Rabu, 30 Oktober 2013

PEMIJAHAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus ) (Laporan Praktikum Genetika pada Ikan)







PEMIJAHAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus )
(Laporan Praktikum Genetika pada Ikan)












Oleh :
WIDI INDRA KESUMA
1114111058















JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2013
I.                   PENDAHULUAN


1.1    Latar Belakang
Pemijahan merupakan bagian dari reproduksi ikan yang menjadi mata rantai daur hidup kelangsungan hidup spesies. Penambahan populasi ikan bergantung kepada berhasilnya pemijahan ini dan juga bergantung kepada kondisi dimana telur dan larva ikan diletakkan untuk tumbuh. Oleh karena itu sesungguhnya pemijahan menuntut suatu kepastian untuk keamanan kelangsungan hidup keturunannya dengan kepada habitat pemijahan itu untuk melangsungkan prosesnya.

Dalam keadaan normal memilih tempat, waktu dan kondisi yang menguntungkan. Berdasarkan hal ini pemijahan tiap spesies ikan mempunyai kebiasaan yang berbeda tergantung ikan melangsungkan pemijahan minimum satu kali dalam satu daur hidupnya seperti yang terdapat pada ikan salmon dan sidat. Sesudah melakukan pemijahan, induk ikan tersebut mati karena kehabisan tenaga. Hampir semua ikan pemijahannya berdasarkan reproduksi seksual yaitu terjadinya persatuan sel produksi organ seksual yang berupa telur dari ikan betina dan spermatozoa dari ikan jantan. Dari persatuan kedua macam sel tersebut akan terbentuk individu baru yang akan menambah besarnya populasi. Persatuan kedua macam sel seks tadi ada yang terjadi di dalam tubuh (pembuahan di dalam atau fertilisasi internal) dan ada pula yang terjadi di luar tubuh (fertilisasi eksternal). Ikan yang mengadakan fertilisasi internal mempunyai perlengkapan tubuh untuk memastikan berhasilnya fertilisasi tadi dengan organ khusus (copulatory organ) untuk keperluan ini, organ tersebut biasanya terdapat pada ikan jantan saja.

Ikan lele yang hidup di alam memijah pada musim penghujan dari bulan Mei sampai Oktober. Ikan lele juga dapat memijah sewaktu-waktu sepanjang tahun, apabila keadaan air kolam sering berganti. Pemijahan juga di pengaruhi oleh makanan yang diberikan. Makanan yang bermutu baik akan meningkatkan vitalitas ikan sehingga ikan lele lebih sering memijah. Apabila telah dewasa, lele betina akan membentuk telur di dalam indung telurnya. Sedangkan lele jantan membentuk sperma atau mani. Bila telur-telurnya telah berkembang maksimum yaitu mencapai tingkat yang matang untuk siap dibuahi maka secara alamiah ikan lele akan memijah atau kawin.

Ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah banyak dibudidayakan di Indonesia. Asal-usul dari lele sangkuriang, yaitu Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) memutuskan untuk melakukan pemurnian kembali dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas ikan lele dumbo yang mengalami penurunan. Ikan lele betina keturunan kedua yang merupakan lele dumbo asli dari Afrika Selatan (F2) dikawinkan dengan ikan lele jantan keturunan keenam (F6) yang merupakan sediaan induk yang ada di BBPBAT Sukabumi, sehingga anakan yang dihasilkan kemudian dinamakan Lele Sangkuriang (Amri & Khairuman 2008).

Pemijahan lele sangkuriang tersebut dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara alami dan buatan. Secara alami dapat dilakukan dengan memasangkan indukan lele jantan dan betina dalam satu kolam pemijahan, sedangkan secara buatan dapat dilakukan dengan menyuntikkan hormone yang dapat merangsang pemijahan. Untuk mengetahui secara pasti proses pemijahan tersebut dan mengetahui hasilnya secara genetic, maka dilakukanlah praktikum ini.

1.2    Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
a.       Untuk mengetahui cara dan proses pemijahan ikan lele secara buatan maupun alami.
b.      Untuk mengetahui secara genetic hasil dari pemijahan ikan lele Sangkuriang
c.       Agar mahasiswa mempunyai kemampuan/skill untuk melakukan cara dan teknik pemijahan pada ikan yang dibudidayakan.



II.                METODELOGI


2.1    Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu kakaban, ember, saringan, sapu lidi, sikat, gelas objek, mikroskop, pipet dan gelas film.

2.2    Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu ikan Lele jantan, ikan lele betina, pakan, larutan fisiologis, dan air untuk media hidup ikan.

2.3    Cara Kerja
2.3.1        Fertilisasi
a)      Persiapan Wadah
Persiapan wadah yang dilakukan untuk pemijahan ikan lele secara alami diawali dengan  pembersihan kolam pemijahan dengan sapu lidi, sikat yang dibersihkan terlebih dahulu, setelah itu kolam pemijahan diisi air sampai setengah dari tinggi bak pemijahan.
b)      Seleksi Induk
Induk yang akan digunakan untuk pemijahan diseleksi terlebih dahulu. Induk betina yang dipilih yaitu induk yang mempunyai ukuran perut yang besar , lembek dan apabila distipping akan keluar cairan bening dan jika di striping terlalu berlebihan akan menyebabkan telur ikan akan keluar, sedangkan induk jantan yang dipilih yaitu jantan yang mempunyai papilla berwarna merah dan agresif . Perbandingan induk yang akan dipijahkan yaitu 1:1, satu jantan dan satu betina.
c)      Pemijahan
Pemijahan ikan lele secara alami dilakukan dengan cara dimasukkannya ikan lele jantan dan betina dengan rasio 1:1 di bak pemijahan dengan ukuan 1.5 m x 1 m x 1 m, yang sebelumnya dilakukan pemasangan kakaban sebanyak 5 buah sebagai substrat  penempelan telur. Selanjutnya tunggu ikan sampai mijah, waktu pemijahan membutuhkan waktu 10-15 jam.
2.3.2        Embriogenesis
·         Telur yang telah disatukan di tempelkan pada cawan petri.
·         Tulur di letakan dalam aquarium dengan mengunakan hiter dengan suhu 300C.
·         Diberi MB secukupnya pada iar aquarium.
·         Ambil sampel 2-3 larva diletakan dicawan perti.
·         Diamati setiap 20 menit sekali dibawah microskop.

























III.             HASIL




IV.             PEMBAHASAN


1.   Persiapan wadah dan substrat (kakaban).
Persiapan bak pemijahan dilakukan sebelum dilakukan pemijahan. Wadah pemijahan induk ikan lele dumbo dapat juga digunakan sebagai tempat penetasan telur. Pada praktikum ini wadah yang digunakan adalah 2 unit, berupa bak beton berukuran 2 m x 1 m x 0,5 m. Sebelum digunakan, bak induk perlu disiapkan terlebih dahulu. Proses penyiapan meliputi pengeringan, pembersihan, perbaikan (saluran pembuangan dan selang aerasi). Penyiapan wadah pemeliharaan bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang optimal bagi induk ikan lele dumbo untuk pemijahan serta menghilangkan atau mengurangi potensi serangan hama atau penyakit. Wadah pemeliharaan disiapkan 1 hari sebelum induk ditebar. Pengeringan bak dilakukan dengan cara membuang seluruh air yang ada di bak dengan membuka outlet (saluran air keluar), kemudian dilakukan perbaikan terhadap kebocoran pada saluran pembuangan serta merapikan instalasi udara (aerasi). Pembersihan bak dilakukan dengan cara mencuci bak menggunakan sikat dan membilasnya dengan air hingga bersih. Pengisian air dilakukan dengan cara memompa air dari bak penampungan air ke bak pemijahan sampai mencapai ketinggian sekitar 25 – 30 cm.
Sebagai tempat atau media menempelnya telur, di dasar bak dipasang kakaban yang terbuat dari ijuk. Ukuran kakaban disesuaikan dengan ukuran bak pemijahan. Dengan ukuran kakaban yang digunakan 75 cm x 30 cm. Pada praktikum ini digunakan kakaban sebanyak 3 buah. Jika kurang, dikhawatirkan telur yang dikeluarkan ketika pemijahan tidak tertampung seluruhnya atau menumpuk di kakaban, sehingga mudah membusuk dan tidak menetas. Kakaban harus menutupi seluruh permukaan dasar bak pemijahan, sehingga semua telur lele dumbo tertampung di kakaban.
3.  Pemijahan secara alami.
Induk lele dumbo yang telah diseleksi kematangan gonad selanjutnya dipijahkan secara alami. Induk tersebut dimasukan ke dalam bak pemijahan yang telah disiapkan. Induk akan memijah setelah 8 – 12 jam setelah dilepaskan kedalam bak. Selama proses pemijahan berlangsung dilakukan pengontrolan. Pada praktikum ini induk lele dilepaskan pada pukul 16.00 WIB  ke dalam bak pemijahan yang telah diberi kakaban, sebagai substrad atau media penempelan telur, dan pemijahan terjadi pada pagi harinya antara pukul 23.00-05.00 WIB.
Dari hasil pemijahan ini hanya 2 buah kakaban yang terjadi penumpukan menempelnya telur, sedangkan 1 buah kakaban kosong. Hal ini dikarenakan pada saat penempatan kakaban di bak pemijahan, hanya 2 kakaban yang berada di dasar wadah sedangan 1 buah kakaban lagi terapung diatas permukaan air karena kurangnya diberi pemberat. Hal ini juga sesuai dengan sifat dari telur ikan lele yang berada pada dasar wadah pemijahan.
Setelah pemijahan induk ikan lele segera diangkat dari bak pemijahan dan di timbang berat induk betina untuk mengetahui fekunditas telur, selanjutnya induk dikembalikan ke kolam pemeliharaan induk agar tidak mengganggu proses penetasan telur, hasil dari penimbangan induk betina pasca pemijahan adalah 1,1 kg maka dapat diketahui berat telur = 1,2 – 1,1 kg = 100 gram. Kegiatan selanjutnya dilakukan penjarangan kakaban agar pada saat penetasan tidak terjadi kepadatan larva pada wadah, pada tahap praktikum ini 1 buah kakaban dipindahkan ke bak penetasan sedangkan satunya dibiarkan didalam bak pemijahan untuk penetasan, artinya 1 bak penetasan diberi 1 buah kakaban yang dipenuhi telur. Selanjutnya telur yang menempel pada kakaban ini dihitung agar diketahui jumlah total telur pasca pemijahan dan jumlah telur yang terbuahi. Dari hasil praktikum pemijahan ini,  didapat hasil penghitungan telur pasca pemijahan dengan cara pengambilan sampling telur pada kakaban adalah 35.273 butir dengan rumus : . maka dapat diketahui presentasi jumlah telur (Fekunditas) hasil pemijahan ikan lele ini.
Telur yang menepel pada kakaban yang terbuahi dapat diketahui berwarna kuning cerah, sedangkan telur yang tidak terbuahi berwarna putih, dari hasil pemijahan ini jumlah telur yang terbuahi adalah 28.350 butir.

Embriogenesis adalah proses pembelahan sel dan diferensiasi sel dari embrio ikan yang terjadi pada saat tahap-tahap awal dari perkembangan ikan hingga penetasan telur. Tahap-tahap embriogenesis terdiri dari zigot, morula, blastula, grastula dan organogenesis. Zigot akan mulai membelah oleh mitosis untuk menghasilkan organisme multiselular, waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan zigot ini adalah 15 menit (Anonim 2009). Berdasarkan hasil praktikum pembentukan zigot berkisar 27 menit yang dimulai dari pukul 07.21 - 07.47 WIB. Hasil dari proses ini disebut embrio. Morula adalah suatu bentukan sel seperti bola (bulat) akibat pembelahan sel terus menerus dimana  keberadaan antara satu dengan sel yang lain adalah rapat, waktu yang dibutuhkan pada tahap ini 2 jam (Anonim 2009). Berdasarkan hasil praktikum dibutuhkan waktu dari proses zigot keproses morula berkisar 97 menit yaitu dari pukul 07.47 – 08.44 WIB. Tahap berikutnya, blastula adalah bentukan lanjutan dari morula yang terus mengalami pembelahan. Tahap blastula ditandai dengan mulai adanya perubahan sel dengan mengadakan pelekukan yang tidak beraturan. Berdasarkan hasil praktikum proses morula keproses blastula berkisar 1 jam 7 menit yaitu dari pukul 08.44 – 10.14 WIB. Selanjutnya, gastrula adalah bentukan lanjutan dari blastula yang pelekukan tubuhnya sudah semakin nyata dan mempunyai lapisan dinding tubuh embrio serta rongga tubuh, waktu yang dibutuhkan pada tahap ini 4 jam (Anonim 2009). Berdasarkan hasil praktikum dari proses blastula keproses grastula berkisar 3 jam yaitu dari pukul 10.14 - 13.18 WIB. Tahap akhir dari embriogenesis yaitu organogenesis yaitu proses pembentukan organ-organ tubuh pada makhluk hidup (Anonim 2009).   Adapun kegunaan embriologi adalah memberikan pengertian tentang organ dan jaringan yang berbeda, berkembang dari suatu sel tunggal (zigot) dan membantu memberikan gambaran mengenai perkembangan normal dan perkembangan abnormal. Berdasarkan praktikum terlihat perbedaan dan terjadinya pembelahan setiap jamnya. Sehingga dapat membedakan perkembangan sel tunggal sampai penetasan telur.  

Berdasarkan praktikum ikan yang digunakan adalah ikan lele (Clarias sp.). Awal perkembangan dimulai saat pembuahan (fertilisasi) sebuah sel telur oleh sel sperma yang membentuk zigot (zygot). Gametogenesis merupakan fase akhir perkembangan individu dan persiapan untuk generasi berikutnya. Proses perkembangan yang berlangsung dari gametogenesis sampai dengan membentuk zygot disebut progenesis. Proses selanjutnya disebut embriogenesis (blastogene) yang mencakup pembelahan sel zigot (cleavage), morula, blastulasi, dan gastrulasi. Proses selanjutnya adalah organogenesis , yaitu pembentukan alat-alat (organ) tubuh. Embriologi mencakup proses perkembangan setelah fertilisasi sampai dengan organogenesis sebelum menetas atau lahir, berdasarkan hasil praktikum proses penetasan terjadi pada keesokan harinya pada pukul 07.08 WIB.

Menurut Nagy (1981), cleavage yaitu tahapan proses pembelahan sel. Proses ini berjalan teratur dan berakhir hingga mencapai balastulasi. Bisa juga dikatakan proses pembelahan sel yang terus menerus hingga terbentuk bulatan, seperti bola yang di dalamnya berisi rongga. Gastrulasi merupakan proses kelanjutan blastulasi. Hasil proses ini adalah terbentuknya tiga lapisan, yaitu ektoderrm, modeterm dan entoderm. Organogenesis adalah tahapan dimana terjadi pembentukan organ-organ tubuh dari tiga lapisan diatas, yaitu ektoderm, metoderm dan entoderm. Setiap lapisan membentuk organ yang berbeda. Ektoterm membentuk lapisan epidermis pada gigi, mata dan saraf pendengaran. Mesoderm membentuk sistem respirasi, pericranial, peritonial, hati dan tulang. Sedangkan entoterm membentuk sel kelamin dan kelenjar endokrin. Berdasarkan hasil praktikum pembentukan tulang belakang terjadi pada pukul 19.14, untuk pembentukan sirip kaudal 19.40. Untuk pembentukan mata terjadi pada keesokan harinya pada pukul 04.05WIB.
Adapun proses-proses secara terperinci setelah pembuahan terjadi adalah sebagai berikut (Nagy 1981):
1. Proses cleavage; proses pembelahan zygote secara cepat menjadi unit-unit sel kecil yang disebut blastomer.
2. Proses blastulasi; proses yang menghasilkan blastula, yaitu campuran sel-sel blastoderm yang membentuk rongga penuh cairan sebagai blastokoel. Pada akhir blastulasi, sel-sel blastoderm akan terdiri atas neural, epidermal,notokhordal, mesodermal,dan entodermal yang merupakan bakal pembentuk organ-organ.
3. Proses grastulasi; proses pembelahan bakal organ yang sudah terbentuk pada saat blastulasi. Bagian-bagian yang terbentuk nantinya akan menjadi suatu organ.
4. Proses organogenesis; proses pebentukan berbagai organ tubuh secara berturut-turut, antara lain susunan saraf, notochord, mata, somit, rongga kupffer, olfaktorin sac, subnotokhordrod, linear lateralis, jantung, aorta, insang, infundibulum, dan lipatan-lipatan sirip.

Peristiwa penetasan terjadi jika embrio telah menjadi lebih panjang lingkaran kuning telur dan telah terbentuk perut. Selain itu penetasan telur juga disebabkan oleh gerakan larva akibat temperature, intensitas cahaya, dan pengurangan tekanan tekanan oksigen (Affandi 2000). Kematangan gonad adalah tahapan tertentu perkembangan gonad sebelum dan sesudah memijah. Selama proses reproduksi, sebagian energi dipakai untuk perkembangan gonad. Bobot gonad ikan akan mencapai maksimum sesaat ikan akan memijah kemudian akan menurun dengan cepat selama proses pemijahan berlangsung sampai selesai. Menurut Effendie (1997), umumnya pertambahan bobot gonad ikan betina pada saat stadium matang gonad dapat mencapai 10-25% dari bobot tubuh dan pada ikan jantan 5-10%. Lebih lanjut dikemukakan bahwa semakin rneningkat tingkat kematangan gonad, diameter telur yang ada dalam gonad akan menjadi semakin besar. kematangan seksual pada ikan dicirikan oleh perkembangan diameter rata-rata telur dan melalui distribusi penyebaran ukuran telurnya. Berdasarkan hasil praktikum telur yang dihasilkan mempunyai diameter yang hampir sama pada umumnya.
          Berdasarkan praktikum tidak terdapat perbedaan antara hasil yang diamati dengan gambar literatur. Dapat dilihat pada tabel 1 yaitu tabel hasil embriogensis ikan lele, literatur menunjukkan hasil yang sama dengan hasil yang diamati pada saat praktikum. selain itu waktu yang dibutuhkan dalam proses perkembangan telur sampai telur menetas selama 25 jam. Menurut Effendi (2000), kisaran normal perkembangan telur sampai menetasnya telur (18-20 jam). Hal ini berbeda dengan literatur yang ada, adapun faktor-faktor yang mempengaruhi proses embriogenesis antara lain suhu, intensitas cahaya, dan pengurangan tekanan oksigen (Affandi 2000). Lamanya perkembangan telur ikan lele, dikarenakan kurangnya intensitas cahaya, serta suhu. Selain itu, pada praktikum semua perlakuan mengalami pemijahan baik itu perlakuan alami, semi alami, dan buatan


Sel sperma adalah sel padat yang tidak tumbuh atau membelah diri. Sel sperma hanya bertujuan untuk membuahi sel telur. Jumlah Sperma yang dihasilkan oleh ikan jantang beraneka ragam volum dan maupun kualitasnya, hal ini dipengaruhi oleh umur, ukuran dan frekuensi pengeluaran sperma (Kazakou, 1981 dalam Sutrisna, 2002) selain tiu faktor eksternal lain yang mempengaruhi adalah musim, frekuensi pemijahan, jumlah ikan betina yang akan dibuahi dan konsisi pemijahan. Sperma bergerak dengan bantuan bagian ekornya. Sperma yang berkualitas akan bergerak melawan aliran air.

Faktor luar yang yang berpengaruh terhadap penetasan telur ikan adalah suhu, oksigen terlarut, pH, salinitas dan intensitas cahaya. Proses penetasan umumnya berlangsung lebih cepat pada suhu yang lebih tinggi karena pada suhu yang tinggi proses metabolismo berjalan lebih cepat sehingga perkembangan embrio akan lebih cepat yang berakibat lanjut pada pergerakan embrio dalam cangkang yang lebih intensif. Namur demikian, suhu yang terlalu tinggi atau berubah mendadak dapat menghambat proses penetasan dapat menyebabkan kematian embrio dan kegagalan penetasan. Suhu yang baik untuk penetasan ikan 27 – 300C.
      Kelarutan oksigen terlarut dan intensitas cahaya akan mempengaruhi proses penetasan. Oksigen dapat mempengaruhi sejumlah organ embrio. Cahaya yang kyat dapat menyebabkan laja penetasan yang cepat, kematian dan pertumbuhan embrio yang jelek serta figmentasi yang banyak yang berakibat pada terganggunya proses penetasan.

Telur yang telah dibuahi berwarna kuning cerah kecoklatan, sedangkan telur yang tidak dibuahi berwarna putih pucat. Di dalam proses penetasan telur diperlukan suplai oksigen yang cukup. Untuk memenuhi kebutuhan akan oksigen terlarut dalam air, setiap bak penetasan di pasang aerasi.

Telur akan menetas tergantung dari suhu air bak penetasan dan suhu udara. Jika suhu semakin panas, telur akan menetas semakin cepat. Begitu juga sebaliknya, jika suhu rendah, menetasnya semakin lama. Telur ikan lele dumbo, ikanpatin dan bawal akan menetas menjadi larva antara 18 –24 jam dari saat pembuahan. Sumantadinata (1983) mengatakan faktor-faktor yang mempengaruhi daya tetas telur adalah :
1.Kualitas telur. Kualitas telur dipengaruhi oleh kualitas pakan yang diberikan pada induk dan tingkat kematangan telur.
2.Lingkungan yaitu kualitas air terdiri dari suhu, oksigen, karbon-dioksida, amonia, dll.
3.Gerakan air yang terlalu kuat yang menyebabkan terjadinya benturan yang keras di antara telur atau benda lainnya sehingga mengakibatkan telur pecah.

Menurut Suyanto (1999), lele sangkuriang mulai dapat dijadikan induk pada umur (8 – 9) bulan dengan massa minimal 500 gram. Telur akan menetas dalam tempo 24 jam setelah memijah dengan kemampuan memijah sepanjang tahun tanpa mengenal musim. Menurut Prihartono, dkk (2000), tanda-tanda induk jantan yang telah siap memijah diantaranya alat kelamin tampak jelas (meruncing), perutnya tampak ramping, jika perut diurut akan keluar spermanya, tulang kepala agak mendatar dibanding dengan betinanya, jika warna dasar badannya hitam (gelap), warna itu menjadi lebih gelap lagi dari biasanya. Sedangkan untuk induk betina alat kelaminnya bentuknya bulat dan kemerahan, lubangnya agak membesar, tulang kepala agak cembung, gerakannya lamban, warna badannya lebih cerah dari biasanya.

Cara menyuntik
         Tangkap induk lele dengan menggunakan seser induk. Kemudian seorang membantu memegang induk lele yang hendak disuntik (ikan betina terlebih dahulu) dengan menggunakan kain untuk menutup dan memegang kepala ikan dan memegang pangkal ekornya.
         Kemudian suntikkan hormon yang sudah disiapkan tadi ke dalam daging lele di bagian punggung, setengah dosis di sebelah kiri dan setengah dosis disebelah kanan dengan kemiringan jarum sunik 40 – 45º. Kedalaman jarum suntik ± 1 cm dan disesuaikan dengan besar kecilnya tubuh ikan.
         Lakukan penyuntikan secara hati-hati. Setelah obat didorong masuk, jarum dicabut lalu bekas suntikkan ditekan/ditutup dangan jari telunjuk beberapa saat agar obat tidak keluar.
Setelah dilakukan penyuntikan lalu indukan ikan lele tersebut dibawa ketempat lokasi pemijahan untuk dilakukan proses perkawinan. Lokasi tempat pemijahan telah dipersiapkan sehari sebelum dilakukan proses pekawinan. Pemijahan buatan menggunakan induk jantan 6 ekor dan induk betina sebanyak 8 ekor. dengan menggunakan bak sebayak 4 buah sebagai tempat untuk pemijahan.
Pada pukul 17.00 WIB indukan ikan lele jantan dan betina dimasukkan kedalam bak. Dan proses perkawinan pun akan terjadi pada malam hari. Keesokan harinya sekitar pukul 07.00 WIB indukan betina telah mengeluarkan ribuan telu-telurnya yang akan menetas sekitar (30 – 36) jam setelah pembuahan pada suhu (23 – 24)0C. Dan telur-telur ikan lele pun telah menetas. Apabila telah melewati batas waktu telur tersebut belum menetas, maka telur tersebut dianggap gagal atau tidak terjadi proses pembuahan. Setelah itu angkat indukan ikan lele jantan dan betina dan didiamkan selama 1 hari pada kolam yang terpisah antara induk jantan dan betina sebulum dikembalikan ke kolam tempat indukan. Dilakukan pemisahan setelah mengalami pemijahan dibak terpisah, karena setelah proses perkawinan indukan ikan lele tersebut berbau amis dan apabila disatukan kedalam kolam indukan, indukan ikan lele yang telah mengalami proses perkawinan akan terancam dimangsa oleh indukan yang lainnya, maka dari itu dilakukan hal tersebut.

V.                KESIMPULAN

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari praktikum teknik pemijahan dan embriogenesis dapat disimpulkan bahwa pengaruh teknik pemijahan yang berbeda terhadap embriogenesis ikan lele (Clarias sp.) bergantung pada suhu, intensitas cahaya, serta pengaruh pengurangan tekanan oksigen, sehingga akan dihasilkan telur dan larva yang berbeda pada setiap perlakuan pemijahan.
Berdasarkan pada hasil penelitian yang telah lakukan mengenai embriogenesis telur ikan lele (Clarias sp), bahwa kegagalan pada saat praktikum mingkin disebabkan karena kurang kehati-hatian saat mengambil gonad dan mencapurkan keduanya. Hal ini ditunjukkan dengan kematian semua telur ikan setelah di teliti hingga praktikum ini dapat dikatakan gagal.


Saran
Setelah mengambil kesimpulan dari penelitian ini, penulis menyarankan hendaknya para praktikan lebih berhati-hati dalam bekerja dan dibutuhkan kekompakan antar kelompok agar memperhatikan setiap perkembangan yang dapat terjadi di kelompok masing-masing. Sehingga pada praktikum ini dapat menghasilkan hasil yang memuaskan.


DAFTAR PUSTAKA


Anonim. 2009. Embriogenesis. http://www.embriogenesis ikan lele.com. [13           Desember 2012].

Afandi R. & Tang U.M. 2000. Biologi Reproduksi Ikan. Laporan. Pekanbaru: Pusat Penelitian Kawasan Pantai dan Perairan.

Efendi M.I. 1997. Biologi Perikanan. Bogor: Yayasan Pustaka Nusantara.

Harijanto, Andre. 2006. Upaya Maskulinisasi Induk Lele Dumbo (Clarias sp.) yang Telah Diovariektomi Parsial dengan Metode Implantasi Hormon 17α-metiltestosteron. Skripsi. Program Studi Teknologi dan Manajemen Akuakultur. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Khairuman, dan Amri. 2008. Budidaya Lele Lokal Secara Intensif.  Jakarta : Agromedia Pustaka.

KKP. 2011. Analisis capaian target produksi lele : produksi naik, capaian naik. http://ww.kkp.go.id   [24 Desember 2012]

Nagy A, Bercsenyi M. & Csenyi V. 1981. Sex reversal in corp Cyprinus caprio by oral administration of metthytestosteron. Canadian Journal of Fisheries & Aquatic Science 38: 725-728.

Prihatman K. 2000. Proyek pengembangan ekonomi masyarakat pedesaan, budidaya ikan lele (Clarias sp.). Jakarta : BAPPENAS

Sary M. 2010. Metode pemijahan ikan lele. http://www.metode-pemijahan.pdf [16 Desember 2012]

Sumantadinata, K. 1983. Pengembangbiakan Ikan-ikan Peliharaan di Indonesia. Bogor: Sastra Hudaya

Sunarma, Ade. 2004. Peningkatan Produktifitas Lele Sangkuriang (Clarias sp.). Sukabumi: Departemen Kelautan dan Perikanan. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi.

Rosyatin.2012. Budidaya Ikan Lele.http://www.aquaculture.co.id [27 Desember 2012]

Tidak ada komentar: