Rabu, 30 Oktober 2013

BAKTERI DAN PATOGEN (Laporan Praktikum Parasit dan Penyakit Organisme Akuatik)







BAKTERI DAN PATOGEN
(Laporan Praktikum Parasit dan Penyakit Organisme Akuatik)
















Oleh:
Widi Indra Kesuma
1114111058













JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG\
2013

I.         PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Salah satu faktor yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit pada tanaman adalah adanya kontaminasi terhadap mikroorganisme. Contoh dari mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit adalah bakteri, cendawan, dan virus. Namun, mikroorganisme utama yang dapat menyebabkan penyakit adalah bakteri. Walaupun bakteri dapat menimbulkan penyakit, namun ada juga bakteri yang menguntungkan bagi manusia.

Adanya ilmu pengetahuan tentang adanya suatu bakteri yang dapat menyebabkan penyakit pada tanaman, menyebabkan para peneliti mencoba mengkembangbiakkan bakteri tersebut dalam sebuah media. Dalam membuktikan penyebab suatu penyakit, diperlukan metode pembuktian. Salah satu metode yang dapat dilakukan adalah metode postulat koch. Postulat Koch atau Postulat Henle-Koch ialah 4 kriteria yang dirumuskan Robert Koch pada 1884 dan disaring dan diterbitkannya pada 1890. Penelitian Koch terhadap dimulai ketika antraks menjadi penyakit hewan dengan prevalensi paling tinggi pada masa itu. Koch mencoba membuktikan secara ilmiah mengenai Bacillus yang menyebabkan antraks dengan bantuan mikroskop sederhananya. Hal itu dilakukan dengan menyuntikkan Bacillus anthracis ke dalam tubuh sejumlah tikus. Koch mendapatkan Bacillus anthracis tersebut dari limpa hewan ternak yang mati karena antraks.

Postulat Koch atau Postulat Henle-Koch ialah 4 kriteria yang dirumuskan Robert Koch pada1884 dan disaring dan diterbitkannya pada 1890. Menurut Koch, keempatnya harus dipenuhi sebelum patogen yang dianggap sebagai penyebab penyakit, Dalam Postulat-postulat Koch disebutkan, untuk menetapkan suatu organisme sebagai penyebab penyakit, maka organisme tersebut harus memenuhi sejumlah syarat. Pertama, ditemukan pada semua kasus dari penyakit yang telah diperiksa. Kedua, telah diolah dan dipelihara dalam kultur murni (pure culture). Ketiga, mampu membuat infeksi asli (original infection), meskipun sudah beberapa generasi berada dalam kultur. Keempat, dapat diperoleh kembali dari hewan yang telah diinokulasi dan dapat dikulturkan kembali.
B.       Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.      Mengetahui gejala dan cirri ikan yang terkena Bakteri.
2.      Mengetahui cara mengetahui Bakteri yang bersifat pathogen atau tidak dengan Postulat Koch.
3.      Mempelajari cara dan metode dari Postulat Koch


II.      TINJAUAN PUSTAKA

A.      Bakteri dan Bakteri Patogen
Bakteri merupakan organisme yang paling banyak jumlahnya dan lebih tersebar luas dibandingkan mahluk hidup yang lain . Bakteri memiliki ratusan ribu spesies yang hidup di darat hingga lautan dan pada tempat-tempat yang ekstrim. Bakteri ada yang menguntungkan tetapi ada pula yang merugikan. Bakteri memiliki ciri-ciri yang membedakannya dengan mahluk hidup yang lain. Bakteri adalah organisme uniselluler dan prokariot serta umumnya tidak memiliki klorofil dan berukuran renik (mikroskopis) (ilham, 2008).

Berdasarkan definisi umum, bakteri patogen berarti jenis bakteri merugikan yang menimbulkan berbagai macam penyakit, baik untuk tubuh manusia, tumbuhan, maupun hewan. Bakteri patogen dibagi menjadi dua kelompok besar.
1.      Bakteri patogen intraseluler yang hanya menyebabkan penyakit bila masuk ke dalam tubuh makhluk hidup. Contohnya, Mycobacterium tuberculosis, bakteri yang menjadi penyebab penyakit TBC. 
2.      Bakteri kondisional. Bakteri patogen ini bisa menimbulkan penyakit dalam keadaan tertentu. Bakteri kondisional umumnya mengambil keuntungan dari kelemahan yang diderita makhluk hidup, misalnya luka yang menganga atau kondisi kekebalan tubuh yang sedang menurun. Bakteri patogen kondisional biasanya tersebar dengan mudah melalui benda-benda yang dipakai bersama-sama. Misalnya, pegangan pintu, tombol elevator, serta pegangan kursi ataupun meja. Contoh bakteri kondisional adalah Haemophilus influenza, penyebab penyakit influenza pada manusia (Johny, 2011).

B.       Taksonomi dan Biologis Ikan Sampel
·      Ikan Mas Koki (Carassius auratus)
Menurut Budiman dan Lingga (2005), Klasifikasi ikan mas koki adalah sebagai berikut:
Kingdom: Animalia
Phylum: Chordata
Class: Actinopterygii
Order: Cypriniformes
Family: Cyprinidae
Genus: Carassius 
Species: Carassius auratus (goldfish)

Menurut Yoshichi Matsui, dalam bukunya Goldfish Guide, maskoki di Jepang dikelompokkan menjadi 3 berdasarkan asalnya. Masing-masing adalah inpor dari cina (wakin, maruko, ryukin, domekin), hasil seleksi (jikin, nankin, tosakin, tetsuonaga, osaka ranchu, hanafusa, oranda shishigashira),  hasil dari silangan (kiranshi, shubunkin, shukin, kaliko, azumanishiki).

Ikan maskoki dapat tumbuh hingga mencapai 23 inch (53 cm) dan maksimum mencapai berat 9.9 pounds (4.5 kg), namun hal ini sangat jarang terjadi; sebagian besar maskoki hanya mencapai separuh dari ukuran maksimal tadi dalam masa pertumbuhannya. Dalam kondisi yang optimal, maskoki mampu bertahan hidup hingga 40 tahun, tetapi sebagian besar maskoki umumnya hidup antara 6 - 8 tahun. Menurut Redaksi AgroMedia (2008), memelihara dan merawat koki dalam rumah cukup mudah. Hal yang perlu diperhatikan adalah kualitas air, pemberian pakan, dan sarana penunjang akuarium.

·      Ikan Mas (Cyprinus caprio L)
Klasifikasi Ikan Mas menurut saanin (1984) adalah sebagai berikut :
Filum : Chodata
Kelas : Pisces
Sub Kelas : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Sub Ordo : Cyprinoidea
Famili : Cyprinidea
Genus : Cyprinus
Spesies : Cyprinus caprio L

Daerah yang sesuai untuk mengusahakan pemeliharaan ikan ini yaitu daerah yang berada antara 150 – 600 meter di atas permukaan laut, pH perairan berkisar antara 7-8 dan suhu optimum 20-25 oC. Ikan Mas hidup di tempat-tempat yang dangkal dengan arus air yang tidak deras, baik di sungai danau maupun di genangan air lainnya ( Asmawi, 1986).

·      Ikan Komet (Carassius auratus).
Ikan komet termasuk dalam famili Cyprinidae dalam genus Carassius. Ikan komet merupakan salah satu jenis dari Cypridae yang banyak dikenal dikalangan masyarakat karena memiliki warna yang indah dan eksotis serta bentuk yang menarik. Kedudukan ikan komet di dalam sistematika (Lingga dan Susanto, 2003) adalah sebagai berikut :
Filum      : Chordata
Kelas       : Pisces
Sub kelas : Teleostei
Ordo       : Ostariphisysoidei
Sub ordo : Cyprinoidea
Famili     : Cyprinidae
Genus     : Carassius
Spesies   : Carassius auratus
Ikan komet untuk hidupnya memerlukan tempat hidup yang luas baik dalam akuarium maupun kolam dengan sistem aerasi yang kuat dan air yang bersih. Untuk menjaga kualitas airnya dianjurkan untuk mengganti minimal 25% air akuarium atau kolam tiap minggunya. Untuk bagian substrat dasar akuarium atau kolam dapat diberi pasir atau kerikil, ini dapat membantu ikan komet dalam mencari makan karena ikan komet akan dapat menyaringnya pada saat memakan plankton. Ikan komet dapat hidup dalam kisaran suhu yang luas, meskipun termasuk ikan yang hidup dengan suhu rendah (15-210 C) tetapi ikan komet juga membutuhkan suhu yang tinggi sekitar 27-300 C hal ini diperlukan saat ikan komet akan memijah. Untuk memperoleh suhu inilah maka ketinggian air didalam tempat pemijahan diharapkan hingga 15-20 cm (Partical Fish Keeping, 2006).

C.    Penyakit yang disebabkan Bakteri
Motil Aeromonas Septicemia (MAS).
Adapun penyakit yang disebabkan oleh bakteri Aeromonas disebut Motil Aeromonas Septicemia (MAS) atau sering juga disebut Hemorrhage Septicemia. Penularannya melalui air, kontak badan, peralatan yang tercemari bakteri ini. Ikan-ikan yang terserang bakteri ini memperlihatkan gejala-gejala:
·      Warna tubuh menjadi agak gelap
·      Kulit kasat dan timbul pendarahan yang akan menjadi borok (hemorrhage).
·      Kemampuan renang menurun dan sering megap-megap di permukaan air karena.
·      insangnya rusak sehingga sulit bernafas.
·      Sering terjadi pendarahan pada organ bagian dalam seperti hati, ginjal, limpa seringpula terlihat perut agak kembung/bengkak.
·      Jika telah parah keseluruhan sirip rusak dan insangnya berwarna keputih-putihan.
·      Mata rusak dan agak menonjol (Afrianto dan Liviawaty, 1992).

Tuberkulosis
Bakteri Mycobacterium merupakan penyebab penyakit Tuberkulosis pada ikan. Bakteri ini diketahui menyerang 157 spesies ikan, 11 spesies amphibian, dan 27 spesies reptilian. Semua jenis salmon sangat mudah diserang. Tuberculosis akan mengalami kerusakan organ dalam, kurus dan kemudian mati. Apabila terjadi luka akan kehilangan protein plasma dan ikan sangat muah terserang infeksi sekunder (Tim, 2002).

Nicordiasis
Penyakit Nicordiasis merupakan penyakit yang disebbkan oleh Bakteri Nocardia, tersebar di alam termasuk air dan tanah. Nicordiasis dapat menyerang ikan air tawar dan air laut, bahkan dimungkinkan menyerang paru-paru, kulit, dan tulangmanusia. Sumber penularan adalah ikan sakit, air, dan tanah (Tim, 2002).

Enteric Red Mouth(ERM)
Penyakit Enteric Red Mouth(ERM) disebabkan oleh Bakteri Yersinia ruckeri. Bakteri ini dapat menyerang berbagai jenis ikan air tawar maupaun laut. Sumber infeksi Bakteri ini adalah inang alamiah atau hewan air lain yang dapat menjadi carrier. Yersenia ruckeri juga dapat hidup di dalam air. Penularan dapat terjadi melalui infeksi alamiah yersebar dari ikan ke ikan. Bakteri ini dapat menyebabkan penyakit dalam bentuk akut, kronis, atau carrier (Tim, 2002).

Streptomyces
Penyakit Streptomyces adalah penyakit yang disebabkan oleh Bakteri Streptomyces, merupakan organism yang bersifat pathogen pada ikan. Serangan penyakit ni mempunyai dampak negative yang dpat dirasakan secara berkelanjutan. Bakteri ini dapat menginfeksi hati dan ginjal ikan. Di dalam kolam percobaan menggambarkan waktu kematian disebabkan penyakit ini kurang lebih satu minggu (Tim, 2002).

D.    Postulat Koch
Pada tahun 1880, Koch memanfaatkan kemajuan metoda laboratorium dan menentukan kriteria yang diperlukan untuk membuktikan bahwa mikroba spesifik merupakan penyebab penyakit tertentu (Gunawan, 2011). 
Kriteria ini dikenal dengan postulat Koch yaitu:
1. Mikroorganisme tertentu selalu ditemukan berasosiasi dengan penyakit yang ditimbulkan.
2. Mikroorganisme dapat diisolasi dan ditumbuhkan sebagai biakan murni di laboratorium.
3. Biakan murni tersebut bila diinjeksikan pada binatang yang sesuai dapat menimbulkan penyakit.
4. Mikroorganisme tersebut dapat diisolasi kembali dari hewan yang telah terinfeksi tersebut (Gunawan, 2011). 

Adanya kriteria tersebut menjadi jalan ditemukannya berbagai bakteri penyebab berbagai penyakit dalam waktu yang cukup singkat (kurang dari 30 tahun). Penemuan virus, adanya bakteri yang dapat menimbulkan berbagai penyakit serta adanya penyakit tertentu yang ditimbulkan oleh lebih dari 1 mikroorganisma memerlukan modifikasi dari postulat Koch. Pada tahun 1892 Dimitri Ivanovski menunjukkan bahwa agen yang menyebabkan penyakit mosaik pada tembakau dapat ditularkan melalui ekstrak tanaman yang sakit. Ekstrak terebut disaring dengan filter yang ditemukan oleh kawan-kawan Pasteur dimana filter tersebut diketahui dapat menyaring bakteri.Penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa agen tersebut mempunyai ukuran yang jauh lebih kecil dari bakteri. Yellow fever merupakan penyakit pertama pada manusia yang diketahui disebabkan oleh virus(Gunawan, 2011). 




III.   PROSEDUR KERJA

A.      Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 04 April 2013 pukul 13.00 WIB bertempat di Laboratorium Perikanan Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
B.       Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu jarum ose, cawan petri, tabung reaksi, kapas, Bunsen, dan aquarium. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu, Media TSA, Media TSB, ikan mas, ikan mas koki, ikan komet.

C.      Cara Kerja
a.       Ambil sampel ikan yang sakit dengan gejala luka atau borok
b.      Amati gejala eksternal dan internal
c.       Isolasi Bakteri dari bagian tubuh yang luka dan dari ginjal ke dalam medium TSA
d.      Inkubasi selama 24 jam dalam suhu ruang
e.       Pemurnian kultur Bakteri
f.       Identifikasi Bakteri
g.      Kultur dalam media cair
h.      Hitung kepadatan Bakteri dengan spektrofotometer
i.        Infeksikan ke ikan yang sama dengan sampel dengan dosis 107 sel/ikan.
j.        Amati gejala yang ditimbulkan
k.      Jika ikan sakit, isolasi Bakteri yang luka dan dari ginjal kedalam medium TSA
l.        Indentifikasi b kemungkinan Bakteri yang diisolasi adalah bakteri
m.     Jika ada kemiripan, adlah Bakteri penyebab pathogen pada ikan tersebut.

IV.   HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil Pengamatan


Jenis Ikan Sampel
Organ yang Dites
Gejala
Waktu
Ikan Mas
Luka
a.       Ikan mas lemas , tidak mau makan.

b.      1 ikan diam didasar dan tidak bergerak, 4 lainnya berenang di dasar.
c.       Ada 1 ekor ikan yang sisiknya mulai mengelupas

d.      Ada 1 ikan yang mati.


e.       Ada 1 ikan lagi yang mati.


f.       Ada 3 ikan yang sisiknya mulai mengelupas.

g.      2 ikan terjadi pembengkakkan pada intra muscular.
h.      Adanya sisik mengelupas dan timbulnya luka.



a.       Minggu, pukul 14.00.
b.      Minggu, pukul 19.00.

c.       Minggu, pukul 21.00.

d.      Minggu, pukul 22.00.
e.       Minggu, pukul 23.30.

f.       Senin, pukul 03.00.

g.      Senin, pukul 04.00.
h.      Senin, pukul 13.00.
Ikan Mas
Ginjal
a.  Ikan mas lemas , tidak mau makan.

b.  Ada 1 yang mati.


c.  Ada 2 ekor yang mengelupas sisiknya.

d. Ada 1 ikan yang sisiknya Nampak kehitaman.

e.  Semua ikan Nampak kehitaman di bawah insang.
f.   Ada 1 ikan yang luka dibagian ekor.
a.     Minggu, pukul 14.00.
b.   Minggu, pukul 19.30.
c.     Minggu, pukul 21.00.
d.   Senin, pukul 02.00.
e.    Senin, pukul 03.30.
f.    Senin, pukul 08.30.
Ikan Komet
Luka
a.       Ikan mas lemas , tidak mau makan.

b.      Ikan mengeluarkan feses dan berenang lambat di dasar.
c.       Warna ikan menjadi pucat.


d.      Sisik ikan mulai mengelupas.

e.       Ada ikan yang luka pada bagian dekat insang dan 1 ikan yang mati.

a.       Minggu, pukul 14.00.
b.      Minggu, pukul 15.30.
c.       Minggu, pukul 22.30.

d.      Senin, pukul 02.00.
e.       Senin, pukul 07.30.

Ikan Mas Koki
Ginjal
a.       Nafsu makan berkurang.


b.      Ada ikan yang bergerak lambat dan kurang aktif.

c.       Ada ikan yang berenang dengan posisi kepala menghadap ke atas serta berenang tidak stabil.
d.      Sisik mulai kusam dan memudar pada salah satu ikan.
e.       Terdapat luka di punggung.

a.     Minggu, pukul 17.30.
b.     Minggu, pukul 19.30.
c.     Minggu, pukul 22.30.

d.    Senin, pukul 03.30.
e.     Senin, pukul 12.30.



B.       Pembahasan
Telah dilakukan praktikum mengenai Bakteri Patogen yang di identifikasi dengan metode Postulat Koch. Ikan sampel yang digunakan pada praktikum ini adalah ikan Mas, ikan Mas Koki, dan ikan Komet. Gejala klinis dari masing-masing ikan sampel yaitu, pada ikan mas terlihat ada luka yang memerah pada bagian sisik dan juga sirip, luka tersebut membentuk bulatan yang lebar, gerakan ikan lambat, tidak mau makan, serta terlihat kekurangan osigen karena ikan selalu berenang ke permukaan untuk mengambil oksigen. Pada ikan Komet, gejala klinis yang terjadi yaitu ikan terlihat berenang lambat serta terdapat sisik yang mengelupas, kurang nafsu makan, dan juga berenang miring. Pada ikan Mas Koki, gejala klinis yang terjadi ikan berenang lambat, adanya luka juga seperti bulatan lebar, nafsu makan kurang, respon terhadap kejutan lambat, serta berenang dengan kepala menghadap keatas.

Pada hasil pengamatan praktikum terhadap ikan yang diinfeksikan Bakteri dari ikan sampel menunjukkan bahwa hasil dari gejala yang terjadi terhadap ikan uji memiliki hamper kesamaan terhadap ikan sampel. Kesamaan tersebut diantaranya gerakan ikan lambat, terdapat sisik yang mengelupas seperti pada ikan sampel, ikan kurang nafsu makan, terdapat luka seperti bulatan lebar,  serta gerakan ikan miring dan berenang dengan posisi kepala menghadap ke atas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil dari metode Postulat Koch dapat dipakai sebagi cara untuk mengetahu suatu Bakteri bersifat pathogen atau tidak pada suatu organism. Metode dari Postulat Koch itu sendiri yaitu:
1. Mikroorganisme tertentu selalu ditemukan berasosiasi dengan penyakit yang ditimbulkan.
2. Mikroorganisme dapat diisolasi dan ditumbuhkan sebagai biakan murni di laboratorium.
3. Biakan murni tersebut bila diinjeksikan pada binatang yang sesuai dapat menimbulkan penyakit.
4. Mikroorganisme tersebut dapat diisolasi kembali dari hewan yang telah terinfeksi tersebut (Gunawan, 2011).

Dengan melihat cirri-ciri dari gejala penyakit yang terjadi pada ikan tersebut, dapat diduga bahwa Bakteri yang menyerang ikan-ikan tersebut adalah Aeromonas hidrophyla  dan Pseudomonas sp. Selain karena ciri-ciri yang di timbulkan,  bakteri Aeromonas hidrophyla  dan Pseudomonas sp merupakan Bakteri air tawar.

Dapat diketahui bahwa bakteri Aeromonas hidrophyla termasuk patogen oportunistik yang hampir selalu terdapat di air dan seringkali menimbulkan penyakit apabila ikan dalam kondisi yang kurang baik. Penyakit yang disebabkan oleh Aeromonas hydrophilla ditandai dengan adanya bercak merah pada ikan dan menimbulkan kerusakan pada kulit, insang dan organ dalam. Penyebaran penyakit bakterial pada ikan umumnya sangat cepat serta dapat menyebabkan kematian yang sangat tinggi pada ikan-ikan yang diserangnya. Gejala klinis yang timbul pada ikan yang terserang infeksi bakteri Aeromonas hidrophyla adalah gerakan ikan menjadi lamban, ikan cenderung diam di dasar akuarium; luka/borok pada daerah yang terinfeksi; perdarahan pada bagian pangkal sirip ekor dan sirip punggung, dan pada perut bagian bawah terlihat buncit dan terjadi pembengkakan. Ikan sebelum mati naik ke permukaan air dengan sikap berenang yang labil (Rahmaningsih, 2012).

Sedangkan bakteri Pseudomonas sp yaitu termasuk kelompok bakteri gram negative, bersifat motil karena adanya alat gerak berupa flagel, dan bersifat aerobic. Beberapa spesies menghasilkan pigmen yang larut dalam air. Bentuk bakteri ini berbentuk batang dengan ukuran sekitar 0,6 x 2 µm. Bakteri ini dapat terlihat sebagi bakteri tunggal, berpasangan, atau bergerombol membentuk rantai pendek. Gejala ikan yang terinfeksi bakteri ini adalah : terdapat benjolan merah pada pangkal sirip dada, perutnya bengkak, tubuhnya penuh borok, pendarahan pada organ internal, sekitar mulut, opercula dan daerah ventral, terjadi nekrosis pada jaringan limpa dan ginjal, pertumbuhan menurun, nafsu makan berkurang, dan terlihat lemah (imi, 2012).

Dari praktikum ini dapat diketahui bahwa praktikum ini mengalami keberhasilan meskipun ada satu lagi kegiatan dari metode Postulat Koch yang belum dilakukan yaitu isolasi kembali Bakteri dari ikan yang diinfeksikan Bakteri yang selanjutnya harus diidentifikasi kesamaan morfologi bakterinya. Tetapi meskipun langkah tersebut belum dilakukan, praktikum ini tetap dinyatakan berhasil dikarenakan hasil dari ciri-ciri dan gejala ikan yang diinfeksikan hampir sebagian besar sama dengan ikan sampel yang berpenyakit.


V.      PENUTUP
A.      Keismpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
1.      Metode Postulat Koch terbukti mampu menguji suatu Bakteri bersifat pathogen atau tidak.
2.      Hasil praktikum menunjukkan hasil ikan yang diinfeksikan Bakteri menderita penyakit dan gejala yang hampir sama dengan ikan sampel yang sakit.
3.      Factor yang dapat mempengaruhi hasil dari metode postulat Koch yaitu kesalahan praktikan dan ikan sehat yang mungkin membawa bibit penyakit dari luar.


B.       Saran
Adapun saran yang dapat saya berikan yaitu:
1.      Sebaiknya lebih menjaga aspek kesterilan dalam setiap percobaan sedikin mungkin agar hasil yang didapat bisa lebih akurat.
2.      Usahakan seluruh peserta praktikum, baik asdos maupun praktikan memakai baju lab, karena baju lab bukanlah suatu syarat mengikuti praktikum tetapi merupakan syarat keselamatan dan kesterilan dalam praktikum, dan juga karena asdos juga ikut membimbing jalannya praktikum.


DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, E., E. Liviawaty, 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Penerbit Kanisius. Jakarta
Asmawi, S. 1986. Pemeliharaan Ikan dalam Keramba. Gramedia. Jakarta.
Budiman A.,Agus dan Lingga P. 2005. Maskoki. Penebar Swadaya. Jakarta.
Gunawan, Rudy. 2011. Makalah Mikroorganisme “Postulat Koch”. Universitas Muhamadiyah Purwokerto. Purwokerto.
Ilham, eri. 2008. Bakteri dan pengertiannya: http://gurungeblog.wordpress.com. Diakses pada April 2013.
Imi, dkk. 2012. Bakteri Patogen pada Ikan: http://imi-jogja.blogspot.com. Diakses pada April 2013.
Johny, Template. 2011.Bakteri Patogen. http://psbiotik.blogspot.com. Diakses pada April 2013.
Lingga dan Susanto. 2003. Klasifikasi Ikan Komet (Carassius auratus). Agromedia. Jakarta.
Partical Fish Keeping. 2006. Biologi Ikan Hias. Agromedia. Jakarta.
Rahmaningsih, S. 2012. Penagruh Ekstrak Sidawayah dengan Konsentrasi yang Berbeda untuk Mengatasi Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophyla  pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumberdaya Perairan.
Redaksi AgroMedia. 2008. Buku Pintar Ikan Hias Populer. AgroMedia Pustaka. Jakarta.
Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid I dan II. Bina Cipta. Bandung.
Tim Karya Tani Mandiri. 2002. Pedoman Budidaya Beternak Ikan Mas. Nuansa Aulia. Bandung.





































LAMPIRAN





PROSES YANG DILAKAUKAN DALAM PRAKTIKUM



1.      Ikan sampel
2.      Proses isolasi Bakteri dari luka
3.      Proses isolasi bakteri ke media TSA
4.      Pembedahan ikan
5.      Isolasi Bakteri dari ginjal
6.      Isolasi Bakteri ke media TSA dari ginjal
7.      Media yang siap di inkubasi
8.      Hasil Bakteri dari luka yang telah di inkubasi
9.      Hasil Bakteri dari ginjal yang telah di inkubasi
10.  Kultur Bakteri ke media cair
11.  Penyuntikan Bakteri ke ikan sehat
12.  Ikan yang telah di suntik dan di amati.

Tidak ada komentar: