya ikan disesuaikan dengan lokasi yang dipilih untuk
membuat budidaya ikan dijaring terapung.
Budidaya ikan dijaring terapung dapat dilakukan untuk
komoditas ikan air tawar dan ikan air laut. Sebelum membuat konstruksi wadah
karamba jaring terapung pemilihan lokasi yang tepat dari aspek sosial ekonomis
dan teknis benar. Sama seperti wadah budidaya ikan kolam dan akuarium
persyaratan secara teknis dan sosial ekonomis dalam memilih lahan yang akan
digunakan untuk melakukan budidaya ikan harus diperhatikan.
Aspek sosial ekonomis yang sangat umum yang harus
dipertimbangkan adalah lokasi tersebut dekat dengan pusat kegiatan yang
mendukung operasionalisasi suatu usaha seperti tempat penjualan pakan, pembeli
ikan dan lokasi yang dipilih merupakan daerah pengembangan budidaya ikan
sehingga mempunyai prasarana jalan yang baik serta keamanan terjamin.
Persyaratan teknis yang harus diperhatikan dalam memilih lokasi usaha budidaya
ikan di karamba jaring terapung antara lain adalah :
a. Arus air pada lokasi keramba jaring apung.
Arus air pada lokasi yang dipilih diusahakan tidak terlalu
kuat namun tetap ada arusnya agar tetap terjadi pergantian air dengan baik dan
kandungan oksigen terlarut dalam wadah budidaya ikan tercukupi, selain itu
dengan adanya arus maka dapat menghanyutkan sisa-sisa pakan dan kotoran ikan
yang terjatuh di dasar perairan.
Dengan tidak terlalu kuatnya arus juga berpengaruh terhadap
keamanan jaring dari kerusakan sehingga masa pakai jaring lebih lama. Bila pada
perairan yang akan dipilih ternyata tidak ada arusnya (kondisi air tidak
mengalir), disarankan agar unit budidaya atau jaring dapat diusahakan di
perairan tersebut, tetapi jumlahnya tidak boleh lebih dari 1% dari luas
perairan. Pada kondisi perairan yang tidak mengalir, unit budidaya sebaiknya
diletakkan ditengah perairan sejajar dengan garis pantai.
b. Kedalaman perairan keramba jaring apung
Kedalaman perairan sangat berpengaruh terhadap kualitas air
pada lokasi tersebut. Lokasi yang dangkal akan lebih mudah terjadinya
pengadukan dasar akibat dari pengaruh gelombang yang pada akhirnya menimbulkan
kekeruhan. Sebagai dasar patokan pada saat surut terendah sebaiknya kedalaman
perairan lebih dari 3m dari dasar waring/jaring.
c. Tingkat kesuburan air keramba jaring apung.
Pada perairan umum dan waduk ditinjau dari tingkat
kesuburannya dapat dikelompokkan menjadi perairan dengan tingkat kesuburan
rendah (oligotropik), sedang (mesotropik) dan tinggi (eutropik). Jenis perairan
yang sangat baik untuk digunakan dalam budidaya ikan di jaring terapung dengan
sistem intensif adalah perairan dengan tingkat kesuburan rendah hingga
sedang.Jika perairan dengan tingkat kesuburan tinggi digunakan dalam budidaya
ikan di jaring terapung maka hal ini sangat beresiko tinggi karena pada
perairan eutropik kandungan oksigen terlarut pada malam hari sangat rendah dan
berpengaruh buruk terhadap ikan yang dipelihara dengan kepadatan tinggi.
d. keramba jaring apung Bebas dari pencemaran.
Dalam dunia perikanan, yang dimaksud dengan pencemaran
perairan adalah penambahan sesuatu berupa bahan atau energi ke dalam perairan
yang menyebabkan perubahan kualitas air sehingga mengurangi atau merusak nilai
guna air dan sumber air perairan tersebut.
Bahan pencemar yang biasa masuk kedalam suatu badan perairan
pada prinsipnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu bahan pencemar yang sulit
terurai dan bahan pencemar yang mudah terurai. Contoh bahan pencemar yang sulit
terurai berupa persenyawaan logam berat, sianida, DDT atau bahan organik
sintetis. Contoh bahan pencemar yang mudah terurai berupa limbah rumah tangga,
bakteri, limbah panas atau limbah organik. Kedua jenis bahan pencemar tersebut
umumnya disebabkan oleh kegiatan manusia, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Penyebab kedua adalah keadaan alam seperti : banjir atau gunung
meletus.
Jika lokasi budidaya mengandung bahan pencemar maka akan
berpengaruh terhadap kehidupan ikan yang dipelihara didalam wadah budidaya ikan
tersebut.
e. Kualitas air keramba jaring apung.
Dalam budidaya ikan, secara umum kualitas air dapat
diartikan sebagai setiap perubahan (variabel) yang mempengaruhi pengelolaan,
kelangsungan hidup dan produktivitas ikan yang dibudidayakan. Jadi perairan
yang dipilih harus berkualitas air yang memenuhi persyaratan bagi kehidupan dan
pertumbuhan ikan yang akan dibudidayakan.Kualitas air meliputi sifat fisika,
kimia dan biologi. Secara detail tentang kualitas air ini akan dibahas pada
posting labih lanjut.
f. lokasi keramba jaring apung bukan daerah up-welling
Lokasi ini terhindar dari proses perputaran air dasar
kepermukaan (up-welling). Pada daerah yang sering terjadi up-welling sangat
membahayakan kehidupan organisme yang dipelihara, dimana air bawah dengan
kandungan oksigen yang sangat rendah serta gas-gas beracun akan kepermukaan
yang dapat menimbulkan kematian secara massal. Lokasi seperti ini sebaiknya
dihindari. kecuali sistem keramba dipasok oksigennya dengan suatu mekanisme
tertentu.
Setelah mendapatkan lokasi yang memenuhi persyaratan teknis
maupun sosial ekonomis maka harus dilakukan perencanaan selanjutnya.
Perencanaan disesuaikan dengan data yang diperoleh pada waktu melakukan survey
lokasi. Perencanaan tersebut dapat dibuat dengan membuat gambar dari konstruksi
wadah budidaya yang akan dibuat.
Konstruksi wadah jaring terapung terdiri dari beberapa
bagian, antara lain :
a. Kerangka keramba jaring apung
Kerangka jaring terapung dapat dibuat dari bahan kayu, bambu
atau besi yang dilapisi bahan anti karat (cat besi). Memilih bahan untuk
kerangka, sebaiknya disesuai-kan dengan ketersediaan bahan di lokasi budidaya
dan nilai ekonomis dari bahan tersebut.
Kayu atau bambu secara ekonomis memang lebih murah
dibandingkan dengan besi anti karat, tetapi jika dilihat dari masa pakai dengan
menggunakan kayu atau bambu jangka waktu (usia teknisnya) hanya 1,5–2 tahun.
Sesudah 1,5–2 tahun masa pakai, kerangka yang terbuat dari kayu atau bambu ini
sudah tidak layak pakai dan harus direnofasi kembali. Jika akan memakai
besi anti karat sebagai kerangka jaring pada umumnya usia ekonomis/ angka waktu
pemakaiannya relatif lebih lama, yaitu antara 4–5 tahun.
Pada umumnya petani ikan di jaring terapung menggunakan kayu
sebagai bahan utama pembuatan kerangka, karena selain harganya relatif murah
juga ketersediaannya di lokasi budidaya sangat banyak. kayu yang digunakan
untuk kerangka jaring terapung ukurannya berkisar antara 5 X 5 meter sampai 10
X 10 meter. Petani ikan jaring terapung di perairan Danau Toba pada umumnya
menggunakan kerangka dari kayu dengan ukuran 5 x 5 meter. Kerangka dari jaring
apung umumnya dibuat tidak hanya satu petak tetapi satu unit. Satu unit jaring
terapung terdiri dari 10 buah petak.
b. Pelampung keramba
jaring apung
Pelampung berfungsi untuk mengapungkan kerangka/ jaring
terapung. Bahan yang digunakan sebagai pelampung berupa drum (besi atau
plastik) yang berkapasitas 200 liter, busa plastik (stryrofoam) atau
fiberglass. Jenis pelampung yang akan digunakan biasanya dilihat berdasarkan
lama pemakaian.
Jika akan menggunakan pelampung dari drum maka drum harus terlebih dahulu dicat dengan menggunakan cat yang mengandung bahan anti karat. Jumlah pelampung yang akan digunakan disesuaikan dengan besarnya kerangka jaring apung yang akan dibuat. Jaring terapung berukuran 7 X 7 meter, dalam satu unit jaring terapung membutuhkan pelampung antara 45 buah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar.
Gambar.
Pelampung drum besi
c. Pengikat keramba jaring apung
Tali pengikat sebaiknya terbuat dari bahan yang kuat,
seperti tambang plastik, kawat ukuran 5 mm, besi beton ukuran 8 mm atau 10 mm.
Tali pengikat ini digunakan untuk mengikat kerangka jaring terapung, pelampung
atau jaring.
d. Jangkar keramba jaring apung
Jangkar berfungsi sebagai penahan jaring terapung agar rakit
jaring terapung tidak hanyut terbawa oleh arus air dan angin yang kencang.
Jangkar terbuat dari bahan batu, semen atau besi. Pemberat diberi tali
pemberat/tali jangkar yang terbuat dari tambang plastik yang berdiameter
sekitar 10 mm – 15 mm. Jumlah pemberat untuk satu unit jaring terapung empat
petak/kantong adalah sebanyak 4 buah. Pemberat diikatkan pada masing-masing
sudut dari kerangka jaring terapung. Berat jangkar berkisar antara 50 – 75 kg.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar.
Gambar.
Jangkar keramba apung
e. Jaring keramba jaring apung
Jaring yang digunakan untuk budidaya ikan di perairan Danau
Toba, terbuat dari bahan polyethylene. Ukuran mata jaring yang digunakan
tergantung dari besarnya ikan yang akan dibudidayakan. ukuran yang biasa di
gunakan Jaring polyethylene no. 280 D/12 dengan ukuran mata jaring 1 inch
(2,5 cm) atau 1,5 inch (3,81 cm).
Jaring yang mempunyai ukuran mata jaring lebih kecil dari 1
inch biasanya digunakan untuk memelihara ikan yang berukuran lebih kecil.
Kantong jaring yang digunakan untuk memelihara ikan dapat
diperoleh dengan membeli jaring utuh. Dalam hal ini biasanya jaring dijual
dipasaran berupa lembaran atau gulungan. Langkah awal yang harus dilakukan
untuk membuat kantong jaring adalah membuat desain/rancangan kantong jaring
yang akan dipergunakan. Ukuran kantong jaring yang akan dipergunakan berkisar
antara 2 X 2 m sampai dengan 10 X 10 m.
Setelah ukuran kantong jaring yang akan dipergunakan,
misalnya akan dibuat kantong jaring dengan ukuran 7 X 7 X 2 m, langkah
selanjutnya adalah memotong jaring. Untuk memotong jaring harus dilakukan
dengan benar berdasarkan pada ukuran mata jaring dan tingkat perenggangannya
saat terpasang di perairan. Menurut hasil penelitian, jaring dalam keadaan
terpasang atau sudah berupa kantong jaring akan mengalami perenggangan atau
mata jaring dalam keadaan tertarik/terbuka.
Nilai ”Hang In Ratio” dalam membuat kantong jaring terapung
adalah 30%. Adapun perhitungan yang digunakan untuk memotong jaring ada dua
cara, yaitu : (1) menggunakan rumus tertentu dan (2) melakukan perhitungan cara
di lapangan. Rumus berdasarkan ”Hang In Ratio” adalah sebagai berikut :
S : Hang In Ratio
L : Panjang jaring sebelum Hang In atau dalam keadaan
tertarik
i : Panjang tali ris
D : dalam kantong jaring (jumlah mata jaring dikalikan
ukuran mata jaring dalam keadaan tertarik)
d : dalam kantong jaring sesudah Hang In
Langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah memindahkan
pola yang telah dibuat langsung kejaring. Jaring tersebut dibentangkan dan
dibuat pola seperti Gambar 2.35.
Gambar
2.35. Pola jaring keramba jaring apung
Sebagai acuan untuk melakukan pemotongan jaring yang akan
dipergunakan untuk membuat kantong jaring terapung dapat dilihat pada Tabel
2.4.
Tabel 2.4.
Perhitungan jumlah mata jaring yang harus dipotong dalam berbagai ukuran
kantong jaring dan mata jaring.
f. Pemberat keramba jaring apung
Pemberat yang digunakan biasanya terbuat dari batu yang di
bungkus dengan jaring yang masing-masing beratnya antara 2–5 kg. Fungsi
pemberat ini agar jaring tetap simetris dan pemberat ini diletakkan pada setiap
sudut kantong jaring terapung.
g. Tali / tambang keramba jaring apung
Tali / tambang yang digunakan biasanya disesuaikan dengan
kondisi perairan pada perairan tawar adalah tali plastik yang mempunyai
diameter 5–10 mm, sedangkan pada perairan laut tali / tambang yang digunakan
terbuat dari nilon atau tambang yang kuat terhadap salinitas.Tali/tambang ini
dipergunakan sebagai penahan jaring pada bagian atas dan bawah. Tali tambang
ini mempunyai istilah lain yang disebut dengan tali ris.
2.2 Biologi Ikan Nila
Ikan nila (Tilapia
niloticus) merupakan ikan air tawar yang termasuk ke dalam famili Cichlidae
dan merupakan ikan asal Afrika (Boyd, 2004). Ikan ini merupakan jenis ikan yang
diintroduksi dari Afrika . Di Indonesia benih ikan nila secara resmi
didatangkan dari Taiwan oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar tahun 1969.
Jenis ini merupakan ikan konsumsi air tawar yang banyak dibudidayakan setelah
ikan mas (Cyprinus carpio, L) dan telah dibudidayakan di lebih dari 85
negara (Dinas Perikanan dan Kelautan Daerah, 2001).
Ikan ini merupakan
spesies ikan yang berukuran besar antara 200-400 gram, memiliki sifat omnivora
sehingga bisa mengkonsumsi makanan berupa hewan dan tumbuhan (Amri &
Khairuman,2003). Nila dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada lingkungan
perairan dengan kadar Dissolved Oxygen (DO) antara 2,0-2,5 mg/L. Secara umum
nilai pH air pada budidaya ikan nila antara 5 sampai 10 tetapi nilai pH optimum
adalah berkisar 6-9 (Popma, 1999). Ikan memiliki toleransi yang luas terhadap
salinitas sehingga ikan nila dapat hidup dan berkembang biak pada perairan
payau dengan salinitas antara 0-25 permil. (Setyo, 2006). Suhu optimal bagi
pertumbuhan ikan nila adalah antara 22-29˚C (Mjoun et al, 2010). Uumnya budidaya ikan
nila dapat dilakukan pada kolam, sungai, dan juga danau dengan keramba jaring
apung yang airnya bersih (Rochdianto, 2009).
2.3
Biologi Ikan Mas
Saanin (1968)
mengklasifikasikan ikan mas kedalam filum Chordata, kelas Pisces, Sub kelas Teleostei, Sub Ordo Cyprinide, Famili Cyprinidae, Genus
Cyprinus dan Spesies Cyprinus carpio, L. Ikan mas mempunyai satu sirip
punggung, dengan sebuah jari-jari keras yang tak sejajar dengan sirip perut
memanjang kebelakang dan berakhir sejajar dengan bagian sirip anus. Tubuh
berbentuk pipih memanjang, lipatan mulut dan bibir tipis, memiliki satu atau
dua pasang kumis. Warna tubuh bervariasi dari kecoklatan sampai keemasan
(Fernandez, 1985).
Ikan mas merupakan
ikan yang paling banyak dipelihara orang, karena ikan ini mudah untuk
dipijahkan, dapat memanfaatkan bermacam-macam makanan buatan, rumbuh cepat dan
mempunyai kisaran toleransi yang luas terhadap suhu dan kadar oksigen terlarut.
Menurut Huet (1971) ikan mas tumbuh normal pada suhu 18 - 30 ° C dan pH 7 - 8.
Ikan mas mempunyai keistimewaan mampu beradaptasi terhadap fluktuasi lingkungan
relatif tinggi seperti perubahan suhu sampai dengan 5 ° C, dimana suhu optimal
bagi ikan mas berkisar 24 - 27 ° C, penurunan oksigen sampai 2 ppm, pH 6.5 – 9
dan ikan akan mengalami kematian pada pH kurang dari 4 (Khairuman, dkk, 2003).
Serupa dengan ikan nila, selain dibudidayakan di Kolam tanah, waduk, sungai,
ikan mas juga dibudidayakan di Karamba Jaring Apung (Huet, 1971).
2.4
Budidaya Ikan dan Polikultur di Keramba
Jaring Apung
Kegiatan budidaya merupakan kegiatan
perikanan yang bersifat dapat memilih tempat yang sesuai dan memilih metode
yang tepat serta komoditas yang diperlukan (referensi). Budidaya ikan menggunakan sistem keramba jaring
apung memiliki banyak keunggulan, diantaranya adalah efisien secara teknis
maupun secara ekonomis. Keramba jaring apung sangat memungkinkan untuk
diterapkan pada lahan yang sempit. Dengan menerapkan teknologi keramba jaring apung, diharapkan bisa meningkatkan intensitas produksi ikan dan menurunkan
tingkat kegagalan panen.
KJA menggunakan sistem
double layer (jaring ganda) artinya pada satu luasan kolam terdapat 2 atau
lebih jaring untuk jenis ikan yang berbeda tetapi saling mendukung. dalam
hal ini kami menggunakan ikan mas sebagai produk utama yang di kembankan di
jaring bagian atas, sedangkan jaring kolor (jaring bagian bawah) di pelihara
ikan nila.
pemilihan ikan nila
sebagai produk sekunder adalah karena tidak memerlukan pakan khusus, ikan nila
bisa mencapai pertumbuhan cukup baik dengan hanya memakan sisa – sisa pakan
yang tidak termanfaatkan/ tidak terkonsumsi dari ikan ikan mas yang ada di
atasnya, selain itu ikan nila dapat memakan lumut lumut yang ada di jaring, dua
keuntungan sekaligus yaitu membersihkan jaring dan meningkatkan hasil.
Menurut Afrianto dan Liviawaty (2003)
sistem polikultur yaitu pada satu kolam dipelihara berbagai jenis ikan yang
membutuhkan jenis makanan yang berbeda sehingga setiap jenis ikan tidak akan
bersaing dalam mencari makanan. Untuk meningkatkan produktifitas kolam banyak
petani ikan menerapkan sistem polikultur ini. Usaha budidaya ikan secara
polikultur membutuhkan teknik dan manajemen tertentu. Untuk mendapatkan hasil
panen yang baik kita perlu memperhatikan tahapan-tahapan dalam budidaya ikan.
Tahapan-tahapan tersebut dimulai dari tahap persiapan, tahap penebaran, tahap
pemeliharaan, dan tahap pemanenan.
Persiapan Media Budidaya (Jaring Apung)
Proses pembuatan KJA merupakan tahapan
awal dari proses budidaya yang penempatannya telah memenuhi kriteria kelayakan
sebagai lokasi budidaya. Susunan utama bangunan KJA pelampung rakit, Unit KJA
yang akan digunakan pada penelitian ini berupa 1 Unit KJA Konvensional dengan
Ukuran 4 x 4 x 2 Meter dan 1 Unit KJA Double Layer (Ukuran Jaring mayor sebesar
4 x 4 x 2 meter dan Ukuran jaring minor sebesar 2 x 3 x 1 meter).
Pengadaan Benih Ikan Nila dan Ikan Mas
Benih ikan nila dan benih ikan mas yang
akan didibudidayakan adalah benih yang unggul yang sebelumnya telah diseleksi
terlebih dahulu. Setelah dilakukan seleksi,
kemudian dilanjutkan dengan penebaran benih. Penebaran benih akan
dilakukan pada pagi atau sore hari saat kondisi perairan tidak terlalu panas agar
ikan tidak stres. Sebelum benih ditebarkan perlu dilakukan aklimatisasi
(Zakwan,2011).
Pemeliharaan Benih
Kegiatan pemeliharan benih akan
dilakukan sampai ikan mencapai ukuran siap panen. Sampling akan dilakukan
sebagai sampel untuk untuk ditimbang sehingga dapat menentukan bobot biomassa
ikan sehingga proses pemberian pakan sesuai dengan kebutuhan ikan yang dipelihara.
Selama proses pemeliharaan, kesehatan ikan akan selalu diamati.
Pemberian Pakan
Pakan yang diberikan berupa pakan
buatan berupa pellet. Pada periode bulan pertama pemeliharaan, pakan diberikan
sebanyak 4% dari berat total ikan yang dipelihara setiap hari. Pada periode
bulan kedua jumlah pellet dikurangi menjadi 3,5% dan bulan ketiga pemeliharaan
maka setiap harinya pakan yang diberikan adalah 3% dari berat total ikan. Pakan
diberikan dengan frekuensi tiga kali sehari, yaitu pada pagi, siang dan sore
hari. Pemberian pakan dilakukan sedikit demi sedikit sesuai dengan nafsu makan
ikan (Zakwan, 2011).
Pemanenan
Pemanenan ikan dilakukan apabila masa
pemeliharaan sudah mencapai 4 bulan, dilakukan dengan cara mempersempit ruang
gerak ikan di dalam kantong keramba. Hal ini dilakukan dengan cara salah satu
sisi kantong jaring dengan sisi lainnya dirapatkan. Ikan-ikan yang sudah
terkumpul diambil menggunakan serok dan dimasukkan ke dalam wadah pemanenan.
2.5 Desain Keramba

Gambar. Pola tampak atas keramba

Gambar. System keramba double
layer
2. 6 Rencana Analisa Usaha
Biaya
yang di butuhkan untuk membuat satu unit (4 petak) KJA
no
|
Uraian
|
sat
|
vol
|
harga
satuan
|
total
harga
|
||
A. Biaya Sarana Produksi
|
|||||||
1
|
Pembuatan kolam
|
petak
|
4
|
4,500,000
|
18,000,000
|
||
2
|
alat perikanan dan perkolaman
|
unit
|
1
|
3,000,000
|
3,000,000
|
||
sub jumlah
|
21,000,000
|
||||||
B. Biaya Modal Kerja
|
|||||||
1
|
Benih ikan mas (3 bulan)
|
Kg
|
200
|
19,000
|
3,800,000
|
||
2
|
Benih Ikan Nila (6 bulan)
|
Kg
|
200
|
18,000
|
3,600,000
|
||
3
|
Pakan (3bulan)
|
Kg
|
2,000
|
5,200
|
10,400,000
|
||
4
|
Tenaga Kerja
|
Orang
|
1
|
500,000
|
500,000
|
||
sub jumlah
|
23,300,000
|
||||||
C. Biaya Lain-lain
|
|||||||
1
|
Atk dan Admnistrasi
|
1
|
500,000
|
500,000
|
|||
-
|
|||||||
sub jumlah
|
500,000
|
||||||
total jumlah (A+B+C)
|
44,800,000
|
||||||
Analisa
kelayakan usaha
|
DAFTAR PUSTAKA
Asmawi,
S. 1983. Pemeliharaan Ikan Dalam Keramba.
Gramedia. Jakarta. 82 hal
Borg, W.R. & Gall, M.D. (1983). Educational research: An
introduction. Fourth Edition. New York: Longman.
Cook, T.D. & Campbell, D.T. (1979). Quasi-Experimentation: Design
and analysis issues for field settings. Chicago: Rand Mcnally College
Publishing Company.
Depertemen Pertanian, 1992. Teknik Budidaya Ikan. Departemen
Pertanian.Jakarta.
Effendie, M. I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dwi Sri Bogor.
Fernades, H.J.X. (1984). Evaluation of educational programs. Jakarta:
National
Ferraris. R. P.. F.D.P. Estepa. J.M. Ladja and E.G. De Jesus. 1986. Effect
of salinity on the osmotic. chloride. total protein and calcium concentration
in the hemolymph of the prawn. Penaeus monodon Fabricius. Comp. Biochem.
Physiol., 83A (4) : 701-708.
Rochdianto, A. 2007. Kiat Budidaya Ikan Mas di
Lahan Kritis. Penebar Swadaya. Jakarta. 72-80 hal
Saputra, H.
1988. Membuat dan Membudidayakan Ikan
dalam Kantong Jaring Apung. Simplek. Jakarta. 71 hal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar