KASUS GENETIKA KUALITATIF PADA IKAN
(Laporan Praktikum Genetika pada Ikan)
Oleh :
WIDI INDRA KESUMA
1114111058
JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2013
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sifat-sifat
Mendel klasik yang dijumpai dalam bab-bab terdahulu bersifat kualitatif, yaitu
sifat-sifat yang mudah digolongkan ke dalam kategori fenotip yang jelas.
Fenotip-fenotip yang jelas ini berada di bawah kendali genetik dari hanya satu
atau beberapa gen dengan sedikit atau tanpa modifikasi-modifikasi lingkungan
yang mengaburkan pengaruh-pengaruh gennya (Stansfield, 1991).
Biasanya
kita beranggapan bahwa suatu kelas fenotip itu selalu mudah dibedakan dari
kelas fenotip yang lain. Akan tetapi bila diperhatikan dengan baik, dalam
kenyataannya kelas fenotip tadi tidak dapat dibedakan semudah itu. Sebabnya
karena seringkali masih dapat diketahui adanya beberapa variasi di dalam suatu
kelas fenotip. Misalnya saja kulit hitam pada orang ada yang hitam sekali,
hitam biasa, sawo matang (Suryo, 2005).
Pewarisan
karakter kualitatif mudah dibedakan karena masing-masing mempunyai populasi
yang jauh berbeda. Di lain pihak tertentu ada kelompok antara yang sukar
dikategorikan. Kelompok ini mewakili zona transisi diantara kedua sistem
pewarisan karakter dan termasuk bentuk antara yang diwariskan karena pengaruh
interaksi lingkungan yang memungkinkan adanya sejumlah genotip yang
diekspresikan pada bentuk fenotipnya (Agus, Rosana dan Sjafaraenan, 2013).
Menurut
Nasir (2001) karakter kualitatif merupakan wujud fenotipe yang saling
berbeda tajam antara satu dengan yang lain secara kualitatif dan
masing-masing dapat dikelompokkan dalam bentuk kategori.
Oleh
karena genetika kualitatif merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam
genetika ikan. Maka dilakukanlah praktikum ini untuk mengetahui beberapa kasus
dalam genetika kualitatif dan bagaimana secara genetic hal tersebut terjadi.
Tinjauan Pustaka
Gen
adalah unit terkecil bahan penyusun sifat menurun. Besarnya diperkirakan 4-50ยต.
Istilah gen pertama kali diperkenalkan oleh W.Johansen (1909), sebagai
pengganti istilah faktor keturunan atau elemen yang dikemukakan oleh Gregor
Mendel. Gregor Mendel telah berasumsi tentang adanya suatu bahan yang terkait
dengan suatu sifat atau karakter
yang dapat diwariskan. Ia menyebutnya 'faktor'.
Pada tahun 1910, Thomas Hunt
Morgan menunjukkan bahwa gen
terletak di kromosom.
Selanjutnya, terjadi 'perlombaan'
seru untuk menemukan substansi
yang merupakan gen. Banyak penghargaan Nobel yang kemudian jatuh pada peneliti
yang terlibat dalam subjek ini (Nuraini, 2008).
Individu
memiliki dua macam kromosom yaitu autosom dan seks kromosom. Karena itu
biasanya individu jantan dan betina memiliki kromosom yang sama oleh karena itu
sifat keturunan yang ditentukan oleh gen pada autosom akan diwariskan dari
orang tua pada anak-anaknya tanpa membedakan seks. Contohnya seperti albino,
warna mata, bentuk rambut, dan polidaktili dapat diwariskan, tapi
keturunan pada F1 dan F2 tidak pernah disebut jenis kelaminnya dan jenis
kelamin itu tidak mempengaruhi terhadap sifat-sifat tersebut.( Suryo.1990: 202).
Perkembangan
sejumlah penanda molekuler (DNA Marker) dewasa ini telah
memungkinkan untuk melakukan identifikasi terhadap perubahan-
perubahan genetik yang terjadi dalam suatu persilangan serta
hubungannya dengan perubahan sifat kuantitatif dan sifat kualitatif.
(Maskur,2003).
Menurut Nasir (2001) karakter
kualitatif merupakan wujud fenotipe yang saling berbeda tajam antara satu
dengan yang lain secara kualitatif dan masing-masing dapat dikelompokkan
dalam bentuk kategori. Ciri yang dapat digunakan untuk membedakan
karakter kualitatif dan karakter kuantitatif menurut (Allard, 1960 dan
Burns,1976) adalah sebagai berikut:
1. Pada karakter kualitatif terdapat
ragam terputus pada kurva sebaran frekuensi dengan munculnya
kembali ragam tetua di dalam generasi bersegregasi (F2, BC, F3), dan
munculnya kembali salah satu ragam tetua bila terdapat pengaruh dominansi
penuh dalam generasi F1.
2. Pada karakter kuantitatif terdapat
ragam kontinu pada kurva sebaran frekuensi di dalam generasi bersegrerasi
(F2, BC, F3) dengan ragam F2 (VF2) yang Lebih besar dari ragam F1
(VF1). Pada penelitian pewarisan suatu karakter, sering diperlukan
analisis segregasi dari populasi yang bersegregasi (populasi F2).
Sifat-sifat
Mendel klasik yang dijumpai dalam bab-bab terdahulu bersifat kualitatif, yaitu
sifat-sifat yang mudah digolongkan ke dalam kategori fenotip yang jelas.
Fenotip-fenotip yang jelas ini berada di bawah kendali genetik dari hanya satu
atau beberapa gen dengan sedikit atau tanpa modifikasi-modifikasi lingkungan
yang mengaburkan pengaruh-pengaruh gennya (Stansfield, 1991).
Manfaat Genetika
Fenotif Kualitatif sebagai berikut :
1. Agar kita
dapat mengetahui sifat-sifat keturunan kita sendiri atau setiap makhluk yang
berada disekitar lingkungan kita
2. Memberikan
informasi ilmiah kepada masyarakat tentang pengertian dari genetika fenotif
kualitatif serta komponen apa saja yang menyusun genetika fenotif kualitatif
3. Menyusun dan
menentukan program hibridisasi (kawin silang) sehingga mendapatkan keturunan
yang memiliki sifat-yang baik (bibit unggul)
4. Meningkatkan
produksi melalui penyeleksian berdasarkan kualitasnya
5. Mengeliminir
(membuang) allel (sifat) yang dapat menurunkan produktifitas dan mengambil
allel yang dapat meningkatkan produktifitasnya
6. Mengetahui
sifat-sifat fenotif yang diturunkan dari induk ke anaknya
7. Mendapatkan
individu dengan sifat-sifat fenotif (warna, bentuk, sirip, tipe sisik, dll)
yang kita inginkan
8. Meningkatkan
nilai jual suatu organisme dengan jalan merubah sifat fenotifnya
9. Merekayasa
organisme sehingga dapat dibudidayakan dilingkungan yang bukan habitat aslinya
(Wipiadi, 2011).
BAHAN DAN METODE
Bahan
Adapun
bahan yang diperlukan dalam praktikum ini yaitu:
a.
Buku bahan ajar: Dasar-dasar Genetika Ikan dan Pengembangbiakan, Westra,
1994, UNAIR Press.
b.
Soal pemahaman genetika yang berisi:
1.
Ikan
mas berpigmen normal dikawinkan dengan ikan mas bergaris kuning pada spinal
dorsal. Persentase fenotip dominan dan resesif yang muncul adalah?
2.
Ikan
guppy spina normal abu-abu dikawinkan dengan ikan guppy spina bengkok blondi.
Berapa persen didapatkan spina normal blondi?
3.
Ikan
cupang (Siamese fighting fish) warna biru gelap dikawainkan dengan warna hijau.
Berapa yang menghasilan warna biru logam?
4.
Ikan
cupang biru mengkilat dikawinkan dengan ikan cupang hijau. Bagaimana hasil
rasio progeni untuk genotip dan fenotipnya. Mana yang merupakan galur murni?
5.
Ikan
rainbow trout golden dipijahkan dengan ikan rainbow trout palomino.Lengkapi (%)
bahwa pigmen golden menjadi galur murni dibandingkan palomino.
6.
Ikan
guppy GgCucu dikawinkan ikan guppy Ggcucu. Ada berapa perbedaan fenotip yang
muncul?
7.
Stok
ikan molly didomestikasi dengan warna MMNn; MmNN; mmNN. Fenotip yang muncul
adalah?
Metode
Adapun
metode yang dilakukan dalam praktikum ini yaitu dengan menjawab 7 soal yang
diberikan sebagai data dengan mengacu pada tabel fenotip yang dipengaruhi oleh
gen tunggal otosom dengan aksidominan lengkap dan tabel genetika kualitatif dari
buku Dasar-dasar Genetika Ikan dan Pengembangbiakan oleh Westra (1994) terbitan
UNAIR Press.
Langkah
dalam proses mengerjakan soal tersebut yaitu:
a.
Menentukan parental dari masing-masing
individu.
b.
Menentukan fenotipe dan gamet pada
masing-masing individu.
c.
Menentukan hasil persilangan berupa F1.
d.
Menentukan hasil persilangan berupa F2.
e.
Menentukan hasil rasio fenotip dan
genotip.
f.
Menghitung hasil persentase persilangan
dengan rumus, :
x 100%
HASIL PERHITUNGAN
1.
Ikan
mas berpigmen normal dikawinkan dengan ikan mas bergaris kuning pada spinal
dorsal.
P :
♀ DD >< dd ♂
F1 :
|
D
|
D
|
d
|
Dd
|
Dd
|
d
|
Dd
|
Dd
|
Rasio genotip : 4 Dd
Rasio fenotip : 4 ikan mas berpigmen
garis kuning pada spinal dorsal
Persentase : 100% ikan mas berpigmen garis kuning
pada spinal dorsal.
Persentase fenotip dominan dan resesif yang muncul adalah
Fenotip
dominan: 100%
Fenotipe
resesif: 0%
2.
Ikan
guppy spina normal abu-abu dikawinkan dengan ikan guppy spina bengkok blondi.
P : ♀ SnB ><
Scb ♂
F1 :
|
Scb
|
Scb
|
SnB
|
SnScBb
|
SnScBb
|
SnB
|
SnScBb
|
SnScBb
|
F2 : SnScBb >< SnScBb
|
SnB
|
ScB
|
Snb
|
Scb
|
SnB
|
SnB SnB
|
ScB SnB
|
Snb SnB
|
Scb SnB
|
ScB
|
SnB ScB
|
ScB ScB
|
Snb ScB
|
Scb ScB
|
Snb
|
SnB Snb
|
ScB Snb
|
Snb Snb
|
Scb Snb
|
Scb
|
SnB Scb
|
ScB Scb
|
Snb Scb
|
Scb Scb
|
Diketahui
bahawa genotip ikan guppy spina normal blondi adalah Snb, jadi dari persilangan
tersebut yang menghasilkan genotip ikan guppy spina normal blondi yaitu SnbSnb,
SnbScb, dan SnbScb.
Ada
3 genotip yang menghasilkan genotip ikan guppy spina normal blondi:
3/16
x 100% = 18, 75%
Jadi
yang didapatkan spina normal blondi sebesar 18,75%.
3.
Ikan
cupang (Siamese fighting fish) warna biru gelap dikawinkan dengan warna hijau.
P : ♀ VV ><
vv ♂
F1 :
|
V
|
V
|
v
|
Vv
|
Vv
|
v
|
Vv
|
Vv
|
Rasio
genotip : 4 Vv
Rasio
fenotip : 4 ikan berwarna biru logam.
Persentase : 100% ikan berwarna biru logam.
4.
Ikan
cupang biru mengkilat dikawinkan dengan ikan cupang hijau
P : ♀ VV ><
vv ♂
F1 :
|
V
|
V
|
v
|
Vv
|
Vv
|
v
|
Vv
|
Vv
|
Rasio
genotip : 4 Vv
Rasio
fenotip : 4 ikan berwarna biru .
Persentase : 100% ikan berwarna biru.
Rasio
progeny:
Ragam silangan
|
Rasio genotip
|
Rasio fenotip
|
SB (VV) x Hi (vv)
|
Semua Vv
|
Semua Bi(biru)
|
Persilangan
tidak menghasilkan galur murni.
5.
Ikan
rainbow trout golden dipijahkan dengan ikan rainbow trout palomino.
P : ♀ G’G’ ><
G’G ♂
F1 :
|
G’
|
G’
|
G’
|
G’G’
|
G’G’
|
G
|
G’G
|
G’G
|
Rasio
genotip : 2 G’G’ dan 2 G’G
Rasio
fenotip : 2 ikan rainbow trout
golden
dan 2 ikan rainbow trout palomino.
Persentase : 50% ikan rainbow trout golden dan 50% ikan rainbow trout
Palomino
Jadi, 50% yang merupakan golden adalah
galur murni.
6.
Ikan
guppy GgCucu dikawinkan ikan guppy Ggcucu
P : ♀ GgCucu >< Ggcucu ♂
F1 :
|
Gcu
|
Gcu
|
gcu
|
gcu
|
GCu
|
Gcu GCu
|
Gcu GCu
|
gcu GCu
|
gcu GCu
|
gCu
|
Gcu gCu
|
Gcu gCu
|
gcu gCu
|
gcu gCu
|
Gcu
|
Gcu Gcu
|
Gcu Gcu
|
gcu Gcu
|
gcu Gcu
|
gcu
|
Gcu gcu
|
Gcu gcu
|
gcu gcu
|
gcu gcu
|
Rasio genotype: 2 GGCucu : 4 GgCucu : 2
ggCucu : 2 GGcucu : 4 Ggcucu : 2 ggcucu
Rasio fenotipe: 2 abu abu duri punggung
normal : 4 abu abu duri punggung normal : 2 emas duri punggung normal : 2 abu
abu duri punggung bengkok : 4 abu abu duri punggung bengkok : 2 emas duri
punggung bengkok.
Jadi
perbedaan fenotip yang muncul ada 4 yaitu abu abu duri punggung normal, emas
duri punggung normal, abu abu duri punggung bengkok, dan emas duri punggung
bengkok.
7.
Stok
ikan molly didomestikasi dengan warna MMNn; MmNN; mmNN.
Genotip
MMNn (3 gen +).
Genotip
MmNN (3 gen +).
Genotip
mmNN (2 gen +).
Dengan
aksi gen aditif meskipun terdapat jumlah gen plus yang sama maka ikan-ikan
tersebut masih dapat dibedakan fenotipnya, khususnya pada usia muda. Pada usia dewasa (mature), maka bila genotip
memiliki jumlah gen plus sama akan memberikan fenotip yang sama.Genotip MMNn
dan MmNN memiliki jumlah gen plus yang sama maka akan memiliki fenotip yang
sama. Sedangkan mmNN memiliki jumlah gen plus berbeda sehingga akan menghasil
genotip yang berbeda dari genotip MMNn dan MmNN.
Fenotip
yang muncul dari genotip MMNn dan MmNN yaitu hitam agak gelap dan iris hitam,
setelah dewasa semua hitam gelap dan sedangkan fenotip yang muncul dari genotip
mmNN yaitu bertitik-titik hitam, iris terang setelah dewasa titik hitam menjadi
lebih lengkap.
PEMBAHASAN
Telah
dilakukan praktikum dengan perhitungan hasil persilangan dalam menentukan kasus
yang terjadi pada genetika kualitatif ikan. Dengan mengerjakan dan menjawab
soal yang telah diberikan sebagai bahan dalam praktikum ini maka akan
diketahaui bagaimana persilangan suatu jenis ikan terjadi, serta dapat
menentukan jenis ikan hasil persingan serta menentukan hasil yang terjadi pada
genetika kualitatif ikan.
Genetic
kualitatif merupakan salah satu keragaman pada individu yang disebabkan oleh
aksi beberapa pasang gen saja yang mempengaruhi sifat/fenotip kualitatif. Pada
ikan juga hewan lain, pewarisan kualitatif menghasilkan beberapa kelas saifat
yang bersifat diskret, atau dapat dikategorikan dalam berbagai sifat yang
berbeda (Westra, 1994).
Dari
perhitungan pada kasus genetika kualitatif dari hasil nomor satu bahwa Ikan mas berpigmen normal dikawinkan dengan ikan mas
bergaris kuning pada spinal dorsal menghasilkan 100% ikan
dengan garis kuning pada spina dorsal. Diketahui bahwa ikan mas bergaris kuning
pada spina dorsal bersifat dominan terhadap sifat lain, sehingga yang diperoleh
yaitu persentase fenotip dominan adalah 100% sedangkan persentase fenotip
resesif adalah 0%.
Pada
soal nomor dua diketahui bahwa, Ikan
guppy spina normal abu-abu dikawinkan dengan ikan guppy spina bengkok blondi.
Persilangan ini merupakan persilangan dihibrid, dimana persilangan menggunakan
dua sifat yang beda. Parental dari masing-masing induk adalah SnB dan Scb.
Kemudian disilangkan menghasilkan F1 berupa SnScBb. Lalu hasil F1 disilangkan
kembali untuk menghasilkan F2. Dari hasil persilangan F1 akan menhasilkan 16
individu yang dapat dikelompokkan menjadi 4 kelas fenotip, dengan rasio
masing-masing 9 : 3 : 3 : 1. Ikan dengan spina normal blondi berjumlah 3 ikan
yaitu dengan genotip SnSnbb, SnScbb, dan SnScbb. Sehingga didapat bahwa
persentase didapatkan ikan dengan fenotip spina normal blondi adalah 18,75%.
Pada
soal ketiga diketahui bahwa Ikan
cupang (Siamese fighting fish) warna biru gelap dikawainkan dengan warna hijau.
Alel V bersifat dominan dan alel v bersifat resesif. Sifat biru gelap pada alel
tersebut dilambangkan dengan alel D, sedangkan alel resesif adalah d yang
menunjukkan ikan berwarna hijau. Dari hasil perhitungan didapat bahwa semua
ikan (100%) hasil keturunan tersebut memiliki warna biru logam. Hal ini
menunjukkan bahwa alel dominan D lebih mendominasi gamet dibanding dengan alel
d yang bersifat resesif pula, sehingga dapat diketahui pasti bahwa gen dominan
akan lebih sering muncul pada keturunan hasil persilangan tersebut. Tetapi
dalam kasus ini terdapat pengecualian yaitu dimana alel Vv akan menghasilkan
warna berupa biru logam, dimana aksi tersebut disebut dengan dominan tidak
lengkap (semi dominan). Dominan tidak lengkap merupakan bentuk dominasi lain
terjadi bila gen yang dominan mengekspresikan dirinya lebih kuat dibandingkan
dengan gen resesif, namun tidak kuat betul sehingga fenotip heterosigonus tidak
identik dengan homosigonus dominan (Westra, 1994).
Pada
soal nomor empat dijelaskan bahwa Ikan
cupang biru mengkilat dikawinkan dengan ikan cupang hijau.
Persilangan tersebut sama seperti dengan nomor tiga, dimana hasil yang didapat
semua ikan (100%) berwarna biru. Ragam silang yang terjadi yaitu SB (VV) x Hi
(vv) yang akan menghasilkan rasio progeny berupa rasio genotip semua Vv dan
rasio fenotip semua Bi (biru).
Pada
soal kelima dapat diketahui Ikan
rainbow trout golden dipijahkan dengan ikan rainbow trout palomino.
Ikan dengan warna golden merupakan galur murni. Dari hasil persilangan dihasilkan
bahwa 50% ikan bewarna golden dan 50% ikan berwarna palmino. Sehingga dapat
simpulkan bahwa 50% yang merupakan golden adalah galur murni. Persilangan
tersebut merupakan persilangan alel gen aditif, hal tersebut terjadi bila tidak
ada allele yang dominan, namun memberikan kontribusi fenotip yang sama terhadap
fenotip yang dengan genotip heterosigous (Westra, 1994).
Pada
soal keenam dapat diketahui bahwa Ikan
guppy GgCucu dikawinkan ikan guppy Ggcucu. Persilangan ini
merupakanpersilangan aksi gen ganda (dihibrid), dimana persilangan menggunakan
dua sifat yang beda. Parental dari masing-masing induk disilangkan untuk
mendaptkan F1. Lalu hasil F1 disilangkan kembali untuk menghasilkan F2. Dari
hasil persilangan F1 akan menhasilkan 16 individu yang dapat dikelompokkan
menjadi 4 kelas fenotip. Rasio genotype yang terjadi pada persilangan tersebut
yaitu 2 GGCucu : 4 GgCucu : 2 ggCucu : 2 GGcucu : 4 Ggcucu : 2 ggcucu. Sedangkan rasio fenotipeyang
dihasilkan yaitu 2 abu abu duri punggung normal : 4 abu abu duri punggung
normal : 2 emas duri punggung normal : 2 abu abu duri punggung bengkok : 4 abu
abu duri punggung bengkok : 2 emas duri punggung bengkok. Jadi perbedaan
fenotip yang muncul ada 4 yaitu abu abu duri punggung normal, emas duri
punggung normal, abu abu duri punggung bengkok, dan emas duri punggung bengkok.
Pada
soal ketujuh yang diketahui bahwa Stok
ikan molly didomestikasi dengan warna MMNn; MmNN; mmNN.
Dalam domestifikasi ini, hal yang terjadi yaitu aksi gen aditif, dimana aksi
gen ini termasuk dalam aksi gen otosom ganda seperti dihibrid, trihibrid, atau
lebih. Tidak saja dipengaruhi oleh satu gen(gen tunggal) tetapi oleh banyak gen
yang berinteraksi dan masing-masing memberikan kontribusinya terhadap ekspresi
fenotip (Westra, 1994).
Genotip
MMNn memiliki 3 gen +, genotip MmNN memiliki 3 gen +, sedangkan mmNN memiliki 2
gen +. Dengan aksi gen aditif meskipun
terdapat jumlah gen plus yang sama maka ikan-ikan tersebut masih dapat
dibedakan fenotipnya, khususnya pada usia muda.
Pada usia dewasa (mature), maka bila genotip memiliki jumlah gen plus
sama akan memberikan fenotip yang sama. Jadi pada genotype MMNn dan MmNN yang
memiliki jumlah gen plus sama (3 gen +) pada ikan dewasa tidak dapat dibedakan
yaitu yang memiliki fenotip hitam agak gelap dan iris hitam, setelah dewasa
semua hitam gelap. Sedang pada ikan genotip mmNN yang memiliki jumlah gen plus
beda (2 gen +) memiliki perbedaan dengan yang lain yang menghasilkan fenotip
bertitik-titik hitam, iris terang setelah dewasa titik hitam menjadi lebih
lengkap. Sehingga dapat disimpulkan bahwa fenotip yang muncul dari
domestifikasi tersebut ada dua yaitu fenotip hitam agak gelap dan iris hitam,
setelah dewasa semua hitam gelap dan fenotip bertitik-titik hitam, iris terang
setelah dewasa titik hitam menjadi lebih lengkap.
DAFTAR PUSTAKA
Agus,
Rosana dan Sjafaraenan.2013. Penuntun Praktikum
Genetika. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Maskur. 2003. Identifikasi Genetik
dengan menggunakan Marker Mikrosatelit dan hubungannya dengan sifat kuantitatif
pada Sapi. Http://respository IPB.ac.id. Diakses pada Mei 2013.
Nasir. 2001. Pengantar pemuliaan
tanaman. Universitas Malang. Malang.
Nuraini. Tuti. 2008. Genetika Dasar
(Mendelisme), http://shiroi-kiba.blogspot.com.
Diakses pada Mei 2013.
Stansfield.
W. D. 1991.
Genetika. Erlangga. Jakarta.
Suryo.
1990. Genetika Manusia. Gajah
Mada University Press. Yogyakarta.
Westra.
1994. Dasar-dasar Genetika Ikan dan
Pengembangbiakan. UNAIR Press. Surabaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar