Rabu, 30 Oktober 2013

ANALISIS SPERMA ikan



ANALISIS SPERMA
Oleh :
Widi Indra Kesuma
1114111058

 

ABSTRAK


Sperma adalah sel yang diproduksi oleh organ kelamin jantan dan bertugas membawa informasi genetik jantan ke sel telur dalam tubuh betina. Spermatozoa secara struktur telah teradaptasi untuk melaksanakan dua fungsi utamanya yaitu menghantarkan satu set gen haploidnya ke telur dan mengaktifkan program perkembangan dalam sel telur. Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui lebih lanjut tentang sperma pada ikan dengan tujuan dari praktikum ini ada;ah untuk menentukan kualitas dan kuantitas sperma ikan lele (Clarias sp) baik secara makroskopis maupun mikroskopis. Hasil yang didapat dari praktikum ini yaitu bahwa warna sperma hasil striping pada ikan putih susu, hal ini menunjukkan bahwa sperma ikan yang digunakan pada praktikum adalah sehat. Hasil pemeriksaan sperma menunjukkan bau amis, volume hasil striping adalah 0,7 ml dari 1 ekor ikan. Sperma ikan yang diamati menunjukkan pH 8, dan motilitasnya adalah 0%.


Kata kunci: sperma, ikan lele, kualitas dan kuantitas sperma, warna, dan stripping.
 


I.    PENDAHULUAN

Spermatozoid atau sel sperma atau spermatozoa (berasal dari Bahasa Yunani Kuno yang berarti benih dan makhluk hidup) adalah sel dari sistem reproduksi jantan. Sel sperma akan membentuk zigot. Zigot adalah sebuah sel dengan kromosom lengkap yang akan berkembang menjadi embrio. Peran aktif spermatozoon sebagai gamet jantan sehingga penting pada keberhasilan munculnya individu baru oleh karena itu di dalam reproduksi sering diperlukan adanya standar kualitas spermatozoa. Analisis sperma yang dimaksud meliputi pemeriksaan jumlah milt yang dapat distriping dari seekor ikan jantan masak kelamin, kekentalan sperma, warna, bau, jumlah spermatozoa mati, motilitas (bila mungkin kemampuan gerak per menit) dan morfologi (ukuran dan bentuk kepala, ukuran ekor, berbagai penyimpangan, ada tidaknya akrosoma (Guyton, 2006).

Sperma adalah sel yang diproduksi oleh organ kelamin jantan dan bertugas membawa informasi genetik jantan ke sel telur dalam tubuh betina. Spermatozoa berbeda dari telur yang merupakan sel terbesar dalam tubuh organisme adalah gamet jantan yang sangat kecil ukurannya dan mungkin terkecil. Spermatozoa secara struktur telah teradaptasi untuk melaksanakan dua fungsi utamanya yaitu menghantarkan satu set gen haploidnya ke telur dan mengaktifkan program perkembangan dalam sel telur (Sherwood, 2001).

Dari penjelasan di atas kita tidak akan mengetahui bentuk sperma yang sebenarnya, dan jika hanya teori saja tanpa ada pengamatan atau praktikum kita tidak akan faham, maka dari itu pada praktikum ini kami mengambil judul tentang “ANALISIS SPERMA”.

     Adapun tujuan dari parktikum ini yaitu untuk menentukan kualitas dan kuantitas sperma ikan lele (Clarias sp) baik secara makroskopis maupun mikroskopis.




II.   TINJAUAN PUSTAKA

a.   Ikan Lele ( Clarias sp).
Ikan lele secara morfologi memiliki bentuk tubuh yang memanjang dan berkulit licin ( tidak bersisik ). Sesuai dangan familinya yaitu Clariidae yang memiliki bentuk kepala pipih dengan tulang keras sebagai batok kepala. Disekitar mulut terdapat 4 pasang sungut. Pada sirip dada terdapat patil atau duri keras yang berfungsi sebagai alat untuk mempertahankan diri. Secara anatomi ikan lele meiliki alat pernafasan tambahan yang terletak di bagian dapan rongga insang, yang memungkinkan ikan untuk mengambil oksigen langsung dari udara. Oleh karena itu, ikan lele dapat hidup dalam kondisi perairan yang mengandung sedikit kadar oksigen ( Suyanto, 1999 ).

Ikan lele menurut klasifikasi berdasar taksonomi yang dikemukakan oleh Weber deBeaufort (1965) digolongkan sebagai berikut :
Filum                : Chordata
Subfilum           : Vertebrata
Kelas                : Pisces
Subkelas          : Teleostei
Ordo                 : Ostariophysi
Subordo           : Siluroidae
Famili               : Clariidae
Genus               : Clarias

Ikan lele adalah pemakan jasad hewani yaitu krustassea kecil, larva serangga, cacing dan moluska. Ikan lele merupakan ikan yang termasuk dalam famili Clariidae memiliki bentuk badan yang memanjang, berkepala pipih, tidak bersisik, memiliki empat pasang kumis yang memanjang sebagai alat peraba, dan memiliki alat pernafasan tambahan yang bekerja apabila insang tidak dapat memperoleh kebutuhan oksigen pada bagian depan rongga insang yaitu arborescen organ. Bagian depan badannya terdapat penampang melintang yang membulat, sedang bagian tengah dan belakang berbentuk pipih (Najiyati, 1992).

Ikan lele secara alami bersifat nocturnal, artinya aktif pada malam hari atau lebih menyukai tempat yang gelap, pada siang hari ikan lele lebih memilih berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap. Dalam usaha budidaya ikan lele dapat beradaptasi menjadi sifat diurnal. Ikan lele termasuk dalam golongan ikan pemakan segala (omnivora) tetapi cenderung pemakan daging (karnivora) (Anonimous, 1992 dalam Fitriah, 2004). Sebagai alat bantu renang, lele memiliki tiga buah sirip tunggal yaitu sirip punggung, sirip ekor, sirip dubur. Lele juga memiliki sirip berpasangan yaitu sirip dada dan sirip perut. Sirip dada dilengkapi dengan sirip yang keras dan runcing yang disebut dengan patil. Patil ini berguna sebagai senjata dan alat bantu untuk bergerak (Khairuman dan Amri, 2002 dalam Fitriah, 2004).


b.   Sperma
Spermatozoid atau sel sperma atau spermatozoa (berasal dari Bahasa Yunani Kuno yang berarti benih dan makhluk hidup) adalah sel dari sistem reproduksi jantan. Sel sperma akan membentuk zigot. Zigot adalah sebuah sel dengan kromosom lengkap yang akan berkembang menjadi embrio. Peran aktif spermatozoon sebagai gamet jantan sehingga penting pada keberhasilan munculnya individu baru oleh karena itu di dalam reproduksi sering diperlukan adanya standar kualitas spermatozoa. Analisis sperma yang dimaksud meliputi pemeriksaan jumlah milt yang dapat distriping dari seekor ikan jantan masak kelamin, kekentalan sperma, warna, bau, jumlah spermatozoa mati, motilitas (bila mungkin kemampuan gerak per menit) dan morfologi (ukuran dan bentuk kepala, ukuran ekor, berbagai penyimpangan, ada tidaknya akrosoma (Sherwood, 2001).

Sperma adalah sel yang diproduksi oleh organ kelamin jantan dan bertugas membawa informasi genetik jantan ke sel telur dalam tubuh betina. Spermatozoa berbeda dari telur yang merupakan sel terbesar dalam tubuh organisme adalah gamet jantan yang sangat kecil ukurannya dan mungkin terkecil. Spermatozoa secara struktur telah teradaptasi untuk melaksanakan dua fungsi utamanya yaitu menghantarkan satu set gen haploidnya ke telur dan mengaktifkan program perkembangan dalam sel telur  (Guyton, 2006).


c.   Fungsi larutan fisiologis, aquades, dan larutan ringer.
Praktikum analisis sperma menggunakan beberapa larutan, antara lain:
1)   Larutan ringer yang berfungsi sebagai larutan pengencer sperma sebelum spermadiamati.
2)   Larutan eter alkohol berfungsi sebagai fiksator.
3)   Larutan Giemsa berfungsi sebagai pewarna sperma



III. METODELOGI

a.   Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin tanggal 06 Mei 2013 pukul 15.00 WIB bertempat di Laboratorium Perikanan Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

b.   Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah object glass, cover glass, cavity slide, pipet tetes, mikroskop, kertas tissue, tusuk gigi, pengukurwaktu, haemositometer, spuit 1 ml, gelas beker 50 ml dan well plate. Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum analisis sperma adalah ikan lele jantan, miltikan, larutan NaCl fisiologi atau larutan Ringer, pewarna giemsa atau eosin dan akuades.


c.   Cara Kerja
1. Cara Stripping
a)     Ikan dipegang dengan bagian dorsal ada di bawah dan bagian ventral menghadap ke atas,
b)    Tangan kanan menutupi kepala, sedangkan tangan kiri menyangga ekor.
c)     Bagian lubang urogenital dilap dengan tisu
d)    Abdomen ikan diurut dari anterior ke arah posterior menuju lubang urogenital hingga pada lubang tersebut keluar cairan berwarna putih susu (milt)
e)     Milt yang keluar langsung disedot dengan menggunakan spuit injeksi tanpa jarum.

2. Volume
a)     Milt ikan nilem yang tertampung pada spuit injeksi di ukur volumenya dengan langsung membaca skalanya.

3. Warna
a)     Diamati secara visual dengan latar belakang warna putih.

4. Bau
a)     Dibaui dengan cara dikipas-kipaskan dengan tangan, jangan dihirup langsung.

5. pH
a)     Derajat keasaman (pH) diukur dengan menggunakan kertas pH, dengan cara mencelupkan kertas pH kedalam sampel sperma,
b)    Diamkan beberapa saat,
c)     Kemudian cocokkan perubahan warna yang terjadi dengan tabel.


6.  Cara pengenceran milt
a)     Sampel sperma diambil 1 ml dimasukkan di dalam cawan
b)    Larytan ringer sebanyak 9 ml dicampurkan ke dalam cawan (perbandingan antara sampel dengan larutan pengenceran harus selalu 1:9)
c)     Diaduk-aduk dengan menggunakan batang pengaduk sampai benar-benar homogeny
d)    Sperma yang sudah diencerkan ini merupakan sperma dengan pengenceran 10 kali
e)     Sperma pengenceran 10x diambil dengan menggunakan spuit yang lain sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam cawan yang berbeda
f)     Larutan ringer 9 ml dicampurkan ke dalam sperma tersebut
g)    Sperma dengan pengenceran dua kali ini, merupakan sperma dengan pengenceran 100x
h)     Pengenceran dilakukan lagi untuk mendapatkan sperma dengan pengenceran 1000x dan 10.000x

7. Motilitas Spermatozoa
a.     Milt yang sudah diencerkan 1000x diambil dengan menggunakan pipet tetes
b) Milt diteteskan di atas objek glass
b.    Ditetesi dengan aquades, kemudian di homogenkan
c.     Ditutup dengan cover glass dan diamati dengan menggunakan mikroskop
d.    Bergerak atau tidak bergerak, ditentukan presentase motilitasnya.

8. Menghitung jumlah total spermatozoa
a.     Milt yang sudah diencerkan 10000x diambil dengan menggunakan pipet tetes
b.    Diteteskan di bilik hitung Haemocytometer yang sudah ditutup dengan cover glass melalui sela-sela paritnya
c.     Hitung jumlah sperma menggunakan lima kotak sedang di dalam kotak besar yang di bagian tengah
d.    Jumlah total spermatozoa dihitung dengan Rumus : S     total spermatozoa = (Rata-rata 5 kotak sedang x pengenceran x 2,5.105) sel/ml.

9. Morfologi sperma
a.     Sediaan preparat apus spermatozoa dibuat dengan cara; Meneteskan sperma (pengenceran 100x)pada objek glass yang lain, yang diberdirikan dengan sudut 300. Tetesan sperma diratakan dengan menyorongkan gelas objek lain tadi menjauhi titik tetesan tersebut.
b.    Apusan spermatozoa dibiarkan kering udara selama 5 menit
c.     Difiksasi dengan larutan eter alkohol (1:1), selama 5 menit
d.    Ditetesi dengan pewarna larutan Giemsa (pengenceran 20x), selama 30 menit
e.     Dibiarkan kering udara
f.     Dicuci dengan air mengalir
g.    Dibiarkan kering udara
h.     Amati dengan menggunakan mikroskop, spermatozoa dicari
i.      Spermatozoa normal dan spermatozoa abnormal digambar
j.      Hitung spermatozoa pada 5 lapang pandang yang berbeda
k.     Presentase sperma normal dan abnormal ditentukan..












IV. PEMBAHASAN


Tabel 1. Analisis sperma ikan

analisis
hasil
pH
9
volume
0,3 ml
bau
Amis
Warna
Putih susu
X
2,7

Telah dilakukan praktikum mengenai analisis sperma pada ikan lele. Adapun tujuan dari parktikum ini yaitu untuk menentukan kualitas dan kuantitas sperma ikan lele (Clarias sp) baik secara makroskopis maupun mikroskopis. Pengambilan sperma dilakukan dengan cara pembedahan pada ikan yang selanjutnya gonad diambil lalu di keluarkan spermanya.

Hasil yang diperoleh kelompok kami dalam praktikum kali ini secara makroskopis adalah sperma ikan lele (milt) dengan volume 0,3 ml setelah kertas pH dicelupkan pada sampel sperma memiliki derajat keasaman yaitu 9. Dilihat dari mata telanjang milt ikan lele berwarna putih susu dan setelah dikipas-kipas milt ikan lele berbau khas yaitu amis. Menurut Yatim (1982), bau sperma yang normal adalah khas, tajam, tidak busuk. Bau itu berasal dari oksidasi spermin yang dihasilkan prostat. Bau yang tidak khas mani, prostate tidak aktif atau ada gangguan. Gangguan itu pada saluran atau kelenjar sendiri. Bau busuk oleh adanya infeksi (Yatim, 1982)

Secara mikroskopis kami memprakirakan sperma ikan lele mempunyai nilai motilitas 90% dan 10% untuk non motil. Hal ini dikarenakan sampel yang kami amati telah lama berada di ruang terbuka sehingga sperma yang kami amati telah banyak yang mati jadi tidak terlihat spermanya motil atau tidak sehingga kami perkirakan sperma tersebut motil ,sebab walau dilihat dari mikroskop sampel tidak bergerak tetapi belum tentu sampel tersebut telah mati (Soeminto, 2002). Oleh karena itu kami tidak dapat menentukan presentase sperma yang bergerak cepat dan lurus ke muka,bergerak lambat tapi lurus, tidak bergerak maju, dan tidak bergerak sama sekali. Factor sperma mati diantaranya karena terlalu lamanya sperma berada terpapar udara, tidak samnya lingkungan sperma dengan lingkungannya, serta kualitas sperma yang mungkin buruk.

Warna sperma hasil striping pada ikan lele( clarias sp) adalah putih susu, hal ini menunjukkan bahwa sperma ikan lele yang digunakan pada praktikum adalah sehat. Umumnya semen berwarna krem keputih-putihan atau hampir seputih susu. Derajatnya keputihnya atau kekeruhannya sebagian besar tergantung pada konsentrasi spermanya. Semakin keruh biasanya jumlah sperma per ml semen itu semakin banyak. Semen yang berwarna hijau kekuning-kuningan biasanya banyak mengandung kuman Pseudomonas auroginosa yang menandakan adanya peradangan yang kronis dalam saluran reproduksinya. Semen yang  berwarna merah atau kemerah-merahan menandakan bahwa semen itu mengandung sedikit atau banyak darah (Partodiharjo, 1990).

Sperma ikan lele yang digunakan sebagai preparat dalam praktikum kali ini mempunyai pH 9, karena menggunakan indikator pH kertas jadi hasil yang diperoleh belum menunjukkan jumlah pH yang lebih valid. Sperma yang normal mempunyai pH antara 7,2-7,8. PH yang kurang dari itu menunjukkan adanya radang akut kelenjar kelamin atau epididymis. pH kurang dari 7,2 menunjukkan adanya penyakit kronis pada kelenjar atau epididymis. PH rendah sekali menunjukkan adanya gangguan atau aplasia pada vesicular seminalis atau ductus ejaculatorius. PH dapat berubah satu jam sesudah ejakulasi (Yatim, 1982).

Dalam praktikum ini digunakan beberapa larutan, seperti larutan Ringer,pewarna Giemsa, dan methanol. Pengenceran dengan larutan Ringer dapat memperpanjang viabilitas spermatozoa di dalam milt menjadi sekitar 9-10 menit. Bila tidak hanya 5 menit saja. Dengan pewarna Giemsa, dapat dilihat menggunakan mikroskop bahwa spermatozoa normal berbentuk oval atau bulat dengan bagian ujung lebih terang dan bagian pangkal dekat leher lebih gelap (Soeminto, 2002).


V.  KESIMPULAN DAN SARAN

Adapun kesimpulan yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
Warna sperma hasil striping pada ikan lele (clrias sp) adalah putih susu, hal ini menunjukkan bahwa sperma ikan lele yang digunakan pada praktikum adalah sehat. Hasil pemeriksaan sperma menunjukkan bau amis, berarti sperma yang dihasilkan normal. Volume hasil striping adalah 0,7 ml dari 1 ekor ikan. Sperma ikan lele yang diamati menunjukkan pH 8. Perhitungan motilitas spermatozoa ikan nilem diperoleh jumlah spermatozoa yang motil adalah 0%.

Adapun saran yang dapat saya berikan yaitu sebaiknya lebih optimal lagi dan lebih efisien dalam menjalankan praktikum.


DAFTAR PUSTAKA

Guyton, A.C. and Hall, J.E., 2006. Textbook of Medical Physiology. 11 th ed. Philadelphia, PA, USA.
Harijanto, A. 2006. Upaya Maskulinisasi Induk Ikan Lele Dumbo Clarias sp. Yang Telah Diovarktomi Parsial dengan Metode Implantasi Hormon 17 α- Metiltestosteron. Skripsi. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Khairuman dan Amri, Khairul. 2006. Budi Daya Ikan Lele Dumbo Secara Intensif. Gramedia. Jakarta.
Najiyati, Sri. 1992. Memelihara Lele Dumbo di Kolam Taman. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Partodiharjo, Soebadi. 1990. Ilmu Reproduksi Hewan. Mutiara Sumber Widya. Surabaya.
Sherwood L. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem (edisi ke-2). Jakarta : EGC : 601 – 606.
Soeminto. 2008. Buku dan Penunjuk Praktikum Struktur dan Perkembangan Hewan II. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.
Suyanto, S. Rachmatun. 2006. Budi Daya Ikan Lele. Penebar Swadaya. Jakarta.
Yatim, Wildan. 1994. Reproduksi dan Embryologi untuk Mahasiswa Biologi dan Kedokteran. Tarsito. Bandung


Tidak ada komentar: