Rabu, 30 Oktober 2013

praktikum terumbu karang






BAB II. PENGAMATAN TERUMBU KARANG DENGAN METODE LIT


A.     Pendahuluan

1.    Latar Belakang
Ekosistem terumbu karang merupakan bagian dari ekosistem laut yang penting karena menjadi sumber kehidupan bagi beraneka ragam biota laut. Di dalam ekosistem terumbu karang ini pada umumnya hidup lebih dari 300 jenis karang, yang terdiri dari sekitar 200 jenis ikan dan berpuluhpuluh jenis moluska, crustacean, sponge, alga, lamun dan biota lainnya (Dahuri, 2000). Terumbu karang bisa dikatakan sebagai hutan tropis ekosistem laut. Ekosistem ini terdapat di laut dangkal yang hangat dan bersih dan merupakan ekosistem yang sangat penting dan memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi.

Terumbu karang (Coral Reef) adalah ekosistem khas daerah tropis yang pada dasarnya dibangun oleh hewan karang penghasil kerangka kapur (Scheleractinian). Bersama dengan ribuan spesies lain baik avertebrata, ikan, alga, maupun bakteri, hewan karang membentuk suatu hubungan fungsional yang penting untuk kelangsungan ekositem terumbu karang (Nontji, 1993). Karang adalah hewan tak bertulang belakang yang termasuk dalam filum Coelenterata (hewan berongga) atau Cnidaria. Hewan yang disebut sebgai karang (Coral) mencakup karang dari ordo Scleractinia dan sub kelas Octocoralia (Kelas Anthozon) maupun kelas Hydrozoa (Timotius, 2009).

Binatang karang adalah pembentuk utama ekosistem terumbu karang. Binatang karang yang berukuran sangat kecil, disebut polip, yang dalam jumlah ribuan membentuk koloni yang dikenal sebagai karang (karang batu atau karang lunak. Sedimentasi kapur di terumbu dapat berasal dari karang maupun dari alga. Sebagai hewan yang menghasilkan kapur untuk kerangka tubuhnya,karang merupakan komponen yang terpenting dari ekosistem tersebut. Jadi Terumbu karang (coral reefs) merupakan ekosistem laut tropis yang terdapat di perairan dangkal yang jernih, hangat (lebih dari 22oC), memiliki kadar CaCO3 (Kalsium Karbonat) tinggi, dan komunitasnya didominasi berbagai jenis hewan karang keras (Gunawan,1995).

2.    Tujuan
Mengamati kondisi terumbu karang disuatu perairan, berupa bentuk pertumbuhan karang berdasarkan cirri-cir morfologinya, persentase penutupan karang hidup serta indeks kematiannya.


B.     Tinjauan Pustaka

Terumbu adalah deposit berbentuk masif dari kalsium karbonat yang diproduksi oleh karang (phlum cnidaria, ordo scelaractinia) dengan tambahan utama dari callacerous algae dan organisme lain yang mengeluarkan kalsium karbonat (Malikusworo, 2011).

Karang adalah hewan tak bertulang belakang yang termasuk dalam Filum Coelenterata (hewan berrongga) atau Cnidaria yang disebut sebagai karang (coral) mencakup karang dari Ordo scleractinia dan Sub kelas Octocorallia (kelas Anthozoa maupun kelas Hydrozoa) (Timotius, 2011).

Terumbu karang (Coral reef) merupakan masyarakat organisme yang hidup didasar perairan dan berupa bentukan batuan kapur (CaCO3) yang cukup kuat menahan gaya gelombang laut (Tomascik, 1992).

Terumbu karang terdapat di lingkungan perairan yang agak dangkal.Terumbu karang terutama terbentuk dari endapan-endapan kalsium karbonat (CaCO3) yang dihasilkan oleh organisme karang, alga berkapur dan organisme lain yang mengeluarkan kalsium karbonat (Utina, 2001).

Terumbu karang (coral reef ) sebagai ekosistem dasar laut dengan penghuni utama karang batu mempunyai arsitektur yang mengagumkan dan dibentuk oleh ribuan hewan kecil yang disebut polip. Dalam bentuk sederhananya, karang terdiri dari satu polip saja yang mempunyai bentuk tubuh seperti tabung dengan mulut yang terletak di bagian atas dan dikelilingi oleh tentakel. Namun pada kebanyakan spesies, satu individu polip karang akan berkembang menjadi banyak individu yang disebut koloni (Sorokin, 1993).

Terumbu karang (coral reef) merupakan masyarakat organism yang hidup di dasar perairan dan berupa bentukan batuan kapur (CaCO3) yang cukup kuat menahan gaya gelombang laut. Sedangkang organism-organisme yang dominan hidup disini adalah binatang karang yang memiliki kerangka kapur, algae yang banyak diantaranya juga mengandung kapur (Dawes, 1981).

Terumbu terbentuk dari endapan massif terutama kalsium karbonat yang dihasilkan oleh hewan karang (filum Cnidaria, kelas Anthozoa, bangsa Scleractina), alga berkapur dan organism-organisme lain yang mengeluarkan kalsium karbonat (Nybakken, 1992).

Pembentukan karang merupakan proses yang lama dan kompleks. Berkaitan dengan pembentukan terumbu karang terbagai atas dua kelompok yaitu karang yang membentuk terumbu atau disebut hermatypic coral dan karang yang tidak dapat membentuk terumbu atau ahermatypic coral. Kelompok hermatypic coral dalam prosesnya bersembiosis dengan zooxentellae dan membutuhkan sinar matahari untuk membentuk bangunan dari kapur yang dikenal dengan reef building corals, sedangkan kelompok kedua tidak dapat membentuk bangunan kapur sehingga dikenal dengan non-reef building corals yang secara normal hidupnya tidak tergantung pada sinar matahari (Veron, 1986).

C.     Metodelogi

1.    Waktu dan Tempat
Hari/tanggal           : 18-19 Mei 2013
Waktu                    : 08.00 - selesai
Tempat                  : Pulau Tegal

2.    Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalas sebagai berikut:
·         Masker dan snorkel
·         Pelampung’tali raffia dan roll meter
·         Tiang bamboo
·         Alat tulis
·         Kunci identifikasi

3.    Cara Kerja
Adapun cara kerja yang dilakukan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
a.    Catat waktu pengamatan terlebih dahulu
b.    Tentukan stasiun pengamatan sejajar garis pantai, lalu tarik garis lurus dengan roll meter sejauh 50m,
c.    Pada ujung roll meter ditancapkan tiang bamboo
d.    Secara berurutan, catat semua bentuk pertumbuhan karang, biota, dan subtype subtract yang bersinggungan denga roll meter. Dan juga hitung lebar pertumbuhannya.

D.     Hasil dan Pembahasan

1.    Hasil Pengamatan

Bentuk Pertumbuhan
Transisi (cm)
Panjang (cm)
CF
50
50
ACS
90
40
CB
180
90
ACS
260
80
CB
310
50
ACS
420
110
CF
460
40
CB
560
100
CF
1270
710
ACS
1350
80
CF
2070
720
ACS
2130
60
CF
2360
230
ACS
2380
20
CF
2550
170
ACB
3018
468
CB
3032
14
ACS
3320
288
CB
3350
30
CF
5000
1650


2.    Pembahasan

Pada praktikum biologi Laut khususnya praktikum mengenai terumbu karang yang dilakukan di Perairan pulau Tegal  dilakukan sampling dengan  metode transek garis yaitu dengan membentangkan meteran sepanjang 50 meter sejajar dengan garis pantai pada kedalaman kurang lebih 1 meter. Setelah garis 50 meter dibentangkan maka masing – masing kelompok mulai mengidentifikasi dan mencatat life form masing – masing karang yang dilewati oleh transek garis dimana satu kelompok hanya mengidentifikasi dan mencatat life form masing – masing karang untuk jarak sepanjang 50 meter.

Setelah masing – masing kelompok mendapatkan data life form masing – masing karang untuk jarak per Cm  maka masing – masing kelompok tersebut harus mengumpulkan data life form karang secara keseluruhan sepanjang 50 meter untuk  kemudian data tersebut diolah sehingga diperoleh prosentase penutupan karang di Perairan pulau Tegal  dan perbandingan antara prosentase Acropora dan Non-Acropora serta dapat diketahui kondisi perairan di Perairan.

Dari hasil pengolahan data terumbu karang diketahui bahwa di Perairan pulau tegal  terdapat beberapa life form karang antara lain :
  ACB            : Acropora Branching
  CB              : Coral Branching
  CM             : Coral Massive
  CSM           : Coral SubMassive
  DC              : Dead Coral
  DCA           : Dead Coral with Algae
  SC              : Soft Coral
Sedangkan tipe substratnya adalah S : Sand

Masing – masing life form karang tersebut mempunyai prosentase penutupan yang berbeda – beda. Dengan melihat prosentase penutupan karang yang berbeda tersebut dapat diketahui bahwa kondisi ekosistem di Perairan tersebut  termasuk kategori yang cenderung baik dan lengkap karena adanya beberapa Acropora yang mendiami perairan pulau tegal tersebut.

Kondisi perairan di Perairan tersebut yang tingkat kekeruhannya rendah menyebabkan sinar matahari mudah menembus kolom air sehingga memadai bagi zooxanthella untuk melakukan fotosintesis yang tentu saja sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan terumbu karang. Selain itu, kadar salinitas yang stabil juga menyebabkan pertumbuhan terumbu karang  baik, karena salinitas yang dibutuhkan bagi pertumbuhan terumbu karang adalah  tetap diatas tetapi dibawah..

Faktor lain yang juga mempengaruhi pertumbuhan terumbu karang adalah kecepatan sedimentasi, semakin tinggi kecepatan sedimentasi maka semakin rendah pertumbuhan terumbu karang sebab permukaan terumbu karang dimana terdapat zooxanthella akan tertutupi oleh sedimen sehingga tidak dapat berfotosintesis dan sebaliknya.

Tingkat salinitas yang baik di perairan tersebut menyebabkan pertumbuhan terumbu karang cukup baik.  Pertumbuhan terumbu karang juga dipengaruhi oleh  substrat terutama substrat  keras. Substrat yang terdapat disekitar terumbu karang di perairan tersebut yaitu Sand ( pasir ).

E.     Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
1.    Kondisi ekosistem di Perairan tersebut  termasuk kategori yang cenderung baik dan lengkap karena adanya beberapa Acropora yang mendiami perairan ujung piring tersebut.
2.    Kondisi substrat yang ada adalah berpasir.
3.    Masing – masing life form karang tersebut mempunyai prosentase penutupan yang berbeda – beda.
4.    Kondisi perairan di Perairan tersebut yang tingkat kekeruhannya rendah menyebabkan sinar matahari mudah menembus kolom air sehingga memadai bagi zooxanthella untuk melakukan fotosintesis yang tentu saja sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan terumbu karang,

Daftar Pustaka

Dawes CJ. 1981. Marine Botany. John & Sons, Inc. New York, 628 p
Edwards AJ, Clark CD (1996) A review of remote sensing for the assessment and management of tropical coastal resources. Coastal Management 24:1-40
Gunawan, H. 1995. Keragaman Jenis Ikan, Terumbu Karang dan Flora Fauna Hutan Mangrove, Taman Nasional Laut Bunaken-Manado Tua. LaporanPenelitian. Balai Penelitian Kehutanan Ujung Pandang.
Nybakken, J .W. 1992. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologis. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Romimohtarto. 2005. Biologi Laut. Penerbit Djambatan. Jakarta.
Veron. J.E.N. 1986. Coral of Australia and The Indofasific. Angus & Robertos :Australia.

Tidak ada komentar: