Rabu, 30 Oktober 2013

ASPEK REPRODUKSI IKAN NILA (Oreochromis niloticus) (Laporan Praktikum Biologi Perikanan)










ASPEK REPRODUKSI IKAN NILA (Oreochromis niloticus)
(Laporan Praktikum Biologi Perikanan)







Oleh :
WIDI INDRA KESUMA
1114111058


Dibimbing Oleh :
EVA SUSANTI
0914111031








JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2011
UNILA LOGOASPEK REPRODUKSI IKAN NILA (Oreochromis niloticus)
Oleh:
WIDI INDRA KESUMA
1114111058

 

ABSTRAK


Telah dilakukan praktikum Pertumbuhan Ikan Nila. Praktikum ini dibuat untuk memahami cara membedakan tingkat kematangan gonad jantan dan betina, dapat memprediksi waktu pemijahan, dan dapat mengetahui jumlah dan ukuran telur dari ikan nila. Tingkat Kematangan gonad merupakan tahapan tertentu perkembangan gonad sebelum dan sesudah memijah. Tingkat kematangan gonad secara kuantitatif dapat dinyatakan dengan suatu indeks kematangan gonad atau disebut juda indeks gonad somatik. Jumlah telur yang dikeluarkan oleh ikan berbeda-beda. Karena perbedaan tersebut maka diperlukan suatu parameter yang mengukur jumlah telur yang dikeluarkan suatu ikan, parameter itu adalah fekunditas. Hal lain yang berpengaruh pada reproduksi ikan adalah diameter telur. Diameter telur merupakan garus tengah atau ukuran panjang dari suatu telur dengan mikrometer berskala yang sudah ditera. Hasil yang dibahas dalam praktikum ini adalah diantaranya Tingkat Kematangan Gonad ikan Nila, Indeks Kematangan Gonad ikan Nila, Indeks Gonad ikan Nila, Hubungan IKG dengan berat dan panjang tubuh ikan, hubungan IKG dengan TKG serta Sex Ratio dari ikan Nila.

Keyword: ikan Nila, IKG, TKG, Fekunditas, Reproduksi
 



I. PENDAHULUAN
Perkembangan gonad merupakan bagian dari reproduksi ikan sebelum terjadi pemijahan. Umumnya pertambahan gonad pada ikan betina sebesar 10 - 25% dari berat tubuh dan pada ikan jantan sebesar 5 – 10%. dalam biologi perikanan pencatatan perubahan atau tahap - tahap kematangan gonad diperlukan untuk mengetahui perbandingan ikan - ikan yang melakukan reproduksi atau tidak. Dari pengetahuan tingkat kematangan gonad (TKG) akan didapatkan informasi, kapan satu jenis ikan memijah, baru memijah atau sudah selesai memijah. Tiap - tiap spesies ikan pada waktu pertama kali gonadnya menjadi masak tidak sama ukuranya. Demikian pula ikan yang sama spesiesnya, apalagi spesies tersebut tersebar pada lintang yang perbedaanya lebih dari 5 derajat (Asep, 2010).
Menurut Uma (2009), pematangan kematangan gonad dilakukan dengan kedua cara. Yang pertama cara histologi dilakukan di laboratorium. Yang kedua cara pengamatan morfologi yang dapat dilakukan di laboratorium dan dapat pula dilakukan di lapangan. dari penelitian secara histologi akan diketahui anatomi perkembangan gonad tadi lebih jelas dan mendetail, sedangkan hasil pengamatan secara morfologi tidak akan sedetail cara histologi, namun cara morfologi ini banyak dilakukan para peneliti. Dasar yang dipakai untuk menentukan tingkat kematangan gonad dengan cara morfologi ialah bentuk, ukuran panjang dan berat, warna dan perkembangan gonad ikan betina lebih banyak diperhatikan dari pada ikan jantan karena perkembangan diameter telur yang terdapat dalam gonad lebih mudah dilihat dari pada sperma yang terdapat di dalam testes.
Tingkat kematangan gonad ialah tahap tertentu perkembangan gonad sebelum dan sesudah ikan itu berpijah. Tingkat kematangan gonad tertinggi akan didapatkan pada saat pemijahan akan tiba. Tingkat kematangan gonad secara kuantitatif dapat dinyatakan dengan suatu indeks kematangan gonad atau disebut juda indeks gonad somatik (Elvyra, 2004).
Mahluk hidup melakukan reproduksi untuk mempertahankan kelangsungan spesiesnya, begitu pula ikan. Sistem reproduksi mahluk hidup terbagi menjadi beberapa bagian, ikan khususnya ikan nila memiliki sistem reproduksi biseksual yang artinya pembuahan terjadi dengan bertemunya sel sperma dan sel ovum dari individu yang berbeda. Individu yang memiliki sel sperma bersifat jantan sedangkan yang memiliki sel ovum bersifat betina.
Ikan nila dianggap dewasa (matang gonad) setelah berusia di atas enam bulan. Induk betinanya dapat menghasilkan lebih dari 3.000 butir telur dalam sekali pemijahan, namun dari jumlah telur itu tidak semua menjadi larva ikan.
Banyaknya jumlah telur yang dikeluarkan pada saat reproduksi dipengaruhi oleh makanan, ukuran ikan dan faktor lingkungan. . Induk ikan nila memiliki masa reproduksi hingga berumur dua tahun dan mampu melakukan pemijahan setiap enam minggu sekali. Populasi suatu jenis ikan dalam suatu ekosistem dapat diduga dari analisis parameter reproduksi.
Adapun tujuan dilakukannya pengamatan terhadap reproduksi ikan nila adalah
1.   Untuk mengetahui beda tingkat kematangan dai gonad pada ikan nila.
2.   Untuk memprediksi waktu pemijahan dan tahap perkembangan untuk rekruitmen.
3.   Untuk mengetahui jumlah telur dari ikan nila, ukuran telur terhadap perkembangan individu menjelang pemijahan, serta untuk menduga produktivitas dan potensi produksi suatu kelompok ikan.

II. METODELOGI
A.     Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum Aspek Reproduksi Ikan Nila dilaksanakan pada tanggal 7 November 2012 pukul 08.00-11.00 WIB di Laboratorium Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

B.     Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah timbangan OHAUS, kain lap dan tissue, kaca preparat, mikroskop dengan mikrometer yang telah ditera, gelas objek, alat bedah (satu set lengkap), cawan petri, gelas ukur 10 ml, pipet tetes,  serta tatakan gelas. Sedangkan bahan yang digunakan adalah gonad ikan nila (Oreocromis niloticus) dan formalin.
C.  Prosedur Kerja
Langkah-langkah yang harus dlakukan pada praktikum ini yaitu:
a.   Pertama siapkan semua peralatan yang akan digunakan.
b.   Mengambil 1 botol film gonad ikan nila betina yang telah diawetkan.
c.   Timbang gonad tersebut secara keseluruhan.
d.   Bagi telur tersebut ke dalam lima bagian.
e.   Timbang salah satu bagian telur dan catat hasilnya.
f.    Lalu encerkan dalam 10 ml aquades
g.   Kemudian ambil 1 ml dan hitung berapa banyyak telur yang terambil,
h.   Ambil 25 butir telur.
i.    Amati di bawah mikroskop yang telah diberi micrometer ,
j.    Catat hasilnya.
k.   Lengkapi tabel hasil pengamatan seperti IKG, fekunditas gabungan dan yang lainnya.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN
1.   Tingkat Kematangan Gonad (TKG) ikan nila


Tabel 1. TKG ikan nila jantan
TKG
Morfologi Gonad
Σ
Presentase
I
Gonad sangat kecil seperti benang, transparan.pada ikan jantan penampang gonad pipih berwrna kelabu
0
0 %
II
Gonad mengisi ¼ tubuh.warnanya kelabu atau putih bentuknya pipih
3
20%
III
Gonad mengisi ½ rongga tubuh. Gonad berwarna putih
4
26.66666667 %
IV
Gonad mengisi ¾ rongga tubuh. Gonad jantan berwarna putih berisi cairan putih
8
53.33333333 %

Dari data di atas dapat diketahui bahwa pada ikan nila jantan, rata-rata masih berada pada fase TKG 4, yaitu 8 ekor. Untuk TKG II sebanyak 3 ekor dan TKG III 4 ekor. Sedangkan tidak ada satu ekor ikan pun yang berada dalam TKG 1. Kondisi ikan nila pada TKG 4 dalam keadaan yang cukup baik.

Tabel 2. TKG ikan nila betina

TKG
Morfologi Gonad
Σ
Presentase
I
Gonad sangat kecil seperti benang, transparan.gonad betina bulat kemerah2an
-
0%
  II
Gonad mengisi ¼ rongga tubuh. Gonad betina warnanya kemerahan atau kuning,bentuknya bulat & telur tidak nampak
2
5%
III
Gonad mengisi ½ rongga tubuh berwrna kuning.bentuk telur nampak pada dinding ovarium
21
52.5%
IV
Gonad mengisi ¾ rongga tubuh.berwarna kuning hamper bening atau bening.telur dapat terlihat
17
42.5%
Dari data di atas dapat diketahui bahwa pada ikan nila betina, rata-rata masih berada pada fase TKG III, yaitu 21 ikan dengan presentase 52,5%. Untuk TKG II sebanyak 2 ekor, TKG IV 17 ekor. Sedangkan tidak ada satu ekor ikan pun yang berada dalam TKG I. Kondisi ikan nila pada TKG III dalam keadaan yang cukup baik.

Menurut Pulungan (2005) pengamatan tentang tahap-tahap kematangan gonad ikan dapat dilakukan secara morfologi dan secara histologi. Pengamatan secara morphologi dapat dilakukan di lapangan dan di laboratorium, sedangkan pengamatan secara histologi hanya dapat dilakukan di laboratorium dan sangat memerlukan peralatan yang canggih serta teliti dan memerlukan dana yang cukup besar. Bila pengamatan dilakukan pada testes maka yang diamati adalah bentuk testes dan kedua sisinya, ukuran (panjang dan diameter ) testes, perbandingan panjang testes dan rongga tubuh, warnanya serta pembuluh darah pada permukaan testes. Demikian juga halnya bila pengamatan dilakukan pada ovari tetapi yang perlu diamati lagi adalah diameter beberapa butir telur.
Tingkat kematangan gonad menurut Kesteven (Begenal dan Broam, 1968) dalam Uma (2009) :
1.    Dara
Organ seksual sangat kecil berdekatan dibawah tulang punggung. Testis dan ovarioum transparan, tidak berwarna sampai abu - abu. Telur tidak terlihat dengan mata biasa.
2.    Dara Berkembang
Testis dan ovarium jernih, abu - abu merah. Panjangnya setengah atau lebih sedikit dari panjang rongag bawah. Telur satu persatu dapat terlihat dengan kaca pembesar.
3.    Perkembangan I
Testis dan ovarium bentuknya bulat telur, kemerah-merahan dengan pembuluh darah kapiler. Mengisi kira - kira setengah ruang ke bagian bawah. Telur dapat terlihat oleh mata seperti serbuk putih.
4.    Perkembangan II
Testis putih kemerah - merahan. Tak ada pati jantan atau sperma kalau ditekan perutnya. Ovarium berwarna kemerah - merahan. Telur jelas dapat dibedakan, bentuknya bulat telur. Ovarium mengisi kira-kira dua pertiga ruang bawah. 
5.    Bunting
Organ seksual mengisi ruang bawah. Testis berwarna putih, keluar tetesan sperma kalau ditekan perutnya. Telur bentuknya Bulat, beberapa ada yang jernih dan masak.
6.    Mijah
Telur dan sperma keluar dengan sedikit tekanan diperut. Kebanyakan telur berwarna jernih dengan beberapa yang berbentuk bulat telur tinggal di dalam ovarium.
7.    Mijah / Salin
Gonad belum kosong sama sekali. Tidak ada telur yang bulat telur.
8.    Salin / Spent
Testes dan ovarium kosong dan berwarna merah. Beberapa telur sedang ada dalam keadaan dihisap kembali.
9.    Pulih Salin 
Testes dan ovarium berwarna jernih, abu-abu sampai merah.

2.   Indeks Kematangan Gonad (IKG) ikan nila
Tabel 3. IKG ikan nila betina
TKG
Berat gonad rata-rata
Berat ikan rata-rata
IKG rata-rata
I
0
0
0
II
1
90.66666667
1.102941
III
3.2
177.5789474
1.802015
IV
4.4
119.2222222
3.690587

Tabel 4. IKG ikan nila jantan
TKG
Berat gonad rata-rata
Berat ikan rata-rata
IKG rata-rata
I
0
0
0
II
1.8
426.6666667
0.436637467
III
2.35
349.75
0.870478335
IV
2.95
320
1.454791855

Menurut Efendi (1979) dalam Wahyuningsih dan Barus (2006), untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada gonad, tingkat perkembangn ovarium, secara kuantitatif dapat dinyatakan dengan suatu Indeks Kematangan Gonad (IKG) yaitu suatu nilai dalam persen sebagai hasil perbandingan berat gonad dengan berat tubuh ikan dikalikan 100 persen.
Wg : Berat gonad, W : Berat tubuh ikan.

Indeks Kematangan Gonad atau ”Gonad Somatic Indeks” (GSI) akan semakin meningkat nilainya dan akan mencapai batas maksimum pada saat terjadi pemijahan. Pada ikan betina nilai IKG lebih beras bila dibandingkan dengan ikan jantan. Adakalanya IKG dihungkan dengan Tingkat Kematangan Gonad (TKG) yang pengamatannya berdasarkan ciri-ciri morfologi kematangn gonad, sehingga akan tampak hubungan antara perkembangan di dalam dengan di luar gonad. Nilai IKG akan sangat bervariasi setiap saat tergantng pada macam pola pemijahannya. 
Menurut Rustidja (2001), faktor yang dapat mempengaruhi fungsi produksi pada spesies ikan terdiri dari faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal meliputi curah hujan, suhu, sinar matahari, tumbuhan dan adanya ikan jantan. Adapun factor internal yaitu tersedianya cukup hormon steroid dan gonadotropin baik GTHL dan GHZ yang cukup untuk memacu kematangan gonad diikuti ovulasi serta pemijahan.
Effendie (1978) mengemukakan bahwa Indeks Kematangan Gonad antara satu spesies ikan dengan spesies lainnya akan saling berbeda. Hal ini disebabkan karena indeks kematangan gonad suatu spesies ikan dipengaruhi oleh berat gonad dan berat tubuh ikan itu sendiri. Selanjutnya dia menambahkan pada ikan betina nilai Indeks kematangan gonad lebih besar dibandingkan dengan ikan jantan dan ikan dengan indeks kematangan gonad 19 % ada yang sanggup mengeluarkan telur.

3.   Indeks Gonad (IG) ikan nila

Tabel 5. Indeks Gonad (IG) ikan nila jantan
TKG
Frekuensi
IG (%)


2
3
25 %

3
4
33,3333333 %

4
8
66,6666667 %


Grafik 1. IG ikan nila jantan

Tabel 6. IG ikan nila betina
TKG
Frekuensi
IG %
1
1
2,4390244 %
2
3
7,3170732%
3
19
46,3414634%
4
18
43,902439%

Grafik 2. IG ikan nila betina

Analisa Gonado Index (GI), menurut Batts (1972) dalam Effendi (1992), merupakan perbandingan antara berat gonad segar (gram) dengan panjang ikan (mm). Dengan perhitungan GI akan diketahui hubungan gonad yang sudah matang dengan panjang tubuh ikan, seningga akan diketahui ikan yang dipakai sebagai induk

4.   Hubungan IKG dengan berat tubuh ikan nila betina


Grafik 3.Hubungan IKG dengan berat tubuh ikan nila betina

Effendie (1978) mengemukakan bahwa Indeks Kematangan Gonad antara satu spesies ikan dengan spesies lainnya akan saling berbeda. Hal ini disebabkan karena indeks kematangan gonad suatu spesies ikan dipengaruhi oleh berat gonad dan berat tubuh ikan itu sendiri. Selanjutnya dia menambahkan pada ikan betina nilai Indeks kematangan gonad lebih besar dibandingkan dengan ikan jantan dan ikan dengan indeks kematangan gonad 19 % ada yang sanggup mengeluarkan telur.


5.   Hubungan IKG dengan panjang tubuh ikan nila betina



Grafik 4.Hubungan IKG dengan panjang tubuh ikan nila betina
.
Menurut Uma (2009), tiap - tiap spesies ikan pada waktu pertama kali gonadnya menjadi masak dan tidak sama ukuranya. Demikian pula ikan yang sama spesiesnya. Lebih - lebih pada ikan yang sama spesiesnya itu tersebar pada lintang yang perbedaanya lebih dari lima derajat maka akan terdapat perbedaan ukuran dan umur ketika mencapai kematangan gonad untuk pertama kalinya. Jadi faktor utama yang mempengaruhi kematangan gonad di daerah bermusim empat ialah suhu dan makanan. Tetapi untuk daerah tropik suhu secara relatif perubahannya tidak besar dan umunya gonad dapat masuk lebih cepat.

6.   Hubungan TKG dengan panjang tubuh ikan nila


Tabel 7. Hubungan TKG dengan panjang ikan nila jantan
Selang panjang
Jumlah ikan pada TKG
II
III
IV
167 – 176
0
0
1
177 – 186
0
0
1
187 – 196
2
2
2
197 – 206
0
2
2
207 – 216
1
0
2


Grafik 5.Hubungan TKG dengan panjang tubuh ikan nila jantan
Tabel 8.Hubungan TKG dengan panjang tubuh ikan nila betina
Selang panjang
Jumlah ikan pada TKG
II
III
IV
170 – 175
0
2
0
176 – 181
3
4
4
182 – 187
0
1
6
188 – 193
0
10
4
194 – 199
0
1
4
200 – 205
0
1
0

Menurut Uma (2009), tiap - tiap spesies ikan pada waktu pertama kali gonadnya menjadi masak dan tidak sama ukuranya. Demikian pula ikan yang sama spesiesnya. Lebih - lebih pada ikan yang sama spesiesnya itu tersebar pada lintang yang perbedaanya lebih dari lima derajat maka akan terdapat perbedaan ukuran dan umur ketika mencapai kematangan gonad untuk pertama kalinya. Jadi faktor utama yang mempengaruhi kematangan gonad di daerah bermusim empat ialah suhu dan makanan. Tetapi untuk daerah tropik suhu secara relatif perubahannya tidak besar dan umunya gonad dapat masuk lebih cepat.


IV. KESIMPULAN DAN SARAN

Adapun kesimpulan yang didapat pada praktikum kali ini adalah:
1.    Indeks gonad pada ikan jantan dan betina yang diperoleh pada preparat gonad yang diteliti menunjukkan bahwa ikan sedang mengalami proses pematangan gonad, yaitu IGnya sebesar 0,0312 untuk gonad jantan dan 0,49 untuk gonad betina.
2.    Pada praktikum reproduksi ini gonad yang digunakan merupakan gonad pada TKG 3 dan 4, karena pada TKG tersebut telur pada gonad sudah terbentuk (tidak terlalu kecil).
3.    Dengan mengetahui IKG dan TKG kita dapat dengan mudah mengetahui kapan saat yang tepat untuk ikan memijah

Adapun saran yang dapat diberikan adalah diharapkan untuk disetiap praktikum biologi perairan, harapannya per kelompok ada asisten dosennya yang mendampingi agar tidak terjadi kebinggungan pada praktikan.

DAFTAR PUSTAKA

Asep, 2009. Tahap-Tahap Kematangan Gonad. http://ase p_budidaya_perairan.blogspot.com. Diakses pada tanggal 10 April 2010, pukul 10.00 WIB.

Effendi, M, 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta.
Elvyra, Roza, 2004. Aspek Habitat, Makanan dan Reproduksi Ikan Lais. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Effendie, M .I., 1978. Biologi Perikanan – bagian I : study Natural History. Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor, bogor. 105 hal (tidak diterbitkan).
Lam, T. J. 1985. Induced Spawning in Fish. Oceanic Institut and Tungkang Marine Laboratory.
Nelson, J. S. 1984. Fishes of the world 2nd edition. Jhon wiley and sons. New york, 524 P.
Nikolsky (1969). Tingkat Kematangan Gonad Pada Ikan Air Tawar
Pulungan. 2004. Hand Out Kuliah Mata Kuliah Biologi Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. UNRI. Pekanbaru
Tang, U. M. dan Affandi. 2001. Biologi Reproduksi Ikan, Penerbit Pusat Penelitian Kawasan Pantai dan Perairan. Universitas Riau. Pekanbaru. 153 hal
Uma, La Ode, 2009. Tingkat Kematangan Gonad. http://m ewordpress.com. Diakases pada tanggal 10 april 2010, pukul 10.00 WIB.
Wahyuningsih, Hesti dan Dr. Ing Ternala Alexander Barus. 2006. Buku Ajar Ikhtiologi. Universitas Sumatera Utara.
.

   






















































































































Tidak ada komentar: