Rabu, 30 Oktober 2013

PENGAMATAN PARAMETER FISIKA, KIMIA, DAN BIOLOGI PERAIRAN DANAU UNIVERSITAS LAMPUNG



PENGAMATAN PARAMETER FISIKA, KIMIA, DAN BIOLOGI PERAIRAN DANAU UNIVERSITAS LAMPUNG

Cindy Ria Nuari, Luqman Hakim, Ponco Margo Widagdo, Septi Malidda, Siti Fatimnah, dan Widi Indra Kesuma

 

ABSTRAK
Limnologi adalah suatu pembelajaran tentang hubungan fungsional dan produktivitas komunitas air tawar bagaimana mereka dipengaruhi oleh factor-faktor fisika,  kimia dan biotic lingkungan. Kualitas perairan memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap survival dan pertumbuhan makhluk-makhluk yang hidup di air. Praktikum ini dilakukan pada tanggal 21 April 2013 di Danau Universitas Lampung untuk mengetahui parameter kualitas air yang ada di perairan tersebut. Parameter kualitas air yang dilakukan adalah parameter fisika, kima, dan biologi. Hasil dari praktikum ini didapat bahwa

Kata Kunci: limnology, danau, kulitas air, air tawar, dan lingkungan.








 


PENDAHULUAN



Dalam pengertian luas limnologi adalah suatu pembelajaran tentang hubungan fungsional dan produktivitas komunitas air tawar bagaimana mereka dipengaruhi oleh factor-faktor fisika,  kimia dan biotic lingkungan. (Wetzet, 1989)

Kualitas perairan memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap survival dan pertumbuhan makhluk-makhluk yang hidup di air. Air tawar merupakan lingkungan hidup untuk hewan dan tumbuh-tumbuhan tingkat rendah, untuk itu air terlebih dahulu harus merupakan lingkungan hidup yang baik renik yang mampu berasimilasi. (Asmawi,1986)

Parameter lingkungan yang dapat dijadikan control adany polusi dalah oksigen terlarut, konsentrasi ammonia, pH dan suhu perairan. Selain itu bahwa toksik, polutan tersuspensi dan jasad renik pathogen merupakan kelompok pencemar suatu perairan. (Connell dan Miller, 1995 dalam Sari 2007)

Kualitas suatu perairan ditentukan oleh sifatfisik, kimia, dan biologis dari perairan tersebut. Interaksi antara ketiga sifat tersebut menentukan kemampuan periairan untuk mendukung kehidupan organisme di dalamnya. Kualitas air mempengaruhi jumlah, komposisi,keanekaragaman jenis, produksi dan keadaan fisiologi organisme perairan. Habitat air tawar menempati daerah yan relatif kecil pada permukaan bumi, dibandingkan dengan habitat lautan dandaratan, tetapi bagi manusia kepentingannya jauh lebih berarti dibandingkan dengan luas daerahnya, sedangkan sifat fisik, kimia, dan biologi perairan seperti suhu, kecerahan, kedalaman, konduktivitas, pH, alkalinitas, kadar oksigen terlarut (DO), sangat mudah berubah. Oleh karena itu diperlukan praktikum ini untuk mengetahui parameter kualitas air suatu perairan dengan lebih jelas.

Adapun Tujuan dari praktikum limnologi adalah agar praktikan mampu dan mengetahui mengukur parameter kualitas air seperti DO, kecerahan, suhu, pH, kecepatan arus, kecerahan, kedalaman air, warna perairan, substrat, karbondioksida, alkalinitas, TOM (total bahan organik), orthofosfat, nitrat-nitrogen, BOD (Biologychal Oxygen Demand).


MATERI DAN METODE


a.                  Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 21 April 2013 pukul 07.00 WIB bertempat di danau Universitas Lampung dan Laboratorium Perikanan Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

b.                  Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah . sedangkan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut


c.                   Cara Kerja

Parameter Fisika
Suhu
Sebelum melakukan praktikum pengambilan suhu perairan, disiapkan alat dan bahan terlebih dahulu. Disiapkan thermometer Hg yang berfungsi untuk mengetahui suhu perairan. Pertama-tama posisikan tubuh membelakangi datangnya sinar matahari yang bertujuan agar sinar matahari tidak mempengaruhi suhu pada thermometer. Dimasukkan thermometer ke dalam perairan, kemudian dibaca nilai pada skala thermometer dengan keadaan thermometer masih di dalam air yang bertujuan agar suhu tidak berubah lagi. Dan yang perlu diingat, cara memegang thermometer dengan tidak menyentuh langsung pada thermometer karena akan mempengaruhi suhu pada thermometer dan di catat hasilnya.

Kecerahan
Pertama-tama disiapkan alat dan bahan sebelum melakukan praktikum. Disiapkan secchi disk  yang berwarna hitam-putih yang bertujuan agar dapat membedakan dan melihat dengan jelas. Masukkan secchi disk ke dalam perairan  dan secara perlahan-lahan dan setelah tidak tampak pertama kali dicatat sebagai D1. Setelah itu diangkat dan dicatat saat secchi disk  terlihat pertama kali sebagai D2. Setelah itu, dihitung dengan menggunakan rumus D = D1 + D2 / 2.

Pengukuran Parameter Kimia
Oksigen Terlarut ( DO )
Pertama-tama,disiapkan alat dan bahan sebelum melakukan praktikum. Lalu DO meter di celupkan pada perairan. Kemudian mencatat hasil yang tertera pada DO meter.
           
pH
melakukan praktikum Pertama-tama, disiapkan alat dan bahan,di siap kan  pH paper yang di gunakan  untuk mengetahui pH suatu perairan.  pH paper di masuk kan ke dalam perairan dan di tunggu  selama 2-3 menit, kemudian diangkat dan di kibas-kibaskan hingga  kering ,kemudian di cocok kan warna pada pH paper dengan kotak standart yang terdapat warna .warna untuk menentu kan nilai pH.setelah dicocokkan dengan  kotak standart catat hasil yang diperoleh.
Amonia
Pada pengukuran amonia, pertama disiapkan alat dan bahan. Selanjutnya diambil air sample 25 ml dengan menggunakan gelas ukur, kemudian disaring bila airnya kotor, lalu dimasukkan ke dalam beaker glass 250 ml. Kemudian ditambahkan 1 ml nesler dengan menggunakan pipet tetes, dihomogenkan dan diendapkan sampai terbentuk warna kuning. Bila sudah terbentuk warna, diambil larutan yang berwarna kuning saja.

BOD (Biologycalical Oxygen Demand)
Hal pertama yang dilakukan adalah menyiapkan air sampel untuk diuji BODnya. Kemudian diambil dengan menggunakan botol gelap dan botol kering pada wilayah yang sama. Kemudian diukur oksigen terlarut pada botol terang saat itu juga dan dicatat sebagai DO. Pada botol gelap diinkubasi selama 1 hari. Setelah 1 hari botol DO dibuka dan diukur hasilnya dengan DO meter.



HASIL




PEMBAHASAN

Parameter fisika
1. Suhu
Pada praktikum pengukuran parameter suhu di perairan diperoleh hasil yaitu 29°C. suhu sangat berpengaruh terhadap laju pertumbuhan biota air. Menurut Asmawi (1986), bahwa suhu optimum untuk selera makan ikan adalah 25°C sampai °C. Dari data keseluruhan dapat disimpulkan suhu rata-rata di waduk selorejo adalah 25°C sehingga optimum untuk selera makan ikan.   

menurut Effendi (2003) kisaran suhu optimum yang baik untuk pertumbuhanfitoplankton di perairan adalah 20-300C. dari suhu ini, sangatberpengaruh terhadap kelangsungan hidup organisme misalnya algae dari filumchlorophyta dan diatom akan tumbuh dengan baik pada kisaran suhu bertur-turur300C -350C dan 20-300C. sehingga dapatdisimpulkan bahwa suhu yang diamati pada kelompok 2 sudah cukup optimum untukkondisi perairan

Dari hasil praktikum limnologi yang didapat pada pengukuran Suhu air yaitu 23˚. Pengukuran dilakukan pada pukul 06.00 WIB. Alasan mengapa suhu yang didapat pada pengukuran 23˚ C, sedangkan suhu permukaan diperairan Indonesia berkisar antara 28-30˚ C, yaitu pada waktu pengamatan, cuaca disekitar sungai joyo suko metro mendung dan gerimis, sedangkan pengukuran suhu juga dilakukan pada pukul 06.00 WIB.
Menurut Alimaturrahim (2009). Suhu permukaan di perairan Indonesia berkisar antara 28-30˚C. Perbedaan peneriamaan radiasi matahari disetiap wilayah menyebabkan perbedaan suhu terkait dengan perbedaan geografis laintang.




3. Kecerahan
Pada praktikum pengukuran kecerahan di perairan adalah 75 cm pada perairan tersebut kecerahannya tidak terlalu baik untuk perairan budidaya karena sinar matahari tidak menembus ke dasar perairan. Jika kecerahannya kurang dari  25 cm harus dilakukan pergantian air karena dapat menyebabkan fitoplankton mati sehingga perairan akan menjadi jernih dan tidak ada pelinding bagi biota budidaya dari cahaya matahari. Kecerahan yang baik bagi budidaya perairan adalah berkisar antara 30-40 cm (Kordi,2007).

Menurut Asmawi (1986), nilai kecerahan yang baik untuk kelangsungan hidup ikan adalah lebih besar dari 45 cm maksudnya kita masih dapat melihat ke dalam air sejumlah 45 cm atau lebih) karena kalau lebih kecil dari nilai tersebut, batas pandang ikan akan berkurang. Dapat disimpulkan dari data kecerahan bahwa waduk selorejo masih baik untuk kelangsungan hidup ikan.
B. parameter kimia
1. pH
Dari pengaruh PH yang telah dilakukan, di dapatkan hasil dari kelompok PH perairan sebesar 7. dapat disimpulkan bahwa pada PH 8 ini ikan masih bisa melakukan kelangsungan hidupnya. Menurut Asmawi (1986), bahwa untuk menciptakan suasana yang bagus dalam perairan, PH air harus sudah agak mantap atau tidak terlalu berguncang karena ikan perairan yang baik untuk kehidupan ikan adalah perairan dengan PH 6 sampai 8,7.

Dari data diatas dapat diketahui bahwa PH juga sangat berpengaruh pada kehidupan fitoplankton maupun organisme air, sehingga dengan PH = 8 pada perairan waduk selorejo membuat pertumbuhan ikan maksimal.

2.  DO
Hasil pengukuran DO perwakilan inlet dalah sebesar 9,67 mg/L sedangkan untuk outlet sebesar 9,1 mg/L. Menurut Asmawi (1986), kalu jumlah oksigen terlarut diperairan hanya 1,5 mg/l, kecepatan makan ikan filapia akan berkurang atau jika kadar oksigen makan ikan tersebut akan berhenti makan tetapi kalau oksigen terlarut dalam jumlah yang sangat banyak ikan-ikan memang jarang sekali mati, tapi pada keadaan-keadaan tertentu hal ini demikian dapat mematikan.

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa kandungan DO pada waduk selorejo cukup baik untuk pertumbuhan ikan. Jumlah oksigen yang dikonsumsi ikan sangat baik untuk pertimbuhan ikan., sehingga kebutuhan oksigen tiap spesies ikan juga berbeda-beda

4Alkallinitas
Dari pengukuran alkalinitas yang telah dilakukan didapatkan hasil alkalinitas sebesar 42.8 mg/l. Dari data data diatas dapat disimpulkan bahwa kandungan alkalinitas waduk selorejo terlalu tinggi, sehingga tidak baik dan dapat menyebabkan kehidupan ikan terganggu. Menuerut Jusuf dalam Yudha (2005). Alkalinitas optirmun bagi pertumbuhan udang memiliki kisaran antara 75-200 mg CaCO3/ l.
Alkalinitas dipertahankan pada nilai 90-150 Rpm. Alkanitas yang rendah atau kurang 90 ppm harus dilakukan pengapuran sehingga alkalinitas mencapai angka sesuai dengan kisaran. Jenis kapur yang digunakan disesuaikan dengan kondisi PH air sehingga pengaruh pengapuran tidak membuat PH tinggi. Jenis kapur disesuaikan dengan keperluan dan fungsinya. Sebagai contoh kapur hidroksida Ca(OH)2 dii aplikasikan untuk menaikan alkalinitas sekaligus menaikan PH air, bila PH air sudah tinggi, maka untuk menaikan  alkalinitas digunakan jenis kapur carbonat (ca CO3) atau kaptan (Arifin. al, 2007).

Tinggi rendahnya suatu perubahan alkalinitas di tentukan oleh adanya faktor intensitas yaitu cahaya dan suhu. Oleh karenanya dengan penambahan alkalinitas lebih banyak dibutuhkan untuk mencegah supaya air itu tidak menjadi asam. Sehingga dengan adanya pH rendah, ion hydrogen dalam air dapat mengurangi alkalinitas.

Kadar alkalinitas tinggi dalam Air yang mengandung senyawa CO2 yang berada di perairan cukup besar dibandingkan dengan air yang memiliki alkalinitas rendah. Hal ini air memiliki alkalinitas rendah yang mempunyai daya tangkap yang kurang. Oleh sebab itu, umumnya lingkungan yang baik bagi kehidupan ikan adalah dengan nilai atau kadar alkalinitas di atas 20 ppm (Effendi, 2003).

8.    Amonia
Dari pengukuran amonia yang telah dilakukan di dapatkan hasil sebesar 0.16 mg/L untuk kelompok 3 (inlet) dan 0.29 mg/L untuk kelompok 10 (outlet). Menurut poppo, dkk (2009), nilai amonia dalam industri perikanan telah melewati standar baku mutu yaitu 4.5 mg/l, sedangkan nilai standar baku mutu yang dipersyaratkan untuk amonia adalah tidak lebih dari 1 mg/l. tingginya kandungan amonia  pada air limbah disebabkan karena senyawa ammonia melalui proses nitrifikasi yang terjadi secara aerob.

Menurut Brown (1957) dalam Asmawi (1985) bahwa kadar ammonia yang rendah baik untuk kehidupan jasad-jasad hewan termasuk ikan, dan kadar ammonia 2-7 ppm dapat mematikan beberapa jenis ikan.  Dari data di atas dapat dilsimpulkan bahwa kandungan ammonia pada waduk selorejo cocok untuk pertumbuhan ikan karena kurang dari 1 mg/l, sehingga organisme air yang lainnya dapat tumbuh optimal

9. BOD (Biochemical Oxygen Demand)
Dari pengukuran BOD yang telah dilakukan didapatkan hasil sebesar 2,195 mg/l untuk kelompok 3 (inlet) dan 4,8 mg/l untuk kelompok 10 (outlet) dengan perhitungan BOD (ppm).  Menurut Darsono (2007) pentingnya jumlah oksigen yang berada dalam air, menyebabkan perlunya disediakan ukuran kebutuhan oksigen yang diperlukan oleh bahteri merambak limbah. Salah satu ukuran tersebut dalam Biological Oxygen Demand (BOD, kebutuhan oksigen untuk proses biologi). BOD adalah “jumlah oksigen dalam ppm yang diperlukan selama proses stabilisasi dari pemecahan bahan organik oleh bakteri agrab”

Menurut Bardo dan Syamsul (2006).pada hasil analisis kadar BOD pada air sungai Code didapatkan hasil bahwa BOD tersendah sebesar 3.20 mg/l. kadar BOD dalam air sungai Code pada bagian hulu lebih rendah dan bagian yang lain dengan kadar  BOD di antara 3-4 mg/l. hal ini disebabkan bahan-bahan buangan dalam air pada bagian hulu masih dalam sedikit sehingga jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan tersebut masih sedikit. Dapat disimpulkan bahwa kandungan BOD tersebut tidak baik untuk kehidupanikan karena jumlahnya terlalu rendah.






KESIMPULAN


Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.      Nilai salinitas untuk perairan tawar biasanya antara 0-5 ppt.
2.      Selama sratifikasi panas, konsentrasi oksigen terlarut didasar perairan rendah karena pengambilan oleh mikroba untuk respirasi
3.      Alkalinitas bersifat buffer atau kapasitas penyangga terhadap perubahan pH air yang sangat draktis.
4.      Faktor-Faktor yangmempengaruhi suhu diantaranya adalah intensitas cahaya matahari, pertukatanpanas antara air dengan udara dan ketinggian geografis
5.      Faktor-Faktor yangmempengaruhi kecerahan diantaranya adalah partikel terlarut, bahan organikterlarut dan warna perairan
6.      Faktor-faktor yangmempengaruhi pH adalah limbah yang mengandung asam-asam mineral
7.      Faktor-faktor yangmempengaruhi DO adalah kekeruhan air, suhu, salinitas, pergerakan massa air danudara



DAFTAR PUSTAKA


Asmawi, 1986. Pemeliharaan Ikan Dalam Keramba. Jakarta : Gramedia
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Jakarta.
Kordi, K, M. Ghufran dan Andi Baso Tanjung, 2007. Pengelolaan Kualitas Air Dalam Budidaya Perairan. Jakarta : Rineka Cipta
Pappo, Ari dkk. 2009. Studi Kualitas Perairan Pantai Dikawasan Industri Perikanan Desa Rembangan Kecamatan Naegara, Kabupaten Jembaran, Ude.Journal/pappo.paf http:akademikunsri.ac.id Diakses pada tanggal 11 Mei pukul 20.00 WIB
Sari, Sam gendro. 2007 Kualitas Air Sungai Manon Dengan Perlakuan Keramba Ikan Di Kecamatan Rawae Kabupaten Mojokerto Jawa Timur. www.uncam.ac.id Diakses pada tanggal 11 Mei pukul 20.00 WIB
Wetzel, Robert G. 1989. Limnology Second Edition. Sainders Collage Publishing Philadelphia new york Chicago. San Francisco Montrea Noronto London Sydney Tokyo Mexico city. Rio de jamnamadrid
Yudha, Indra Gumay. 2005. Aplikasi Sistem Resirkulasi Tertutup (Closed Resirculation System) Dalam Pengelolan Kualitas Air Tambak Udang. Http//e journal.ac.id.

Tidak ada komentar: