Rabu, 30 Oktober 2013

filum rotifera



PEMBAHASAN


1.      Amati sediaan di bawah mikroskop. Gambar dan berilah keterangan pada kertas gambar!
Jawab:
Sampel dari BBL
26 Oktober 2012











Brachionus sp
Skala
Panjang skala bergambar
=
ukuran specimen =
PSBG =  = 0,075 mm
Jadi skala 1 : 0,075 mm

Klasifikasi
Phyllum           : Rotifer
Kelas               : Monogonata
Ordo                : Ploima
Famili              : Brachioninae
Genus              : Brachionus
Spesie              : Brachionus plicatilis
Diskripsi
Brachionus merupakan zooplankton yang berukuran sekitar 0,1-0,3 mm (Sunyoto & Mustahal, 1997). Tubuh umumnya tidak berwarna atau transparan, mempunyai indra seperti bintik mata (Hyman, 1951). Tubuh terbagi atas tiga bagian, yaitu kepala, badan dan kaki atau ekor. Bagian kepala terdapat enam buah duri. Pada duri yang panjang terdapat ujung bagian depan dilengkapi dengan gelang-gelang cilia yang kelihatan seperti spiral disebut korona yang berfungsi untuk memasukkan makanan ke dalam mulut (Isnansetyo & Kurniastuty (1995). Ciri khas yang merupakan dasar pemberian nama Rotatoria atau Rotifera adalah terdapatnya suatu bangunan yang disebut korona. Korona ini bentuknya bulat dan berbulu-bulu getar, yang memberikan gambaran seperti sebuah roda (Mujiman, 1998).

Fungsi ekologis
Kegunaan Brachionus plicatilis secara tidak langsung mulai berkembang. Brachionus plicatilis merupakan pakan hidup bagi jenis-jenis tertentu golongan ikan sehingga seringkali sangat diperlukan dalam budidaya. Penyediaan pakan alami berupa plankton nabati dan plankton hewani yang tidak cukup tersedia, seringkali menyebabkan kegagalan dalam mempertahankan kelangsungan hidup larva ikan. Brachionus plicatilis sangat penting dalam menunjang budidaya perikanan, terutama sebagai pakan yang baik pada larva ikan maupun udang.


Sampel dari rawa
26 Oktober 2012











Chromogaster sp
Skala
Panjang skala bergambar
=
ukuran specimen =
PSBG =  = 0,05 mm
Jadi skala 1 : 0,05 mm

Klasifikasi
Phyllum           : Rotifer
Kelas               : eurotatorna
Ordo                : Ploima
Famili              : Gastropodida
Genus              : Chromogaster
Spesie              : Chromogaster sp
Diskripsi
Tubuh bulat sampai lonjong atau sedikit pipih . Pergerakannya dilakukan oleh sekumpulan silia yang membudar di sekitar bagian kepala yang disebut corona. Kulit luar yang keras menutupi tubuhnya disebut lorica memberikan rotifer bentuk tubuh yang jelas. Kadang-kadang lorica memiliki duri anterior dan posterior yang berfungsi sebagai pertahanan diri dari predator atau sebagai alat pengapung. Kaki yang memanjang pada bagian posterior digunakan untuk melekat. Panjang tubuh rotifer antara 60-273 µm dengan lebar 92-170 µm (Suminto, 2005).

Fungsi ekologis
Rotifera adalah makanan bergizi tinggi untuk larva krustasea laut dan ikan, teknologi akuakultur telah memproduksi kualitas besar rotifera dalam sistem budaya yang sangat besar selama lebih dari 30 tahun. Dalam hal ini, rotifera dapat dilihat sebagai nutrisi hidup (yaitu, kecil, berenang bebas, kapsul makanan) yang mungkin artifisial ditambah dengan asam lemak tak jenuh yang sangat dan antibiotik, yang keduanya penting untuk meningkatkan kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva.
(Tantika, 2011).
2.      Tulis catatan tentang rotifer menyangkut hal-hal berikut:
a.    Bentuk tubuh
b.    Dinding tubuh
c.    Pergerakan
d.    Ekskresi
e.    Reproduksi
Jawab:

Karakteristik
Uraian
Bentuk tubuh
Kelas I.Seisonacea
Tubuh panjang; corona mengecil; ovary sepasang; jantan berkembang biak; hanya ada satu genus dengan dua sepesies laut, hidup komensal pada Nebila , kelas Crustacea.
Kelas II.Bdelloidea
Tubuh silindris dan retaktil:corona seperti dua roda yang berputar; ovary sepasang; kaki dengan 2-4 jari atau tidak dikenal; parthenogenesis; berenang atau merayap; contoh philodina dan rotatoria,Embata.
Kelas III. Monogonata
Ovari sebuah; jantan biasanya adadan dan mengalami degenerasi.
(Pande,2012).
Dinding tubuh
Tubuh tertutup epidermis yang merupakan lapisan tipis dan sinsitial, dengan jumlah nuclei yang selalu tetap. Epidermis menghasilkan kultikula, tipis sampai tebal, tersgantung jenisnya, bahkan ada yang mengeras seperti cangkang disebut lorica. Lorica adakalanya dihiasinya galur-galur, duri yang pendek, atau panjang dan dapat digerakan, misalnya pada Filinia.
Dibawah epidermis terdapat susunan otot melingkar dan membujur, namun tidak terorganisir sebaik pltyhelninthes. Antara dinding tubuh dan organ dalam terdapat pseudocoelom yang berisi cairan dan sel-sel ameboid bercabang-cabang yang tersusun seperti jala sinsitial. (Bender, 1988).
Pergerakan
Pergerakannya dilakukan oleh sekumpulan silia yang membudar di sekitar bagian kepala yang disebut corona(Pande,2012).
Ekskresi
Pada tiap sisi lateral terdapat sebuah protonephridium dengan 2-8 flame bul. Kedua protonephrida tersebut bersatu pada kantung kemih (bladder), yang bermuara pada bagian ventral kloaka. Isi bladder dikosongkan melalui anus dengan jalan kontraksi, dengan kecepatan satu sampai empat kali per menit. Pembuangan yang demikian cepat membuktikan bahwa fungsi protonephrida adalah sebagai osmoregulator, osmoregulator yaitu membuang kelebihan air didalam tubuh. Dalam beberapa menit dikeluarkan sejumlah cairan yang setara dengan berat tubuh rotifera tersebut. (Pande,2012).
Reproduksi
Rotifera adalah dioecious dan bereproduksi secara seksual atau parthenogenetically. Mereka adalah seksual dimorfik, dengan perempuan selalu menjadi lebih besar daripada laki-laki. Dalam beberapa spesies, ini relatif ringan, tetapi di lain wanita mungkin sampai sepuluh kali ukuran jantan. Dalam spesies partenogenesis, laki-laki dapat hadir hanya pada waktu tertentu tahun, atau tidak ada sama sekali.
Sistem reproduksi wanita terdiri dari satu atau dua ovarium, masing-masing dengan kelenjar vitamin A yang memasok telur dengan kuning. Bersama-sama, setiap ovarium dan vitamin A bentuk tunggal syncitial struktur di bagian anterior hewan, membuka melalui saluran telur ke dalam kloaka.
Pria biasanya tidak memiliki sistem pencernaan fungsional, dan karena itu pendek-tinggal, seringkali sudah secara seksual subur saat lahir. Mereka memiliki satu testis dan saluran sperma , terkait dengan sepasang struktur kelenjar disebut sebagai " prostat "(meskipun mereka tidak berhubungan dengan organ vertebrata dengan nama yang sama). Duktus sperma membuka ke gonopore di ujung belakang binatang, yang biasanya diubah untuk membentuk sebuah penis. gonopore ini homolog dengan kloaka betina, tetapi pada spesies yang paling tidak memiliki koneksi ke sistem pencernaan vestigial, yang tidak memiliki sebuah anus (Bender, 1988).


3.      Banyak metazoa yang hidup di daerah-daerah ekstrim seperti lumut, kolam musiman dan tanah becek. Beberapa hewan sering memiliki adaptasi reproduksi seperti memproduksi telur-telur yang resisten terhadap kondisi ekstrim. Buatlah sebuah essay mengenai adaptasi-adaptasi apa saja yang dilakukan hewan-hewan metazoa (seperti misalnya rotifer, nematode dan tardigrade) untuk bertahan hidup pada kondisi ekstrim!
Jawab:

Adaptasi Hewan Metazoa

Adaptasi adalah cara bagaimana organisme mengatasi tekanan lingkungan sekitarnya untuk bertahan hidup. Organisme yang mampu beradaptasi terhadap lingkungannya mampu untuk: memperoleh air, udara dan nutrisi (makanan), mengatasi kondisi fisik lingkungan seperti temperatur, cahaya dan panas, mempertahankan hidup dari musuh alaminya, bereproduksi, merespon perubahan yang terjadi di sekitarnya. Organisme yang mampu beradaptasi akan bertahan hidup, sedangkan yang tidak mampu beradaptasi akan menghadapi kepunahan atau kelangkaan jenis.
Ada beberapa hewan yang dapat melakukan adaptasi pada saat-saat yang ekstrim seperti hewan metazoa, contohnya rotifera, nematoda dan tardigrade. Hewan-hewan ini melakukan adaptasi berdasarkan tingkat kemampuannya. Hewan yang pertama yaitu rotifera. Adaptasi yang dilakukan Rotifera untuk bertahan hidup pada kondisi ekstrim yaitu Rotifera memiliki Kista. Kista  Rotifer dihasilkan selama fase aseksual dalam sirklus hidupnya. Kista rotifer melindungi embrio dengan menekan proses metabolisme sehingga mampu bertahan selam beberapa tahun. Kista yang dihasilkan hampir sama dengan besar telur yang dihasilkan melalui fase seksual. Namun bedanya mereka ditutupi oleh cangkang yang keras serta mereka dapat bertahan dalam lingkungan yang ekstrim. Ketika berada dalam lingkungan yang sesuai kista tersebut dapat menetas pada usia 24 atau 48 jam pada suhu 25◦C dengan pencahayaan yang cukup. Rotifer-ritifer yang menetas tidak digunakan langsung untuk pakan tetapi untuk inokulan untuk kultur massa.
Rotifera juga memiliki Kulit luar yang keras menutupi tubuhnya disebut lorica memberikan rotifer bentuk tubuh yang jelas. Kadang-kadang lorica memiliki duri anterior dan posterior yang berfungsi sebagai pertahanan diri dari predator atau sebagai alat pengapung. Kaki yang memanjang pada bagian posterior digunakan untuk melekat (Bender, 1988).

Hewan yang selanjutnya adalah tardigrade atau beruang air.. Tardigrades (dikenal dengan Water Bears) merupakan bagian dari supefilum Ecdysozoa, filum Tardigrada . Ukurannya sangat kecil, hidup di air, dengan kaki berjumlah delapan. Panjang tubuh tardigrades dewasa adalah 1,5 mm, paling kecil ukurannya 0,1 mm, larvanya berukuran 0,05 mm. Tardigrades bisa ditemukan di semua bagian dunia, mulai dari puncak Himalaya hinngga di dasar samudera, dan dari kutub hingga di bagian ekuator. Tempat yang paling disukai di tempat berganggang. Di pantai, tanah maupun di air dapat dijumpai binatang mini ini. Hal yang paling menarik dari hewan ini adalah kemampuan untuk beradaptasi di lingkungan yang sangat ekstrim. Tardigrades dapat bertahan 1000x lipat terhadap radiasi dibandingkan binatang lain dan juga manusia dan dapat bertahan di lingkungan yang beku suhu minus 272oC hingga di tempat yang bertemperatur tinggi (151oC). Oleh karena itu, tardigrades dikenal sebagai hewan yang polyextremeophiles. Dengan kemampuan tersebut, tardigrades merupakan makhluk hidup yang dapat bertahan bila terjadi perang nuklir atau bencana alam lain yang ekstrim. Bahkan tardigrades dapat hidup selama 120 tahun dalam kondisi kering. Kemampuan unik lainnya dari tardigrades adalah dapat bertahan di keadaan angkasa luar yang hampa udara. Pada satu penelitian di September 2007, tardigrades dapat hidup selama selama 10 hari di lingkungan luar angkasa. Tardigrades yang mengangkasa menggunakan pesawat luar angkasa FOTON-M3 oleh European Space Agency, dapat bertahan hidup dapat keadaan hampa udara, terpapar sinar kosmik, dan bahkan dapat bertahan terhadap radiasi UV matahari 1000 kali lebih tinggi dibandingkan radiasi di permukaan bumi.

Kesimpulanya, setiap hewan pastilah akan melakukan adaptasi untuk dapat bertahan hidup. Adaptasi juga dilakukan apabila sedang dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk hidup (ekstrim).

4.      Carilah beberapa literature, sebut dan gambarlah paling sedikit 5 jenis rotifer, dan jelaskan peranannya bagi Budidaya Perikanan.
Jawab:



 
Dicranophorus sp






                                                            Sumber: http://protist.i.hosei.ac.jp

Makanan merupakan salah satu faktor penunjang dalam perkembangan larva ikan, karena ikan membutuhkan energi untuk pertumbuhan, aktifitas dan reproduksi. Sebagian dari energi berasal dari makanan, demikian juga pertambahan biomass ikan sangat tergantung dari energi yang tersedia pada ikan tersebut. Oleh karenanya untuk memenuhi kebutuhan energi perlu diberikan makanan yang berkualitas tinggi sehingga memenuhi kebutuhan nutrisi ikan. Nilai nutrisi makanan, pada umumnya dilihat dari komposisi gizinya seperti kandungan protein, lemak, kadar air, serat kasar dan abu (Hariati, 1989). Menurut Anonimus (1990) Adapun kandungan gizi dari rotifera adalah: kadar air 85,70, protein: 8,60, lemak: 4,50, abu: 0,70





 
 







                                                            Sumber: http://protist.i.hosei.ac.jp
Keratella merupakan jenis plankton hewani yanng hidup di perairan litoral dan termasuk pakan larva ikan laut yang penting. Dalam percobaan pembenihan ikan laut, rotifera diberikan sebagai pakan larva selama kurang lebih satu bulan.


Seeison


 
 







                                                            Sumber: http://protist.i.hosei.ac.jp

Rotifera telah digunakan dalam pemantauan pencemaran baik sebagai spesies bioindikator atau sebagai bagian dari sistem penilaian saprobik untuk beberapa waktu. Mantan hanya bergantung pada daftar spesies yang dikenal untuk menunjukkan polusi, sedangkan yang kedua mengintegrasikan sejumlah besar karakteristik abiotik dan biotik ke dalam variabel tunggal menggambarkan tingkat relatif eutrofikasi. Selain itu, karena seeison relatif mudah untuk budaya dan sensitif terhadap polutan mereka telah menjadi alat penting dalam pengujian ekotoksikologi (ET).

Brachionus calyciflorus


 
 




                                                            Sumber: http://protist.i.hosei.ac.jp


Rotifera seperti Brachionus calyciflorus yang disukai hewan uji dalam toksikologi air karena kepekaan mereka untuk toxicants kebanyakan. Mereka juga digunakan sebagai organisme model dalam berbagai bidang biologi lainnya misalnya karena modus menarik reproduksi mereka dalam ekologi evolusi. Brachionus spp. mudah dipelihara dalam jumlah besar dan karena ini digunakan untuk menggantikan zooplankton liar untuk makan pembenihan ikan dibesarkan larva. Namun, komposisi rotifera umumnya tidak memenuhi persyaratan gizi dari larva ikan, [2] dan sejumlah besar penelitian telah diinvestasikan dalam meningkatkan komposisi lipid, vitamin dan mineral dari rotifera untuk lebih memenuhi persyaratan larva ikan (Charoy,1995).


Proales sp.


 
 







                                                            Sumber: http://protist.i.hosei.ac.jp

Sampai tahun 1980-an kontribusi dari proales spp dengan dinamika trofik danau sering diabaikan. Namun, meskipun biomassa individu menit, ukuran populasi yang besar, ditambah dengan tinggi turn-over membuat rotifera komponen penting dari makanan jaring



DAFTAR PUSTAKA

Tantika, wulan. 2011. Sekilas tentang Rotivera : http://wulantantika.blogspot.com/ sekilas-tentang-rotivera/html. Diakses pada 31 Oktober 2012.

Pande, Artana. 2012. Rotifera (Brachionus plicatilis) dan peranannya dalam dunia peikanan: http://Artna-pande.blogspot.com/rotifera-dan-peranannya. Diakses pada 31 Oktober 2012.

Bender, K., dan W. Kleinow. 1988. Kimia dari lorica dan bagian terkait dari integumen Brachionus plicatilis. Comp. Biochem. Physio, 89B 483 -487.

Charoy, C., CR Janssen, G. Persoone, dan P. Clément. 1995. Perilaku renang Brachionus calyciflorus (rotifer) di bawah tekanan beracun. I. Penggunaan trajectometry otomatis untuk menentukan efek subletal bahan kimia. Aquatic Toxicol, 32 271 -282.

Mäemets, A. 1983. Rotifera sebagai indikator jenis danau di Estonia. Hydrobiologia, 104 357 -361.

Anonim, 2012. http://protist.i.hosei.ac.jp. Diakses pada 30 Oktober 2012.


Tidak ada komentar: