Rabu, 30 Oktober 2013

praktikum makrobentos






BAB III. MAKROBENTOS


A.     Pendahuluan

1.    Latar Belakang
Di dalam perairan laut terdapat berbagai macam organisme yang memiliki ukuran bermacam-macam. Beberapa di antaranya dapat berupa bentik atau bentos. Bentik adalah organisme perairan yang  sebagian besar atau seluruh hidupnya berada di dasar perairan. Bentos dibedakan menjadi 3 yaitu makrobentos, meiobentos, dan mikrobentos. Makrobentos  terdiri dari epifauna dan infauna. Organisme ini hidup melekat (sesil), merayap, atau bergerak bebas (vigil). Keanekaragaman dari jenis bentos disebabkan oleh adanya dominasi substrat-substrat tertentu sehingga memunculkan jenis-jenis bentos yang  homogen.

Organisme yang hidup di bagian dasar lautan dikenal sebagai benthos. Termasuk di dalamnya seluruh hewan-hewan dan tumbuh-tumbuhan yang hidup pada daerah-daerah yang masih dipengaruhi oleh air pasang (daerah littoral), daerah continental shelf (sublittoral) dan yang tinggal di laut yang sangat dalam (daerah bathyl dan abyssal) (Hutabarat, 2008).

Benthos adalah organisme yang hidup di bagian dasar lautan. Termasuk di dalamnya adalah seluruh hewan-hewan dan tumbuh-tumbuhan yang hidup pada daerah-daerah yang masih dipengaruhi oleh air pasang (daerah littoral), daerah continental shelf (sublittotal) dan yang tinggal di laut yang sangat dalam yaitu daerah bathyl dan abyssal (Hutabarat, 2008).

Bermacam-macam jenis hewan invertebrate, banyak dijumpai di dalam benthos. Mereka mempunyai kisaran ukuran yang sangat luass yaitu dari yang berukuran sebesar protozoa sampai kepada yang berukuran sebesar crustacean dan molusca. Ukuran ini kadang-kadang dipakai sebagai dasar untuk mengklasifikasikan mereka (Hutabarat, 2008).
2.    Tujuan
Mempelajari kelimpahan, kepadatan serta identifikasi makrobentos yang ditemukan.


B.     Tinjauan Pustaka

Hewan bentos yang hidup relatif menetap di dasar perairan, merupakan indikator biologi yang baikdalam pengkajian kualitas perairan, karena dengan hidup di dasar perairan maka hewan bentos akan kontak langsung dengan berbagai limbah yang ada pada habitat mereka (Oey, et al 1978). Menurut Rosenberg dan Reshi (1993) hewan bentos yang dapat digunakan sebagai indikator perubahan keadaan lingkungan perairan dikenal sebagai makrozoobentos.

Makro bentos yang merupakan hewan yang sebagian besar atau seluruh siklus hidupnya ada di dasar perairan, maka hewan ini memegang peranan penting di perairan (Odum 1993). Montogna et all (1989) menambahkan bahwa dalam ekosistem petrairan makrobentos berperan besar sebagai salah satu mata rantai penghubung dalam aliran energi dan siklus darin alga planktonik sampai konsumen tibgkat tinggi.

Zoobentos berperan dalam proses dekomposisi materi organik. Hewan bentos dapat menghancurkan makrofit akuatik yang hidup maupun mati dan serasah yang masuk ke dalam perairan menjadi potongan yang lebih kecil sehingga mempermudah mikroba untuk menguraikannya menjadi nutrien bagi produsen perairan. Menurut Pennak (1978) dan Green and Hubnes (1978) jenis zoobentos dibedakan berdasarkan peranannya dalam perairan maka dibedakan menjadi konsumen primer dan konsumen sekunder atau konmsumen yang menempati tempat lebih tinggi yang merupakan makanan alami ikan.

Zoobentos dapat dikelompokan kedalam mikrozoobentos dan makrozoobentos.. Menurut cummins (1975) makrobentos dapat mencapai ukuran tubuh sekurang-kurangnya 3-5 mm pada saat pertumbuhan maksimum. Berdasarkan keberadaan zoobentos maka Barnes dan Hughes (1999) dan Nybakken (1977) menyatakan bahwa makrobentos yang hidup merayap di dasar perairan disebut epifauna sedangkan yang hidup pada substrat lunak di dalam lumpur disebut infauna.

Kuantitas dari hewan bentos sangat dipengaruhi oleh kulitas air dan substrat tempat hidupnya, hal ini disebabakan karena hewan bentos merupakan organisme dasar perairan. Menurut teori Shelford (Odum 1993) bahwa makrobentos dapat bersifa toleran maupun bersifat sensitif terhadap perubahan lingkungan. Semakin tinggi kisaran toleransi semakin luas penyebaran hewan bentos dan sebaliknya. Kuantitas penyebaran makrobentos dipengaruhi oleh faktor lingkungan baik abiotik maupun biotik. Faktor abiotik lingkungan meliputi faktor fisika dan kimia. Mnurut Hawkes (1978)mengemukakan 14 faktor yang mempengaruhi keberadaan hewan bentos di perairan, 9 diantaranya merupakan faktor penentu kualitas air. Faktor fisika-kimia yang mempengaruhi kehidupan makrobentos adalah penetrasi cahaya, yang mempengaruhi suhu air, substrat dasar, kandungan unsur kimia seperti DO, pH, nutrien. Adapun faktor biologis yang mempengaruhi kehidupan makropbentos adalah interaksi spesis serta pola siklus hidup makrobentos.

Hellwel (1986) , Rosenberg and Wiens (1989), dan Rosenberg and Resh (1993) menyatakan bahwa karateristik ideal dari jenis organisme yang bisa dijadikan sebagai indikator adalah :
a.       Mudah diidentifikasi
b.      Tersebar secara kosmopolit
c.       Kelimpahan dapat dihitung
d.      Variabilitas ekologa dan geneti rendah
e.       Ukuran tubuh relatif besar
f.       Mobolitas terbatas dan masa hidup relatif lama
g.      Karakteristik ekologi diketahui dengan baik
h.      Terintegrasi dengan kondisi lingkungan
i.        Cocok digunakan oada studi laboratorium

Secara global semua anggota dari sebuah komunitas haruslah dipandang sebagai indikator potensial akan kualitas air dan dicantumkan dalam peragaan monitoring biologis. Kelompok yang umumnya dikerahkan sebagai indikator adalah fauna makro invertebrata (makrobentos). Mereka punya banyak karakteristik yang diminta dari organisme indikator (Abel ,1989).

Spesies indikator merupakan organisme yang dapat menunjukkan kondisi lingkungan secara akurat yang juga dikenal dengan bioindikator. Tesky (2002), Via-Norton, A. Maher dan D. Hoffman (2002) membedakan indikator khususnya perairan tawar berdasarkan kualitas perairan adalah :
a.       Indikator untuk perairan yang berkualitas baik.
b.      Indikator untuk perairan yang berkualitas sedang.
c.       Indikator untuk perairan yang berkulitas buruk.

Bermacam-macam jenis hewan invertebrate, banyak dijumpai di dalam benthos. Mereka mempunyai kisaran ukuran yang sangat luass yaitu dari yang berukuran sebesar protozoa sampai kepada yang berukuran sebesar crustacean dan molusca. Ukuran ini kadang-kadang dipakai sebagai dasar untuk mengklasifikasikan mereka (Hutabarat, 2008).
·           Microfauna istilah ini dipakai untuk menerangkan hewan-hewan yang mempunyai ukuran lebih kecil dari 0,1 mm. seluruh protozoa termasuk dalam golongan ini.
·           Meiofauna  adalah golongan hewan-hewan yang mempunyai ukuran antara 0,1 mm sampai 1,0 mm. Ini termasuk golongan protozoa berukuran besar , Cnidaria, cacing-cacing berukuran kecil dan beberapa crustacean yang berukuran sangat kecil.
·           Macrofauna  meliputi hewan-hewan yang mempunyai ukuran lebih besar dari 1,0 mm. Ini termasuk echinodermata, crustacean, annelid, molusca,dan anggota beberapa phylum lainnya (Hutabarat, 2008).


C.     Metodelogi

1.    Waktu dan Tempat
Hari/tanggal           : 18-19 Mei 2013
Waktu                    : 08.00 - selesai
Tempat                 : Pulau Tegal

2.    Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut:
·         Kuadran transek
·         Saringan berukuran 0,5mm
·         Plastic sampel
·         Formalin 4%
·         Alohol 70%
·         Alat tulis
·         Masker dan snorkel
·         Buku identifikasi
·         Tali raffia dan pelampung

3.    Cara Kerja
Identifikasi Makrobentos
a.    Catat waktu pengamatan
b.    Tarik garis lurus sepanjang pantai
c.    Letakkan kuadra transek sepanjang garis yang ditentukan
d.    Sampel sedimen diambil dengan corlsampler
e.    Lalu disaring dengan saringan
f.     Makrobentos yang ditemukan di masukkan dalam kantung plastic lalu diberi formalin.
g.    Sample kemudian dibawa kelaboratorium untuk diamatai

Penghitungan kepadatan
a.    Catat waktu pengamatan
h.    Tarik garis lurus sepanjang pantai
b.    Letakkan kuadra transek sepanjang garis yang ditentukan
c.    Dalam kuadran transek, catat spesies dan hitung jumlah dari masing-masing spesies.
d.    Lalu hitungkelimpahan dan kepadatannya.





D.     Hasil dan Pembahasan
1.    Hasil Pengamatan

Jenis
Jumlah Individu Dalam Kuadran
Jumlah Total Individu
Jmlah Kuadran Tempat Di Temukan Spesies
Jumlah Kuadran Yang Digunakan
Kelimpahan
Kepadatan
1
2
3
4
5
Right Handed Snail
3
4
4
2
2
15
5
5
3
3
Left handed snail
1


1

2
2
5
1
0,4
Sea grass

1
1

1
3
3
5
1
0,6
Crustacea



1

1
1
5
1
0,2
Mussel



3

3
1
5
3
0,6
Echinodermata

1



1
1
5
1
0,2


2.    Pembahasan
Telah dilakukan praktikum mengenai kelimpahan makrobentos di pulau tegal. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari kelimpahan, kepadatan serta identifikasi makrobentos yang ditemukan di perairan tersebut. Praktikum ini menggunakan transek kuadran, corlsampler dan sareingan.

Perlakuan pada praktikum ini yaitu pembuatan transek kuadrat bertujuan untuk memudahkan dan membatasi jumlah pengambilan bentik yang akan dianalisis. Pemberian label pada kantong plastik berisikan sampel saat berada pada tempat pengambilan sampel sangatlah penting karena tiap sampel yang diambil nantinya tidak tertukar dengan jenis sampel yang lainnya. Pemberian buffered formalin 5% yang bertujuan mengawetkan tubuh bentos dari sampel yang telah didapat agar tubuhnya tidak mengalami kerusakan saat diidentifikasi. Pada perlakuan analisis sampel, digunakan saringan. Saringan yang digunakan yaitu dengan ukuran 2.0 m. Saringan 2.0 mm digunakan untuk menyaring makrobenthos, karena makrobenthos berukuran lebih dari 1.0 mm.

Dominasi (kerapatan) suatu spesies digunakan indeks dominansi (D). Menurut Odum (1993) Jika hasil = 1, menunjukkan hanya satu spesies yang dominan pada suatu komunitas, sedangkan jika hasil = 0, menunjukkan bahwa spesies pada suatu komunitas tidak ada yang dominan. Pada hasil perhitungan didapatkan nilai D. Berdasarkan perhitungan indeks dominasi spesies di pulau Tegal menunjukan bahwa spesies pada suatu komunitas tersebut tidak ada yang dominan karena hasil perhitungan didapat nilai D=0.

Pulau Tegal merupakan perairan yang dikatakan tercemar ringan dilihat dari nilai keragaman makrobenthos yang berada pada perairan tersebu. Makrobenthos mampu mendiami Pulau Tegal karena faktor fisikokimia seperti nilai pH, temperatur, kadar oksigen terlarut, dan subatrat dasar yang sesuai dengan habitat makroinvertebrata.

Beberapa organisme bentik sering dipakai sebagai spesies indikator kandungan bahan organik, dan dapat memberikan gambaran yang lebih tepat dibandingkan pengujian secara fisika-kimia (Hynes, 1976). Kelebihan penggunaan makrozoobentos sebagai indikator pencemaran organik adalah karena jumlahnya relatif banyak, mudah ditemukan, mudah dikoleksi dan diidentifikasikan, bersifat immobile, dan memberikan tanggapan yang berbeda terhadap kandungan bahan organik (Rosenberg dan Resh, 1993). Kelemahannya adalah karena sebarannya mengelompok dan dipengaruhi oleh faktor hidrologi seperti arus, dan kondisi substrat dasar (Hawkes, 1978).

Setiap perairan memiliki perbedaan kelimpahan makrobentos. Menurut Taqwa (2010) perbedaan kelimpahan ini dapat disebabkan oleh perbedaan pilihan habitat yang lebih disukai oleh tiap jenis fauna. Perbedaan pilihan habitat dapat dipengaruhi intensitas cahaya, produksi serasah dan komposisi substrat.  Gastropoda umumnya bersifat herbivora yang mengkonsumsi mikroalga yang tumbuh di atas substrat.





E.     Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang didapat dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.    Pulau Tegal merupakan perairan yang dikatakan tercemar ringan dilihat dari nilai keragaman makrobenthos yang berada pada perairan tersebut
2.    Makrobenthos mampu mendiami Pulau Tegal karena faktor fisikokimia seperti nilai pH, temperatur, kadar oksigen terlarut, dan subatrat dasar yang sesuai dengan habitat makroinvertebrata.
3.    Perbedaan kelimpahan makrobentus stiap plot dapat disebabkan oleh perbedaan pilihan habitat yang lebih disukai oleh tiap jenis fauna


Daftar Pustaka

Hutabarat Sahala. 1985. Pengantar Oseanografi. Universitan Indonesia press: Jakarta
Hutabarat Sahala. 2008. Pengantar Oseanografi. Universitan Indonesia press: Jakarta
Nybakken, J. W. 1988. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologis. Diterjemahkan dari Marine Biology an Ecological Approach oleh M. Eidman. . PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Odum, E. P. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Diterjemahkan dari Fundamental of Ecology oleh T. Samingan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Simamora, D.R. 2009. Studi Keanekaragaman Makrozoobenthos di Aliran Sungai Padang Kota Tebing Tinggi. repository.usu.ac.id Diakses tanggal 25 Mei pukul 22.08
Taqwa Amrullah. 2010. Analisis Produktivitas Primer Fitoplankton dan Struktur Komunitas Fauna Makrobenthos Berdasarkan Kerapatan Mangrove di Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan Kota Tarakan, Kalimantan Timur, volume 16-19

Tidak ada komentar: