ANALISIS
SPERMA
Oleh :
Widi Indra Kesuma
1114111058
ABSTRAK
Sperma adalah sel yang diproduksi oleh organ kelamin jantan
dan bertugas membawa informasi genetik jantan ke sel telur dalam tubuh betina. Spermatozoa
secara struktur telah teradaptasi untuk melaksanakan dua fungsi utamanya yaitu
menghantarkan satu set gen haploidnya ke telur dan mengaktifkan program
perkembangan dalam sel telur. Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui lebih
lanjut tentang sperma pada ikan dengan tujuan dari praktikum ini ada;ah untuk menentukan kualitas
dan kuantitas sperma ikan lele (Clarias
sp) baik secara makroskopis maupun mikroskopis. Hasil yang didapat dari
praktikum ini yaitu bahwa warna sperma
hasil striping pada ikan putih susu, hal ini menunjukkan bahwa sperma ikan yang
digunakan pada praktikum adalah sehat. Hasil pemeriksaan sperma menunjukkan bau
amis, volume hasil striping adalah 0,7 ml dari 1 ekor ikan. Sperma ikan yang
diamati menunjukkan pH 8, dan motilitasnya adalah 0%.
Kata kunci: sperma, ikan lele, kualitas dan kuantitas
sperma, warna, dan stripping.
I. PENDAHULUAN
Spermatozoid atau sel sperma atau spermatozoa (berasal dari
Bahasa Yunani Kuno yang berarti benih dan makhluk hidup) adalah sel dari sistem
reproduksi jantan. Sel sperma akan membentuk zigot. Zigot adalah sebuah sel
dengan kromosom lengkap yang akan berkembang menjadi embrio. Peran aktif
spermatozoon sebagai gamet jantan sehingga penting pada keberhasilan munculnya
individu baru oleh karena itu di dalam reproduksi sering diperlukan adanya
standar kualitas spermatozoa. Analisis sperma yang dimaksud meliputi
pemeriksaan jumlah milt yang dapat distriping dari seekor ikan jantan masak
kelamin, kekentalan sperma, warna, bau, jumlah spermatozoa mati, motilitas
(bila mungkin kemampuan gerak per menit) dan morfologi (ukuran dan bentuk
kepala, ukuran ekor, berbagai penyimpangan, ada tidaknya akrosoma (Guyton,
2006).
Sperma adalah sel yang diproduksi oleh organ kelamin jantan
dan bertugas membawa informasi genetik jantan ke sel telur dalam tubuh betina.
Spermatozoa berbeda dari telur yang merupakan sel terbesar dalam tubuh
organisme adalah gamet jantan yang sangat kecil ukurannya dan mungkin terkecil.
Spermatozoa secara struktur telah teradaptasi untuk melaksanakan dua fungsi
utamanya yaitu menghantarkan satu set gen haploidnya ke telur dan mengaktifkan
program perkembangan dalam sel telur (Sherwood, 2001).
Dari penjelasan di atas kita tidak
akan mengetahui bentuk sperma yang sebenarnya, dan jika hanya teori saja tanpa
ada pengamatan atau praktikum kita tidak akan faham, maka dari itu pada
praktikum ini kami mengambil judul tentang “ANALISIS SPERMA”.
Adapun tujuan dari parktikum ini yaitu
untuk menentukan kualitas dan kuantitas sperma ikan lele (Clarias sp) baik secara makroskopis maupun mikroskopis.
II. TINJAUAN PUSTAKA
a. Ikan Lele ( Clarias
sp).
Ikan lele secara
morfologi memiliki bentuk tubuh yang memanjang dan berkulit licin ( tidak
bersisik ). Sesuai dangan familinya yaitu Clariidae yang memiliki bentuk kepala
pipih dengan tulang keras sebagai batok kepala. Disekitar mulut terdapat 4
pasang sungut. Pada sirip dada terdapat patil atau duri keras yang berfungsi
sebagai alat untuk mempertahankan diri. Secara anatomi ikan lele meiliki alat
pernafasan tambahan yang terletak di bagian dapan rongga insang, yang
memungkinkan ikan untuk mengambil oksigen langsung dari udara. Oleh karena itu,
ikan lele dapat hidup dalam kondisi perairan yang mengandung sedikit kadar
oksigen ( Suyanto, 1999 ).
Ikan lele menurut klasifikasi berdasar taksonomi yang dikemukakan oleh Weber deBeaufort (1965) digolongkan sebagai berikut :
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Subordo : Siluroidae
Famili : Clariidae
Genus : Clarias
Ikan lele adalah
pemakan jasad hewani yaitu krustassea kecil, larva serangga, cacing dan
moluska. Ikan lele merupakan ikan yang termasuk dalam famili Clariidae memiliki
bentuk badan yang memanjang, berkepala pipih, tidak bersisik, memiliki empat
pasang kumis yang memanjang sebagai alat peraba, dan memiliki alat pernafasan
tambahan yang bekerja apabila insang tidak dapat memperoleh kebutuhan oksigen
pada bagian depan rongga insang yaitu arborescen organ. Bagian depan badannya
terdapat penampang melintang yang membulat, sedang bagian tengah dan belakang
berbentuk pipih (Najiyati, 1992).
Ikan lele secara
alami bersifat nocturnal, artinya aktif pada malam hari atau lebih menyukai
tempat yang gelap, pada siang hari ikan lele lebih memilih berdiam diri dan
berlindung di tempat-tempat gelap. Dalam usaha budidaya ikan lele dapat
beradaptasi menjadi sifat diurnal. Ikan lele termasuk dalam golongan ikan
pemakan segala (omnivora) tetapi cenderung pemakan daging (karnivora)
(Anonimous, 1992 dalam Fitriah, 2004). Sebagai alat bantu renang, lele memiliki
tiga buah sirip tunggal yaitu sirip punggung, sirip ekor, sirip dubur. Lele
juga memiliki sirip berpasangan yaitu sirip dada dan sirip perut. Sirip dada
dilengkapi dengan sirip yang keras dan runcing yang disebut dengan patil. Patil
ini berguna sebagai senjata dan alat bantu untuk bergerak (Khairuman dan Amri,
2002 dalam Fitriah, 2004).
b. Sperma
Spermatozoid atau sel sperma atau spermatozoa (berasal dari
Bahasa Yunani Kuno yang berarti benih dan makhluk hidup) adalah sel dari sistem
reproduksi jantan. Sel sperma akan membentuk zigot. Zigot adalah sebuah sel
dengan kromosom lengkap yang akan berkembang menjadi embrio. Peran aktif
spermatozoon sebagai gamet jantan sehingga penting pada keberhasilan munculnya
individu baru oleh karena itu di dalam reproduksi sering diperlukan adanya
standar kualitas spermatozoa. Analisis sperma yang dimaksud meliputi
pemeriksaan jumlah milt yang dapat distriping dari seekor ikan jantan masak
kelamin, kekentalan sperma, warna, bau, jumlah spermatozoa mati, motilitas
(bila mungkin kemampuan gerak per menit) dan morfologi (ukuran dan bentuk
kepala, ukuran ekor, berbagai penyimpangan, ada tidaknya akrosoma (Sherwood,
2001).
Sperma adalah sel yang diproduksi oleh organ kelamin jantan
dan bertugas membawa informasi genetik jantan ke sel telur dalam tubuh betina.
Spermatozoa berbeda dari telur yang merupakan sel terbesar dalam tubuh
organisme adalah gamet jantan yang sangat kecil ukurannya dan mungkin terkecil.
Spermatozoa secara struktur telah teradaptasi untuk melaksanakan dua fungsi
utamanya yaitu menghantarkan satu set gen haploidnya ke telur dan mengaktifkan
program perkembangan dalam sel telur (Guyton, 2006).
c. Fungsi larutan fisiologis, aquades, dan larutan ringer.
Praktikum analisis sperma menggunakan beberapa larutan,
antara lain:
1)
Larutan ringer yang berfungsi
sebagai larutan pengencer sperma sebelum spermadiamati.
2)
Larutan eter alkohol berfungsi
sebagai fiksator.
3)
Larutan Giemsa berfungsi sebagai
pewarna sperma
III. METODELOGI
a. Waktu dan Tempat
Praktikum ini
dilaksanakan pada hari Senin tanggal 06 Mei 2013 pukul 15.00 WIB bertempat di
Laboratorium Perikanan Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas
Lampung.
b. Alat dan Bahan
Alat-alat yang
digunakan dalam praktikum ini adalah object
glass, cover glass, cavity slide, pipet tetes, mikroskop, kertas tissue, tusuk
gigi, pengukurwaktu, haemositometer, spuit 1 ml, gelas beker 50 ml dan well
plate. Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum analisis sperma adalah ikan
lele jantan, miltikan, larutan NaCl fisiologi atau larutan Ringer, pewarna
giemsa atau eosin dan akuades.
c. Cara Kerja
1. Cara Stripping
a)
Ikan
dipegang dengan bagian dorsal ada di bawah dan bagian ventral menghadap ke atas,
b)
Tangan
kanan menutupi kepala, sedangkan tangan kiri menyangga ekor.
c)
Bagian
lubang urogenital dilap dengan tisu
d)
Abdomen
ikan diurut dari anterior ke arah posterior menuju lubang urogenital hingga
pada lubang tersebut keluar cairan berwarna putih susu (milt)
e)
Milt
yang keluar langsung disedot dengan menggunakan spuit injeksi tanpa jarum.
2. Volume
a)
Milt
ikan nilem yang tertampung pada spuit injeksi di ukur volumenya dengan langsung
membaca skalanya.
3. Warna
a)
Diamati
secara visual dengan latar belakang warna putih.
4. Bau
a)
Dibaui
dengan cara dikipas-kipaskan dengan tangan, jangan dihirup langsung.
5. pH
a)
Derajat
keasaman (pH) diukur dengan menggunakan kertas pH, dengan cara mencelupkan
kertas pH kedalam sampel sperma,
b)
Diamkan
beberapa saat,
c)
Kemudian
cocokkan perubahan warna yang terjadi dengan tabel.
6. Cara
pengenceran milt
a)
Sampel
sperma diambil 1 ml dimasukkan di dalam cawan
b)
Larytan
ringer sebanyak 9 ml dicampurkan ke dalam cawan (perbandingan antara sampel
dengan larutan pengenceran harus selalu 1:9)
c)
Diaduk-aduk
dengan menggunakan batang pengaduk sampai benar-benar homogeny
d)
Sperma
yang sudah diencerkan ini merupakan sperma dengan pengenceran 10 kali
e)
Sperma
pengenceran 10x diambil dengan menggunakan spuit yang lain sebanyak 1 ml
dimasukkan ke dalam cawan yang berbeda
f)
Larutan
ringer 9 ml dicampurkan ke dalam sperma tersebut
g)
Sperma
dengan pengenceran dua kali ini, merupakan sperma dengan pengenceran 100x
h)
Pengenceran
dilakukan lagi untuk mendapatkan sperma dengan pengenceran 1000x dan 10.000x
7. Motilitas
Spermatozoa
a.
Milt
yang sudah diencerkan 1000x diambil dengan menggunakan pipet tetes
b) Milt diteteskan di atas objek glass
b) Milt diteteskan di atas objek glass
b.
Ditetesi
dengan aquades, kemudian di homogenkan
c.
Ditutup
dengan cover glass dan diamati dengan menggunakan mikroskop
d.
Bergerak
atau tidak bergerak, ditentukan presentase motilitasnya.
8. Menghitung jumlah
total spermatozoa
a.
Milt
yang sudah diencerkan 10000x diambil dengan menggunakan pipet tetes
b.
Diteteskan
di bilik hitung Haemocytometer yang sudah ditutup dengan cover glass melalui
sela-sela paritnya
c.
Hitung
jumlah sperma menggunakan lima kotak sedang di dalam kotak besar yang di bagian
tengah
d.
Jumlah
total spermatozoa dihitung dengan Rumus : S total
spermatozoa = (Rata-rata 5 kotak sedang x pengenceran x 2,5.105)
sel/ml.
9. Morfologi sperma
a.
Sediaan
preparat apus spermatozoa dibuat dengan cara; Meneteskan sperma (pengenceran
100x)pada objek glass yang lain, yang diberdirikan dengan sudut 300.
Tetesan sperma diratakan dengan menyorongkan gelas objek lain tadi menjauhi
titik tetesan tersebut.
b.
Apusan
spermatozoa dibiarkan kering udara selama 5 menit
c.
Difiksasi
dengan larutan eter alkohol (1:1), selama 5 menit
d.
Ditetesi
dengan pewarna larutan Giemsa (pengenceran 20x), selama 30 menit
e.
Dibiarkan
kering udara
f.
Dicuci
dengan air mengalir
g.
Dibiarkan
kering udara
h.
Amati
dengan menggunakan mikroskop, spermatozoa dicari
i.
Spermatozoa
normal dan spermatozoa abnormal digambar
j.
Hitung
spermatozoa pada 5 lapang pandang yang berbeda
k.
Presentase
sperma normal dan abnormal ditentukan..
IV. PEMBAHASAN
Tabel 1. Analisis sperma ikan
analisis
|
hasil
|
pH
|
9
|
volume
|
0,3 ml
|
bau
|
Amis
|
Warna
|
Putih susu
|
X
|
2,7
|
Telah dilakukan
praktikum mengenai analisis sperma pada ikan lele. Adapun tujuan dari parktikum
ini yaitu untuk menentukan kualitas dan kuantitas sperma ikan lele (Clarias sp) baik secara makroskopis
maupun mikroskopis. Pengambilan sperma dilakukan dengan cara pembedahan pada
ikan yang selanjutnya gonad diambil lalu di keluarkan spermanya.
Hasil yang diperoleh kelompok kami dalam praktikum kali ini
secara makroskopis adalah sperma ikan lele (milt) dengan volume 0,3 ml setelah
kertas pH dicelupkan pada sampel sperma memiliki derajat keasaman yaitu 9.
Dilihat dari mata telanjang milt ikan lele berwarna putih susu dan setelah
dikipas-kipas milt ikan lele berbau khas
yaitu amis. Menurut Yatim (1982), bau sperma yang normal adalah khas,
tajam, tidak busuk. Bau itu berasal dari oksidasi spermin yang dihasilkan
prostat. Bau yang tidak khas mani, prostate tidak aktif atau ada gangguan.
Gangguan itu pada saluran atau kelenjar sendiri. Bau busuk oleh adanya infeksi
(Yatim, 1982)
Secara mikroskopis kami memprakirakan sperma ikan lele
mempunyai nilai motilitas 90% dan 10% untuk non motil. Hal ini dikarenakan
sampel yang kami amati telah lama berada di ruang terbuka sehingga sperma yang
kami amati telah banyak yang mati jadi tidak terlihat spermanya motil atau
tidak sehingga kami perkirakan sperma tersebut motil ,sebab walau dilihat dari
mikroskop sampel tidak bergerak tetapi belum tentu sampel tersebut telah
mati (Soeminto, 2002). Oleh karena itu kami tidak
dapat menentukan presentase sperma yang bergerak cepat dan lurus ke muka,bergerak
lambat tapi lurus, tidak bergerak maju, dan tidak bergerak sama sekali. Factor
sperma mati diantaranya karena terlalu lamanya sperma berada terpapar udara,
tidak samnya lingkungan sperma dengan lingkungannya, serta kualitas sperma yang
mungkin buruk.
Warna sperma hasil striping pada ikan lele( clarias sp) adalah putih susu, hal ini
menunjukkan bahwa sperma ikan lele yang digunakan pada praktikum adalah sehat.
Umumnya semen berwarna krem keputih-putihan atau hampir seputih susu.
Derajatnya keputihnya atau kekeruhannya sebagian besar tergantung pada
konsentrasi spermanya. Semakin keruh biasanya jumlah sperma per ml semen itu
semakin banyak. Semen yang berwarna hijau kekuning-kuningan biasanya banyak mengandung kuman
Pseudomonas auroginosa yang menandakan
adanya peradangan yang kronis dalam saluran reproduksinya. Semen yang berwarna merah atau kemerah-merahan
menandakan bahwa semen itu mengandung sedikit atau banyak darah (Partodiharjo,
1990).
Sperma ikan lele yang digunakan sebagai preparat dalam
praktikum kali ini mempunyai pH 9, karena menggunakan indikator pH kertas jadi
hasil yang diperoleh belum menunjukkan jumlah pH yang lebih valid. Sperma yang
normal mempunyai pH antara 7,2-7,8. PH yang kurang dari itu menunjukkan adanya
radang akut kelenjar kelamin atau epididymis. pH kurang dari 7,2 menunjukkan
adanya penyakit kronis pada kelenjar atau epididymis. PH rendah sekali
menunjukkan adanya gangguan atau aplasia pada vesicular seminalis atau ductus
ejaculatorius. PH dapat berubah satu jam sesudah ejakulasi (Yatim, 1982).
Dalam praktikum ini digunakan beberapa larutan, seperti
larutan Ringer,pewarna Giemsa, dan methanol. Pengenceran dengan larutan Ringer
dapat memperpanjang viabilitas spermatozoa di dalam milt menjadi sekitar 9-10
menit. Bila tidak hanya 5 menit saja. Dengan pewarna Giemsa, dapat dilihat
menggunakan mikroskop bahwa spermatozoa normal berbentuk oval atau bulat dengan
bagian ujung lebih terang dan bagian pangkal dekat leher lebih gelap (Soeminto,
2002).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Adapun kesimpulan
yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
Warna sperma hasil striping pada ikan lele (clrias sp) adalah
putih susu, hal ini menunjukkan bahwa sperma ikan lele yang digunakan pada
praktikum adalah sehat. Hasil pemeriksaan sperma menunjukkan bau amis, berarti
sperma yang dihasilkan normal. Volume hasil striping adalah 0,7 ml dari 1 ekor
ikan. Sperma ikan lele yang diamati menunjukkan pH 8. Perhitungan motilitas
spermatozoa ikan nilem diperoleh jumlah spermatozoa yang motil adalah 0%.
Adapun saran yang
dapat saya berikan yaitu sebaiknya lebih optimal lagi dan lebih efisien dalam
menjalankan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, A.C.
and Hall, J.E., 2006. Textbook of Medical Physiology. 11
th ed. Philadelphia, PA, USA.
Harijanto, A. 2006. Upaya
Maskulinisasi Induk Ikan Lele Dumbo Clarias
sp. Yang Telah Diovarktomi Parsial dengan Metode Implantasi Hormon
17 α- Metiltestosteron. Skripsi.
Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor.
Khairuman
dan Amri, Khairul. 2006. Budi Daya Ikan Lele Dumbo Secara Intensif. Gramedia.
Jakarta.
Najiyati,
Sri. 1992. Memelihara Lele Dumbo di Kolam Taman. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Swadaya. Jakarta.
Partodiharjo,
Soebadi. 1990. Ilmu Reproduksi Hewan. Mutiara Sumber Widya. Surabaya.
Sherwood L. 2001.
Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem (edisi ke-2). Jakarta : EGC : 601 – 606.
Soeminto.
2008. Buku dan Penunjuk Praktikum Struktur dan Perkembangan Hewan II. Universitas
Jenderal Soedirman. Purwokerto.
Suyanto,
S. Rachmatun. 2006. Budi Daya Ikan Lele. Penebar Swadaya. Jakarta.
Yatim, Wildan. 1994. Reproduksi dan Embryologi untuk Mahasiswa Biologi dan Kedokteran.
Tarsito. Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar