Rabu, 30 Oktober 2013








PARASIT DAN JAMUR
(Laporan Praktikum Parasit dan Penyakit Organisme Akuatik)














Oleh:
Widi Indra Kesuma
1114111058












JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2013

I. PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Penyakit ikan merupakan salah satu kendala dalam usaha budidaya perikanan. Hal ini disebabkan karena wabah penyakit dapat menimbulkan kematian ikan maupun udang budidaya. Tingginya tingkat kematian ikan budidaya dapat menurunkan produksi perikanan sehingga nilai pendapatan yang diperoleh menjadi turun jika dibandingkan dengan jumlah modal yang harus dikeluarkan untuk keperluan budidaya seperti pembelian benih, pakan, pembuatan tambak atau kolam, upah tenaga kerja dan lain sebagainya. Disamping itu, ikan yang sakit juga akan memiliki nilai jual yang jauh lebih rendah dari kondisi normal terlebih untuk ikan-ikan yang dijual dalam kondisi hidup seperti kerapu dan lobster.

Berdasarkan penyebabnya, penyakit pada ikan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu penyakit infeksi dan penyakit non-infeksi. Penyakit infeksi merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi patogen kedalam tubuh inang. Patogen penyebab penyakit pada ikan dapat berupa virus, bakteri, parasit dan jamur (Lavilla Pitogo, 2001). Sedangkan penyakit non-infeksi merupakan penyakit yang disebabkan oleh selain infeksi patogen, misalnya penurunan kualitas lingkungan, kekurangan pakan (malnutrisi), dan cacat secara genetik (Erazo-Pagador, 2001).

Penyakit ikan merupakan salah satu kendala dalam usaha budidaya perikanan. Hal ini disebabkan karena wabah penyakit dapat menimbulkan kematian ikan maupun udang budidaya. Tingginya tingkat kematian ikan budidaya dapat menurunkan produksi perikanan sehingga nilai pendapatan yang diperoleh menjadi turun jika dibandingkan dengan jumlah modal yang harus dikeluarkan untuk keperluan budidaya seperti pembelian benih, pakan, pembuatan tambak atau kolam, upah tenaga kerja dan lain sebagainya. Disamping itu, ikan yang sakit juga akan memiliki nilai jual yang jauh lebih rendah dari kondisi normal terlebih untuk ikan-ikan yang dijual dalam kondisi hidup seperti kerapu dan lobster.

Berdasarkan penyebabnya, penyakit pada ikan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu penyakit infeksi dan penyakit non-infeksi. Penyakit infeksi merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi patogen kedalam tubuh inang. Patogen penyebab penyakit pada ikan dapat berupa virus, bakteri, parasit dan jamur (Lavilla Pitogo, 1991). Sedangkan penyakit non-infeksi merupakan penyakit yang disebabkan oleh selain infeksi patogen, misalnya penurunan kualitas lingkungan, kekurangan pakan (malnutrisi), dan cacat secara genetik (Erazo-Pagador, 2001).

Faktor lain yang membuat serangan parasit susah dicegah adalah minimnya peralatan yang dimiliki untuk mendeteksi parasit tersebut. Hal ini sangat membahayakan para petani ikan karena akan menimbulkan kerugian yang sangat besar. Untuk itu, sebagai mahasiswa yang akan berkecimpung di dunia budidaya perairan, maka perlu dilatih dasar-dasar untuk mendeteksi parasit yang menyerang ikan agar dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari setelah menyelesaikan studinya nanti.


B.     Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah:
·         Mengetahui cara mengisolasi dan mengidentifikasi parasit pada ikan.
·         Mengetahui jenis parasit dan organ ikan yang terserang parasit.
·         Mengetahui tanda klinis ikan yang terserang parasit.


 II. TINJAUAN PUSTAKA

Penyakit ikan adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan pada ikan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Gangguan pada ikan dapat disebabkan oleh organisme lain, pakan maupun kondisi lingkungan yang kurang menunjang kehidupan ikan. Ikan dikatakan sakit apabila terjadi gangguan/kelainan baik secara anatomi maupun fisiologinya.Timbulnya serangan penyakit di kolam merupakan hasil interaksi yang tidak serasi antara ikan kondisi lingkungan dan organisme penyakit.interaksi yang tidak serasi ini telah menyebabkan stress pada ikan, sehingga mekanisme pertahanan diri yang dimilikinya menjadi lemah dan akhirnya mudah diserang oleh penyakit. Sumber penyakit ikan yang sering menyerang ikan di dalam kolam terdiri dari beberapa kelompok, yaitu hama, parasit dan non parasit. Penyakit ikan yang disebabkan oleh organisme parasit umumnya menimbulkan kerugian cukup besar (Afrianto,1992).

Parasitisme adalah bentuk simbiosis dari dua individu yang satu tinggal, berlindung atau maka di atau dari individu lainnya yang disebut inang, selama hidupnya atau sebagian dari masa hidupnya. Bagi parasit, inang adalah habitatnya sedangkan mangsa bagi predator bukan merupakan habitatnya, selain itu pada umumnya parasit memerlukan suatu individu inang bagi pertumbuhannya, apakah dalam jangka waktu sampai dewasa atau hanya sebagian dari stadia hidupnya, sedangkan predator memerlukan beberapa mangsa selama hidupnya (Anonim, 2010).

Menurut Widyastuti et al. (2002) dalam Purbomartono (2011), parasit dapat dibagi menjadi dua yaitu ektoparasit dan endoparasit. Ektoparasit adalah parasit yang hidup diluar tubuh inang atau di dalam liang-liang kulit yang mempunyai hubungan dengan luar kulit sedangkan endoparasit adalah parasit yang hidup dibagian dalam tubuh ikan seperti hati, limpa otak dan dalam sistem pencernaan, sirkulasi darah, pernapasan, dalam rongga perut, daging, otot dan jaringan tubuh lainnya.
Berdasarkan daerah penyebaran, penyakit atau parasit ikan dapat dibagi menjadi 3 golongan yaitu:
1.    Penyakit atau parasit pada kulit.
Penyakit atau parasit ini menyerang bagian kulit ikan sehingga dengan mudah dapat dideteksi. Apabila organisme penyebabnya berukuran cukup besar, maka dengan mudah dapat langsung diidentifikasi. Akan tetapi bila berukuran kecil harus di identifikasi dengan mempergunakan sebuah mikroskop atau dengan mengamati akibat yang timbulkan oleh serangan organisme-organisme tersebut. Biasanya ikan yang terserang akan terlihat menjadi pucat dan timbul lendir secara berlebihan. Organisme yang menyerang bagian kulit dapat berasal dari golongan bakteri, virus, jamur atau lainnya. Bila disebabkan oleh jamur, maka akan terlihat bercak-bercak berwama putih, kelabu atau kehitam-hitaman pada kulit ikan. Ikan yang mengalami serangan penyakit atau parasit pada kulitnya, biasanya akan menggosok-gosokkan badannya kebenda-benda disekelilingnya sehingga sering kali menimbulkan luka baru yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi sekunder(Sachlan, 2002). 
2.     Penyakit atau parasit pada insang.
Penyakit atau parasit yang menyerang organ insang agak sulit untuk dideteksi secara dini karena menyerang bagian dalam ikan. Salah satu cara yang dianggap cukup efektif untuk mengetahui adanya serangan penyakit atau parasit pada insang adalah mengamati pola tingkah laku ikan(Sachlan, 2002).
Ciri utama ikan yang terserang organ insangnya adalah menjadi sulit untuk bernafas. Selain itu, tutup insang akan mengembang sehingga sulit untuk ditutup dengan sempurna. Jika serangannya sudah meluas, lembaran-lembaran insang menjadi semakin pucat. Sering pula dijumpai adanya bintik-bintik merah pada insang yang menandakan telah terjadi pendarahan (peradangan). Jika terlihat bintik putih pada insang, kemungkinan besar di sebabkan oleh serangan parasit kecil yang menempel(Sachlan, 2002).
3.     Penyakit atau parasit pada organ dalam.
Ciri utama ikan yang terkena serangan penyakit atau parasit pada organ (alat-alat) dalamnya adalah terjadi pembengkakan di bagian perut disertai dengan berdirinya sisik. Akan tetapi dapat terjadi pula bahwa ikan yang terserang organ dalamnya memiliki perut yang sangat kurus(Sachlan, 2002).
Jika pada kotoran ikan sudah dijumpai bercak darah, ini berarti pad usus terjadi pendarahan (peradangan). Jika serangannya sudah mencapai gelembung renang biasanya keseimbangan badan ikan menjadi terganggu sehingga gerakan berenangnya jungkir balik tidak terkontrol (Sachlan, 2002).
Infeksi jamur pada ikan  biasanya disebabkan oleh jamur dari genus Spaprolegnia dan Achyla. Jamur biasanya hanya akan menyerang jaringan luar tubuh ikan yang rusak sebagai akibat luka (Ulcer)  atau penyakit lain. Jamur dapat pula menyerang telur ikan. Selain karena luka, kehadiran jamur dapat pula disebabkan atau dipicu oleh kondisi air akuarium yang buruk, baik secara fisik maupun kimia. Ikan-ikan berusia tua diketahui sangat rentan terhadap infeksi jamur. Pada saat ini, dengan banyaknya fungisida (obat anti jamur), maka serangan jamur sedikit banyak akan dapat ditangani dengan lebih mudah. Saat ini, jamur yang termasuk berbahaya dan tergolong Hama Penyakit Ikan Karantina yaitu Aphanomyces astacii. Jamur ini menyebabkan penyakit yang sering disebut EUS (Epizootic Ulcerative Syndrome). Namun masih jarang sekali jamur ini ditemukan (Anonim, 2011).

 III. METODELOGI

A.      Waktu dan Tempak Kegiatan
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 28 Maret 2013 pukul 13.00 WIB bertempat di Laboratorium Perikanan Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
B.        Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum kesehatan ikan mengenai identifikasi parasit pada ikan air terdiri dari mikroskop, gelas objek, pinset, pisau bedah, dan pipet tetes. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah ikan lele, ikan mas, ikan patin, ikan gurame, ikan tongkol, udang, ikan nila, ikan laut (ikan sebelah), dan ikan hias.
C. Cara Kerja
Prosedur kerja dalam praktikum kesehatan ikan sebelum dilakukan isolasi, terlebih dahulu dilakukan pengamatan gejala klinis ikan selama masih berada ditempat pemeliharaannya berupa terdapat atau tidaknya kelainan pada ikan, seperti posisi berenang, nafsu makan, tingkah laku ikan (aktif atau pasif), dan lain-lain. Kemudian dicatat hasil pengamatan yang dilakukan.
Selanjutnya disiapkan sampel ikan yang diambil ditempat pemeliharaan. Kemudian lendirnya ikan diambil dengan digunakannya bagian tumpul pada pisau bedah, kemudian diletakan pada objek glass yang telah ditetesi larutan metilen blue 2 tetes. Kemudian diamati dengan menggunakan mikroskop, parasit yang tampak dibawah mikroskop selanjutnya di identifikasi. Selanjutnya di lakukan pengamatan yang sama seperti perlakuan lendir diatas terhadap sisik, insang, dan juga bagian dalam tubuh ikan yaitu pada usus dan organ dalam lainnya.

 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN





4.1 Hasil
No.
Kelompok
Ikan
Gejala Klinis
Parasit yang di Identifikasi
Organ
Gambar
 1
1
 Lele
---
---
---
---
 2





2





 Mas





· Tutp insang terlihat pucat
· Nafsu makan berkurang




· Myxobolus sp.




· Protozoa





·   Insang





·   Usus




 
 3

3



 Patin



 Nafsu makan berkurang

Nematoda



Usus




 
 4









4

















 Gurame

















·    Lendir di permukaan





·    Berenang miring














·    Nematoda







·    Jamur









·    Acanthocephalus jacksoni




·    Sisik







·    Operculum








·    Usus





 





 5





5





 Tongkol






 Anisakis spp




 kepala (mata)




 6
6
 Udang
---
---
---
---
 7


















7


















 Nila


















·    Terdapat jamur dibagian insang





·    Ikan kehilangan nafsu makan




·    Sisik nampak kusam





·    Tutup Insang nampak kusam
·      Jamur








·      Cacing







·      Splanchnotrophidae








·      Splanchnotrophidae



·      Insang








·      Usus







·      Sisik









·      Tutup insang


 



 8
8
 Ikan laut
---
---
---
---
 9



9



 Ikan hias



 gejala klinis pergerakan dan respon terhadap kejutan lambat
 Girodactylus  spp.



 Sisik ikan



 


4.2 Pembahasan
Dari hasil yang didapat di atas, dapat diketahui bahwa parasit yang menyerang ikan yaitu eksoparasit dan endoparasit. Pada ekto parasit bagian tubuh yang terserang diantaranya lender, sisik, operculum, mata, dan insang. Sedangkan untuk endoparasit yaitu ada di bagian usus. Parasit yang berhasil diidentifikasi yaitu Mycobolus sp., Protozoa, Nematoda, Jamur, Acanthocephalus jacksoni, Anisakis spp, Splanchnotrophidae, dan Girodactylus spp.

a.        Anisakis spp
Anderson (2000) mengklasifikasikan parasit Anisakis sp., sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Nematoda
Class : Secernentea
Order : Ascaridida
Super fammily : Ascaridoridea
Family : Anisakidae
Sub family : Anisakinae
Genus : Anisakis
Spesies : Anisakis sp

Anisakis adalah genus dari parasit nematoda, yang memiliki siklus hidup yang melibatkan ikan dan mamalia laut. Larva parasit infektif bagi manusia dan menyebabkan Anisakiasis, dan ikan yang telah terinfeksi dengan Anisakis sp., dapat menghasilkan anafilaksis reaksi pada orang yang telah menjadi peka terhadap Immunoglobulin E (IgE) (Anderson, 2000).


Siklus hidup Anisakis spp.


Gambar. Siklus hidup anisakis spp.

Spesies Anisakis memiliki siklus hidup kompleks yang melewati sejumlah host melalui perjalanan hidup mereka. Telur menetas dalam air laut, dan larva yang dimakan oleh krustasea, biasanya euphausids. The Crustacea terinfeksi selanjutnya dimakan oleh ikan atau cumi, dan nematoda liang ke dalam dinding usus dan encysts dalam mantel pelindung, biasanya pada bagian luar organ visceral, tapi kadang-kadang dalam otot atau di bawah kulit. Siklus hidup selesai ketika ikan yang terinfeksi dimakan oleh mamalia laut, seperti ikan paus, segel, atau lumba-lumba. Excysts nematoda dalam usus, feed, tumbuh, pasangan dan melepaskan telur ke dalam air laut dalam tinja inang. Sebagai usus mamalia laut secara fungsional sangat mirip dengan manusia, spesies Anisakis dapat menginfeksi manusia yang makan ikan mentah atau setengah matang (Anonim, 2013)

Keragaman yang dikenal dari genus telah meningkat sangat selama 20 tahun terakhir, dengan munculnya teknik genetika modern di identifikasi spesies. Setiap spesies inang akhir ditemukan untuk memiliki "spesies saudara" sendiri biokimia dan genetik diidentifikasi dari Anisakis, yang reproduktif terisolasi. Temuan ini telah memungkinkan proporsi spesies saudara yang berbeda pada ikan yang akan digunakan sebagai indikator identitas penduduk di stok ikan
(Anonim, 2013)

Mekanisme infeksi Anisakis spp
Anisakids berisiko bagi kesehatan manusia melalui infeksi usus dengan cacing dari makan ikan underprocessed, dan melalui reaksi alergi terhadap bahan kimia yang ditinggalkan oleh cacing dalam daging ikan (Anonim, 2013)


Penanggulangan infeksi Anisakis spp.
Untuk cacing, manusia adalah tuan rumah buntu. Anisakis dan larva Pseudoterranova tidak dapat bertahan hidup pada manusia, dan akhirnya akan mati. Dalam beberapa kasus, infeksi akan menyelesaikan dengan hanya pengobatan simtomatik Dalam kasus lain, bagaimanapun, infeksi dapat menyebabkan obstruksi usus kecil, yang mungkin memerlukan operasi,. meskipun pengobatan dengan albendazol saja (menghindari operasi) telah dilaporkan untuk menjadi sukses. Perforasi usus (keadaan darurat) juga memungkinkan. (Anonim, 2013).

Kasus yang pernah ditemukan karena adanya parasit ini yaitu di perairan Glondong Gede, Tuban. Dan telah dilakukan penelitian mengenai identifikasi parasit pada insang dan usus halus ikan kerapu (Epinephelus sexfasciatus) yang tertangkap di perairan Glondong Gede, Tuban ( Himmah, Karimatul).

b.        Asplanchno trophidae
Klasifikasi
Filum               : Rotifera
Kelas               : Monogononta
Ordo                : Ploima
Famili              : Asplanchnidae (Anonim, 2010).

Habitat
. brightwelli tinggal di alkali, danau eutrofik dan kolam (Anonim, 2010).

Ciri-ciri
·          Tidak mempunyai kaki
·          Lobus di perut
·          Berbentuk U vitellarium
·          Asplanchna subgenus ditandai dengan "kelenjar berbentuk tapal kuda kuning" (Anonim, 2010).


c.         Jamur
Jamur-penyakit terkait adalah salah satu penyebab utama kematian pada ikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Jamur hadir pada tingkat yang berbeda dalam tangki setiap saat, tetapi jumlah yang hadir jamur dan kondisi kesehatan ikan akan menentukan apakah ikan terinfeksi atau tidak. Untungnya, jamur mudah untuk mencegah dan mengobati dalam kasus di mana itu didiagnosis pada tahap awal. (Wawan, 2010).

Gejala awal:
  • Terdapat serabut seperti benang atau kapas pada bagian tertentu tubuh seperti sirip, sisik, dada, sungut dll.
  • Pada bagian sungut ikan arowana jika terlambat dalam penanganan akan terbentuk sebuah benjolan kecil semacam kutil atau jerawat. Lambat laun jumlah benjolan tersebut akan semakin bertambah sehingga mengakibatkan sungut tampak lunglai.
  • Sampai kondisi tertentu ikan akan terlihat pasif serta kadangkala menyebabkan nafsu makan menurun (Anonim, 2010).
Penyebab:
  • Aphanomyces sp, Saprolegnia sp, Achyla sp, Fusariun sp
  • Luka akibat gesekan yg terus menerus dan dalam waktu lama dapat pula ditumbuhi jamur.
  • Kebersihan media filter yg tidak terawat dengan baik
  • Kualitas air yg tidak baik diakibatkan kotoran/feces ikan dan sisa pakan yg berlebih dan terlambat dibersihkan (Anonim, 2010).

Pencegahan:
  • Mengontrol kualitas air
  • Selalu menjaga kebersihan media filter dan lingkungan akuarium
  • Menjaga kebersihan peralatan akuarium
  • Pemberian multivitamin untuk ikan
  • Dengan cepat mengambil sisa pakan dan kotoran ikan (feces) dalam akuarium (Anonim, 2010).

Pengobatan:
Selain dengan cara sederhana menggunakan garam dan heater sebagai pertolongan pertama pengobatan ikan proshop shelookred dalam memberikan pelayanan kepada customernya memberikan jasa pengobatan ikan arowana. Dengan pemberian dosis obat yg tepat serta ditangani oleh tenaga profesional penyakit jamur dapat disembuhkan (Anonim, 2010).

d.        Gyrodactylidea

Klasifikasi:
Filum               : Platyhelminthes
Kelas               :Trematoda Monogenea
Ordo                : Gyrodactylidea
Famili              : Gyrodactylidae
Genus              : Gyrodactylus
Species            : Gyrodactylus spp
(Budiman, 2009).

Siklus hidup:
Dalam siklus hidupnya membutuhkan satu hospes (= monogenetik). Pada umumnya parasit bersifat viviparous, dan siklus hidupnya langsung (direct  cycle). (Budiman, 2009).

Gejala klinis :
·         Terjadi kekurusan dan kulit menjadi kusam.
·         Terlihat pucat/anemia.
·         Gerakannya menjadi lamban.
·         Pada infeksi awal-à ikan menggesekkan tubuhnya ke dalam kolam atau benda  keras lainnya karena  iritasi
·         Infeksi berat --à mengeluarkan lender di sekitar parasit sebagai upaya respon imun/pertahanan tubuh --à parasit tertutup oleh lender.
·         Tutup insang tidak dapat menutup dengan  sempurna (Budiman, 2009).


Mekanisme infeksi
Cacing ini membahayakan ikan, karena mereka mempunyai pengait yang akan dikaitkan pada jaringan kulit secara dalam. Pada tahapan awal akan menyebabkan ikan mengaruk-garuk dengan cara menggosokan badannya pada dasar atau obyek lainnya. Selanjutnya selaput lendir pada kulit akan menipis, ikan akan berenang tegak atau berayun dibawah permukaan arus air atau berbaring saja pada dasar (Budiman, 2009).

e.         Protozoa
Protozoa adalah hewan-hewan bersel tunggal, mempunyaistruktur yang lebih majemuk dari sel tunggal hewan multi seluler dan walaupun hanya terdiri dari satu sel, namun Protozoa merupakan organisme yang sempurna. Ukuran tubuh mikroskopis, sangat beranekaragam morfologi, fisiologi dan perkembangbiakannya. Habitatnya di air tawar, air laut, tanah yang lembab atau dalam tubuh hewan lain. Alat gerak pseudopodia, flagellum, silia dan ada yang tanpa alat gerak (Wirawan, 2010).

Kelompok pertama protozoa tidak tersebar begitu saja dalam lingkungan air, tetapi setiap jenis kurang lebih mendiami tipe habitat tertentu seperti halnya hewan tingkat tinggi. Beberapa jenis protozoa hidup di air tawar, di air laut dan lainnya lagi pada dasar perairan. Kelompok protozoa ini terdapat di mana-mana di dunia di mana terdapat air atau tempat berair atau tempat lembab. Kelompok kedua mudah dipisahkan, karena semua parasitik dan tidak mempunyai cara untuk bergerak  sendiri. Mereka mempunyai habitat yang terbatas. (Rohmimohtarto 2007: 107).
Beberapa spesies bersifat parasitik, hidup pada organism inang. Inang protozoa yang bersifat parasit dapat berupa organisme sederhana seperti algae, sampai vertebrata yang kompleks, termasuk manusia. Beberapa spesies dapat tumbuh di dalam tanah atau pada permukaan tumbuh-tumbuhan. Semua protozoa memerlukan kelembaban yang tinggi pada habitat apapun. Beberapa jenis protozoa laut merupakan bagian dari zooplankton (Wirawan, 2010).
Protozoa laut yang lain hidup di dasar laut. Spesies yang hidup di air tawar dapat berada di danau, sungai, kolam, atau genangan air. Ada pula protozoa yang tidak bersifat parasit yang hidup di dalam usus termit atau di dalam rumen hewan ruminansia (Wirawan, 2010).
 Berdasarkan alat geraknya, protozoa dikelompokkan menjadi empat filum yaitu sebagai berikut:
1.      Filum Rhizopoda (Sarcodina)
2.      Filum Fagellata (Mastigophora)
3.      Filum Ciliata (Cilliophora)
4.      Filum Sporozoa.
(Wirawan, 2010).


f.         Myxobolus sp
Myxozoa adalah parasit yang tersebar secara luas di tempat asli dan kolam yang besar pada populasi ikan. lnfeksi kecil pada ikan hanya menimbulkan minimal masalah, tetapi dalam infestasi yang banyak dapat menjadi masalah serius, khususnya ikan muda. Myxozoan adalah parasit yang mempengaruhi jaringan secara luas. Parasit tersebut sangat banyak dan beragain kelompok dari organisme, istimewa dari bentuk spora dan ukuran. Spora dapat diamati dalam preparat kecil dari area yang terinfeksi pada perbesaran 200x atau 400x atau dengan pemotongan histology (Klinger et al. 2002).

Jenis myxosporean lain dalam sistem rangka dari ikan air tawar dan ikan air laut sering terjadi walaupun ada gejala kecil bahwa parasit tersebut menyebabkan kerusakan signifikan. Untuk contoh, Myxobolus cartiliganis ditemukan dalam cartilago (tulang rawan) di dasar sirip dan lengkung insang dari centrarchid (Hoffman et al. 1965 dalam Robert 2001).

Pada umumnya terjadi di insang ikan jenis carp yaitu Myxobolus intrachondrealis yang berbeda spora ellipsoidal dan kapsul polar lebih panjang (Molnar 2000). Cara transmisi untuk kebanyakan semua myxozoan tidak diketahui, tetapi bukti atau tanda berpendapat bahwa pada beberapa myxozoan patogen ikan memiliki siklus bidup tidak langsung. Ketakjuban pada ha1 itu bahwa siklus hidup tersebut dapat menghendaki penyempurnaan dari dua macam siklus hidup yang meliputi seekor vertebrata (ikan) dan seekor invertebrate (cacing gelang) induk semang, yang tiap siklus hidup mempunyai tahap seks~lal sendiri dan tahap aseksual (Wolf et al. dalam Noga 2000).
Klasifikasi Myxobolus sp secara lengkap menurut Wikipedia (2008) adalah Myxobolus sp sama dengan Henneguya sp hanya berbeda pada famillinya. Myxobolus sp termasuk dalam kingdom Animalia, filum Myxozoa, kelas Myxosporca, ordo Bivalvulicia. Myxobolus sp termasuk dalam famili Myxobolidae dan genus Myxobolus.

Pengendalian
Berdasarkan diagnosa, tiga aplikasi dari 10 ml formalinlm' efektif dalam kasus ini. Lima belas hari kemudian, ikan diuji kembali dan kista parasit-parasit tersebut tidak ada lagi. Perubahan jaringan ada pada insang setelah pengobatan hanya sebuah kongesti siriusoidal ringan dan hiperplasia epitel yang ringan pada dasar
lamela sekunder (Martins et ul. 1999).

Dengan pengecualian disinfeksi dan karantina, tidak ada penyembuhan nyata yang sempuma untuk infeksi myxozoan, walaupun fumagilin dan malachite green menunjukkan beberapa kemampuan. Spora myxozoa hidup lama, beberapa dapat
bertahan hidup dengan baik selama lebih dari satu tahun, jadi disinfeksi diharuskan untuk eradikasi atau pemberantasan (Noga 2000).


V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.      Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat adalah sebagai berikut:
1.      Tidak semua ikan memiliki parasit. Hanya ikan dalam kondisi tertentu saja yang di tubuhnya terdapat parasit.
2.      Parasit yang menyerang pada ikan ada dua jenis, yaitu ektoparasit dan endoparasit.
3.      Gejala yang ditemukan terhadap masing-masing parasit dan jamur dapat diketahui dari morfologi dan tingkah lakunya ikan yang diserang.
4.      Parasit yang ditemukan dalam praktikum yaitu Mycobolus sp., Protozoa, Nematoda, Jamur, Acanthocephalus jacksoni, Anisakis spp, Splanchnotrophidae, dan Girodactylus spp.
5.      Semua parasit yang terdapat pada ikan dapat disembuhkan dan ditanggulangi sebelum ikan tersebut mati.

B.       Saran
Adapun saran yang dapat saya berikan yaitu dapat diperhatikan kembali seluruh praktikan agar tidak rebut dan kondusif ketika menjalankan praktikum. Serta usahakan agar seluruh praktikan dilibatkan agar semua praktikan paham terhadap seluruh kegiatan praktikum.


DAFTAR PUSTAKA

Afrianto dan Liviawaty. 1992. Pengendalian hama dan penyakit ikan. Penerbit kanisius. Yogyakarta.
Anderson R.C. 2000.Nematode Parasit of Vertebrates: Their Development and .2nd edision CAB. International. UK. P.650.
Anonim, 2011. Pengndalian Beberapa Penyakit Ikan.    http://budibungo.blogsp ot.com. Diakses pada April 2013.
Anonim, 2010. Parasit. http://pengertian.blogspot.com/. Diakses pada April 2013.
Anonim, 2007. Penyakit dan Parasit Ikan. http://ikanmania.wordpress.com /. Diakses pada April 2013.
Anonim. 2013. http://Wikipedia.com/. Diakses pada April 2013.
Budiman., Edi. 2009. Monogeniasis:http: fpk.unair.ac.id/. Diakses pada April 2013.
Erazo-Pagador, G. E. (2001). Environmental and other non-infectious diseases.. Aquaculture Department, Southeast Asian Fisheries Development Center (SEAFDEC/AQD). 
Klinger RE, Floyd RF. 2009. Introduction to Freshwater Fish Parasites 1. University of Florida IFAS Extension; CIR716.
Kordi .2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. C.V. Aneka. Solo. Kusumamihardja S. 1989. Diktat Parasitologi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Yanong RPE. 2002. Nematode (Roundworm) Infection in Fish. Sirkular 911:33570-3434.
Lavilla-Pitogo, C.R., M.C. L. Baticados, E.R. Cruz-Lacierda and L.D. de la Pena, 1990. Occurrence of luminous bacterial disease of Penaeus monodon larvae in the Philippines. Aquaculture, 91: 1-13.
Martins ML, Dias MT, Fujimoto RY, Onaka EM, Nomura DT. 1999. Hematological alteration of Leporinus macrocephalus (Osteichtyes: Anostomidae) naturally infected by Goezia leporini (Nematoda: Anisakidae) in fish pond. Arq. Bras Med Vet Zootec 56(5):640-646.
Sachlan, M. 2002. Planktonlogi. Correspondensi Course Center. Jakarta.
Wawan. 2010. Jamur Penyebab Penyakit Pada Ikan: http://wawan-satu.blogspot.com/.  Diakses pada April 2013.
Wirawan, Eko. 2009. Parasit: http://eko_wirawan.blogspot.com/. Diakses pada April 2013.


Tidak ada komentar: