BAB
III. MAKROBENTOS
A. Pendahuluan
1. Latar
Belakang
Di
dalam perairan laut terdapat berbagai macam organisme yang memiliki ukuran
bermacam-macam. Beberapa di antaranya dapat berupa bentik atau bentos. Bentik
adalah organisme perairan yang sebagian besar atau seluruh hidupnya
berada di dasar perairan. Bentos dibedakan menjadi 3 yaitu makrobentos,
meiobentos, dan mikrobentos. Makrobentos terdiri dari epifauna dan
infauna. Organisme ini hidup melekat (sesil), merayap, atau bergerak bebas
(vigil). Keanekaragaman dari jenis bentos disebabkan oleh adanya dominasi
substrat-substrat tertentu sehingga memunculkan jenis-jenis bentos yang
homogen.
Organisme
yang hidup di bagian dasar lautan dikenal sebagai benthos. Termasuk di dalamnya
seluruh hewan-hewan dan tumbuh-tumbuhan yang hidup pada daerah-daerah yang
masih dipengaruhi oleh air pasang (daerah littoral), daerah continental shelf
(sublittoral) dan yang tinggal di laut yang sangat dalam (daerah bathyl dan
abyssal) (Hutabarat, 2008).
Benthos
adalah organisme yang hidup di bagian dasar lautan. Termasuk di dalamnya adalah
seluruh hewan-hewan dan tumbuh-tumbuhan yang hidup pada daerah-daerah yang
masih dipengaruhi oleh air pasang (daerah littoral), daerah continental shelf
(sublittotal) dan yang tinggal di laut yang sangat dalam yaitu daerah bathyl
dan abyssal (Hutabarat, 2008).
Bermacam-macam jenis hewan
invertebrate, banyak dijumpai di dalam benthos. Mereka mempunyai kisaran ukuran
yang sangat luass yaitu dari yang berukuran sebesar protozoa sampai kepada yang
berukuran sebesar crustacean dan molusca. Ukuran ini kadang-kadang dipakai
sebagai dasar untuk mengklasifikasikan mereka (Hutabarat, 2008).
2. Tujuan
Mempelajari kelimpahan, kepadatan
serta identifikasi makrobentos yang ditemukan.
B. Tinjauan
Pustaka
Hewan bentos yang hidup relatif menetap di dasar
perairan, merupakan indikator biologi yang baikdalam pengkajian kualitas
perairan, karena dengan hidup di dasar perairan maka hewan bentos akan kontak
langsung dengan berbagai limbah yang ada pada habitat mereka (Oey, et al 1978).
Menurut Rosenberg dan Reshi (1993) hewan bentos yang dapat digunakan sebagai
indikator perubahan keadaan lingkungan perairan dikenal sebagai makrozoobentos.
Makro bentos yang merupakan hewan yang sebagian besar
atau seluruh siklus hidupnya ada di dasar perairan, maka hewan ini memegang
peranan penting di perairan (Odum 1993). Montogna et all (1989) menambahkan
bahwa dalam ekosistem petrairan makrobentos berperan besar sebagai salah satu
mata rantai penghubung dalam aliran energi dan siklus darin alga planktonik
sampai konsumen tibgkat tinggi.
Zoobentos berperan dalam proses
dekomposisi materi organik. Hewan
bentos dapat menghancurkan makrofit akuatik yang hidup maupun mati dan serasah
yang masuk ke dalam perairan menjadi potongan yang lebih kecil sehingga
mempermudah mikroba untuk menguraikannya menjadi nutrien bagi produsen
perairan. Menurut Pennak (1978) dan Green and Hubnes (1978) jenis zoobentos
dibedakan berdasarkan peranannya dalam perairan maka dibedakan menjadi konsumen
primer dan konsumen sekunder atau konmsumen yang menempati tempat lebih tinggi
yang merupakan makanan alami ikan.
Zoobentos dapat dikelompokan kedalam mikrozoobentos dan
makrozoobentos.. Menurut cummins (1975) makrobentos dapat mencapai ukuran tubuh
sekurang-kurangnya 3-5 mm pada saat pertumbuhan maksimum. Berdasarkan
keberadaan zoobentos maka Barnes dan Hughes (1999) dan Nybakken (1977)
menyatakan bahwa makrobentos yang hidup merayap di dasar perairan disebut
epifauna sedangkan yang hidup pada substrat lunak di dalam lumpur disebut
infauna.
Kuantitas dari hewan bentos sangat dipengaruhi oleh
kulitas air dan substrat tempat hidupnya, hal ini disebabakan karena hewan
bentos merupakan organisme dasar perairan. Menurut teori Shelford (Odum 1993)
bahwa makrobentos dapat bersifa toleran maupun bersifat sensitif terhadap
perubahan lingkungan. Semakin tinggi kisaran toleransi semakin luas penyebaran
hewan bentos dan sebaliknya. Kuantitas penyebaran makrobentos dipengaruhi oleh
faktor lingkungan baik abiotik maupun biotik. Faktor abiotik lingkungan
meliputi faktor fisika dan kimia. Mnurut Hawkes (1978)mengemukakan 14 faktor
yang mempengaruhi keberadaan hewan bentos di perairan, 9 diantaranya merupakan
faktor penentu kualitas air. Faktor fisika-kimia yang mempengaruhi kehidupan
makrobentos adalah penetrasi cahaya, yang mempengaruhi suhu air, substrat
dasar, kandungan unsur kimia seperti DO, pH, nutrien. Adapun faktor biologis
yang mempengaruhi kehidupan makropbentos adalah interaksi spesis serta pola
siklus hidup makrobentos.
Hellwel (1986) , Rosenberg and Wiens (1989), dan
Rosenberg and Resh (1993) menyatakan bahwa karateristik ideal dari jenis
organisme yang bisa dijadikan sebagai indikator adalah :
a. Mudah
diidentifikasi
b. Tersebar secara
kosmopolit
c. Kelimpahan dapat
dihitung
d. Variabilitas ekologa dan
geneti rendah
e. Ukuran tubuh
relatif besar
f. Mobolitas terbatas
dan masa hidup relatif lama
g. Karakteristik ekologi
diketahui dengan baik
h. Terintegrasi dengan kondisi
lingkungan
i. Cocok
digunakan oada studi laboratorium
Secara global semua anggota dari sebuah komunitas
haruslah dipandang sebagai indikator potensial akan kualitas air dan
dicantumkan dalam peragaan monitoring biologis. Kelompok yang umumnya
dikerahkan sebagai indikator adalah fauna makro invertebrata (makrobentos).
Mereka punya banyak karakteristik yang diminta dari organisme indikator (Abel
,1989).
Spesies indikator merupakan organisme yang dapat
menunjukkan kondisi lingkungan secara akurat yang juga dikenal dengan
bioindikator. Tesky (2002), Via-Norton, A. Maher dan D. Hoffman (2002)
membedakan indikator khususnya perairan tawar berdasarkan kualitas perairan
adalah :
a. Indikator untuk
perairan yang berkualitas baik.
b. Indikator untuk perairan
yang berkualitas sedang.
c. Indikator untuk
perairan yang berkulitas buruk.
Bermacam-macam
jenis hewan invertebrate, banyak dijumpai di dalam benthos. Mereka mempunyai
kisaran ukuran yang sangat luass yaitu dari yang berukuran sebesar protozoa
sampai kepada yang berukuran sebesar crustacean dan molusca. Ukuran ini
kadang-kadang dipakai sebagai dasar untuk mengklasifikasikan mereka (Hutabarat,
2008).
·
Microfauna istilah ini dipakai untuk
menerangkan hewan-hewan yang mempunyai ukuran lebih kecil dari 0,1 mm. seluruh
protozoa termasuk dalam golongan ini.
·
Meiofauna adalah golongan
hewan-hewan yang mempunyai ukuran antara 0,1 mm sampai 1,0 mm. Ini termasuk
golongan protozoa berukuran besar , Cnidaria, cacing-cacing berukuran kecil dan
beberapa crustacean yang berukuran sangat kecil.
·
Macrofauna meliputi
hewan-hewan yang mempunyai ukuran lebih besar dari 1,0 mm. Ini termasuk
echinodermata, crustacean, annelid, molusca,dan anggota beberapa phylum lainnya
(Hutabarat, 2008).
C. Metodelogi
1. Waktu
dan Tempat
Hari/tanggal
: 18-19 Mei 2013
Waktu : 08.00 - selesai
Tempat : Pulau Tegal
2. Alat
dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan adalah
sebagai berikut:
·
Kuadran
transek
·
Saringan
berukuran 0,5mm
·
Plastic
sampel
·
Formalin
4%
·
Alohol
70%
·
Alat
tulis
·
Masker
dan snorkel
·
Buku
identifikasi
·
Tali
raffia dan pelampung
3. Cara
Kerja
Identifikasi Makrobentos
a.
Catat
waktu pengamatan
b.
Tarik
garis lurus sepanjang pantai
c.
Letakkan
kuadra transek sepanjang garis yang ditentukan
d.
Sampel
sedimen diambil dengan corlsampler
e.
Lalu
disaring dengan saringan
f.
Makrobentos
yang ditemukan di masukkan dalam kantung plastic lalu diberi formalin.
g.
Sample
kemudian dibawa kelaboratorium untuk diamatai
Penghitungan kepadatan
a.
Catat
waktu pengamatan
h.
Tarik
garis lurus sepanjang pantai
b.
Letakkan
kuadra transek sepanjang garis yang ditentukan
c.
Dalam
kuadran transek, catat spesies dan hitung jumlah dari masing-masing spesies.
d.
Lalu
hitungkelimpahan dan kepadatannya.
D. Hasil
dan Pembahasan
1. Hasil
Pengamatan
Jenis
|
Jumlah Individu Dalam Kuadran
|
Jumlah Total Individu
|
Jmlah Kuadran Tempat Di Temukan Spesies
|
Jumlah Kuadran Yang Digunakan
|
Kelimpahan
|
Kepadatan
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||||||
Right Handed Snail
|
3
|
4
|
4
|
2
|
2
|
15
|
5
|
5
|
3
|
3
|
Left handed snail
|
1
|
|
|
1
|
|
2
|
2
|
5
|
1
|
0,4
|
Sea grass
|
|
1
|
1
|
|
1
|
3
|
3
|
5
|
1
|
0,6
|
Crustacea
|
|
|
|
1
|
|
1
|
1
|
5
|
1
|
0,2
|
Mussel
|
|
|
|
3
|
|
3
|
1
|
5
|
3
|
0,6
|
Echinodermata
|
|
1
|
|
|
|
1
|
1
|
5
|
1
|
0,2
|
2. Pembahasan
Telah dilakukan praktikum mengenai
kelimpahan makrobentos di pulau tegal. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk
mempelajari kelimpahan, kepadatan serta identifikasi makrobentos yang ditemukan
di perairan tersebut. Praktikum ini menggunakan transek kuadran, corlsampler
dan sareingan.
Perlakuan pada praktikum ini yaitu
pembuatan transek kuadrat bertujuan untuk memudahkan dan membatasi jumlah
pengambilan bentik yang akan dianalisis. Pemberian label pada kantong
plastik berisikan sampel saat berada pada tempat pengambilan sampel sangatlah
penting karena tiap sampel yang diambil nantinya tidak tertukar dengan jenis
sampel yang lainnya. Pemberian buffered formalin 5% yang bertujuan mengawetkan
tubuh bentos dari sampel yang telah didapat agar tubuhnya tidak mengalami
kerusakan saat diidentifikasi. Pada perlakuan analisis sampel, digunakan
saringan. Saringan yang digunakan yaitu dengan ukuran 2.0 m. Saringan 2.0 mm
digunakan untuk menyaring makrobenthos, karena makrobenthos berukuran lebih
dari 1.0 mm.
Dominasi (kerapatan) suatu spesies
digunakan indeks dominansi (D). Menurut Odum (1993) Jika hasil = 1, menunjukkan
hanya satu spesies yang dominan pada suatu komunitas, sedangkan jika hasil = 0,
menunjukkan bahwa spesies pada suatu komunitas tidak ada yang dominan. Pada
hasil perhitungan didapatkan nilai D. Berdasarkan perhitungan indeks dominasi
spesies di pulau Tegal menunjukan bahwa spesies pada suatu komunitas tersebut
tidak ada yang dominan karena hasil perhitungan didapat nilai D=0.
Pulau Tegal merupakan perairan yang
dikatakan tercemar ringan dilihat dari nilai keragaman makrobenthos yang berada
pada perairan tersebu. Makrobenthos mampu mendiami Pulau Tegal karena faktor
fisikokimia seperti nilai pH, temperatur, kadar oksigen terlarut, dan subatrat
dasar yang sesuai dengan habitat makroinvertebrata.
Beberapa organisme bentik sering dipakai sebagai spesies indikator kandungan bahan organik, dan dapat memberikan gambaran yang lebih tepat dibandingkan pengujian secara fisika-kimia (Hynes, 1976). Kelebihan penggunaan makrozoobentos sebagai indikator pencemaran organik adalah karena jumlahnya relatif banyak, mudah ditemukan, mudah dikoleksi dan diidentifikasikan, bersifat immobile, dan memberikan tanggapan yang berbeda terhadap kandungan bahan organik (Rosenberg dan Resh, 1993). Kelemahannya adalah karena sebarannya mengelompok dan dipengaruhi oleh faktor hidrologi seperti arus, dan kondisi substrat dasar (Hawkes, 1978).
Setiap perairan memiliki perbedaan
kelimpahan makrobentos. Menurut Taqwa (2010) perbedaan kelimpahan ini dapat
disebabkan oleh perbedaan pilihan habitat yang lebih disukai oleh tiap jenis
fauna. Perbedaan pilihan habitat dapat dipengaruhi intensitas cahaya, produksi
serasah dan komposisi substrat. Gastropoda umumnya bersifat herbivora
yang mengkonsumsi mikroalga yang tumbuh di atas substrat.
E. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari
praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.
Pulau
Tegal merupakan perairan yang dikatakan tercemar ringan dilihat dari nilai
keragaman makrobenthos yang berada pada perairan tersebut
2.
Makrobenthos
mampu mendiami Pulau Tegal karena faktor fisikokimia seperti nilai pH,
temperatur, kadar oksigen terlarut, dan subatrat dasar yang sesuai dengan
habitat makroinvertebrata.
3.
Perbedaan
kelimpahan makrobentus stiap plot dapat disebabkan oleh perbedaan pilihan
habitat yang lebih disukai oleh tiap jenis fauna
Daftar
Pustaka
Hutabarat
Sahala. 1985. Pengantar
Oseanografi. Universitan Indonesia press: Jakarta
Hutabarat
Sahala. 2008. Pengantar
Oseanografi. Universitan Indonesia press: Jakarta
Nybakken,
J. W. 1988. Biologi
Laut. Suatu Pendekatan Ekologis.
Diterjemahkan dari Marine Biology an Ecological Approach oleh M. Eidman. . PT
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Odum,
E. P. 1993. Dasar-dasar
Ekologi. Diterjemahkan
dari Fundamental of Ecology oleh
T. Samingan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Simamora,
D.R. 2009. Studi Keanekaragaman
Makrozoobenthos di Aliran Sungai Padang Kota Tebing Tinggi. repository.usu.ac.id
Diakses tanggal 25 Mei pukul 22.08
Taqwa
Amrullah. 2010. Analisis Produktivitas
Primer Fitoplankton dan Struktur Komunitas Fauna Makrobenthos Berdasarkan
Kerapatan Mangrove di Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan Kota Tarakan,
Kalimantan Timur, volume 16-19
Tidak ada komentar:
Posting Komentar