PENGAMATAN PARAMETER FISIKA, KIMIA, DAN BIOLOGI
PERAIRAN DANAU UNIVERSITAS LAMPUNG
Cindy Ria Nuari, Luqman Hakim, Ponco Margo Widagdo,
Septi Malidda, Siti Fatimnah, dan Widi Indra Kesuma
ABSTRAK
Limnologi
adalah suatu pembelajaran tentang hubungan fungsional dan produktivitas
komunitas air tawar bagaimana mereka dipengaruhi oleh factor-faktor
fisika, kimia dan biotic lingkungan. Kualitas perairan memberikan
pengaruh yang cukup besar terhadap survival dan pertumbuhan makhluk-makhluk
yang hidup di air. Praktikum ini dilakukan pada tanggal 21 April 2013 di Danau
Universitas Lampung untuk mengetahui parameter kualitas air yang ada di
perairan tersebut. Parameter kualitas air yang dilakukan adalah parameter
fisika, kima, dan biologi. Hasil dari praktikum ini didapat bahwa
Kata Kunci: limnology, danau, kulitas air, air tawar, dan
lingkungan.
PENDAHULUAN
Dalam pengertian luas limnologi adalah suatu
pembelajaran tentang hubungan fungsional dan produktivitas komunitas air tawar
bagaimana mereka dipengaruhi oleh factor-faktor fisika, kimia dan biotic
lingkungan. (Wetzet, 1989)
Kualitas perairan memberikan pengaruh yang cukup
besar terhadap survival dan pertumbuhan makhluk-makhluk yang hidup di air. Air
tawar merupakan lingkungan hidup untuk hewan dan tumbuh-tumbuhan tingkat
rendah, untuk itu air terlebih dahulu harus merupakan lingkungan hidup yang
baik renik yang mampu berasimilasi. (Asmawi,1986)
Parameter lingkungan yang dapat dijadikan control
adany polusi dalah oksigen terlarut, konsentrasi ammonia, pH dan suhu perairan.
Selain itu bahwa toksik, polutan tersuspensi dan jasad renik pathogen merupakan
kelompok pencemar suatu perairan. (Connell dan Miller, 1995 dalam Sari 2007)
Kualitas suatu perairan ditentukan oleh
sifatfisik, kimia, dan biologis dari perairan tersebut. Interaksi antara ketiga
sifat tersebut menentukan kemampuan periairan untuk mendukung kehidupan
organisme di dalamnya. Kualitas air mempengaruhi jumlah,
komposisi,keanekaragaman jenis, produksi dan keadaan fisiologi organisme
perairan. Habitat air tawar menempati daerah yan
relatif kecil pada permukaan bumi, dibandingkan dengan habitat lautan dandaratan, tetapi bagi manusia kepentingannya
jauh lebih berarti dibandingkan dengan luas daerahnya, sedangkan sifat fisik,
kimia, dan biologi perairan seperti suhu, kecerahan, kedalaman, konduktivitas,
pH, alkalinitas, kadar oksigen terlarut (DO), sangat mudah berubah. Oleh karena
itu diperlukan praktikum ini untuk mengetahui parameter kualitas air suatu
perairan dengan lebih jelas.
Adapun Tujuan
dari praktikum limnologi adalah agar praktikan mampu dan mengetahui mengukur
parameter kualitas air seperti DO, kecerahan, suhu, pH, kecepatan arus, kecerahan, kedalaman air, warna perairan, substrat, karbondioksida, alkalinitas, TOM (total bahan
organik), orthofosfat, nitrat-nitrogen, BOD
(Biologychal Oxygen Demand).
MATERI DAN METODE
a.
Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Minggu
tanggal 21 April 2013 pukul 07.00 WIB bertempat di danau Universitas Lampung
dan Laboratorium Perikanan Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
b.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini
adalah . sedangkan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut
c.
Cara Kerja
Parameter
Fisika
Suhu
Sebelum melakukan praktikum pengambilan suhu
perairan, disiapkan alat dan bahan terlebih dahulu. Disiapkan thermometer Hg
yang berfungsi untuk mengetahui suhu perairan. Pertama-tama posisikan tubuh
membelakangi datangnya sinar matahari yang bertujuan agar sinar matahari tidak
mempengaruhi suhu pada thermometer. Dimasukkan thermometer ke dalam perairan,
kemudian dibaca nilai pada skala thermometer dengan keadaan thermometer masih
di dalam air yang bertujuan agar suhu tidak berubah lagi. Dan yang perlu
diingat, cara memegang thermometer dengan tidak menyentuh langsung pada
thermometer karena akan mempengaruhi suhu pada thermometer dan di catat
hasilnya.
Kecerahan
Pertama-tama disiapkan alat dan bahan sebelum
melakukan praktikum. Disiapkan secchi disk yang berwarna
hitam-putih yang bertujuan agar dapat membedakan dan melihat dengan jelas.
Masukkan secchi disk ke dalam perairan dan secara perlahan-lahan
dan setelah tidak tampak pertama kali dicatat sebagai D1. Setelah
itu diangkat dan dicatat saat secchi disk terlihat pertama kali
sebagai D2. Setelah itu, dihitung dengan menggunakan rumus D = D1
+ D2 / 2.
Pengukuran
Parameter Kimia
Oksigen
Terlarut ( DO )
Pertama-tama,disiapkan
alat dan bahan sebelum melakukan praktikum. Lalu DO meter di celupkan pada
perairan. Kemudian mencatat hasil yang tertera pada DO meter.
pH
melakukan praktikum Pertama-tama, disiapkan
alat dan bahan,di siap kan pH paper yang di gunakan untuk
mengetahui pH suatu perairan. pH paper di masuk kan ke dalam perairan dan
di tunggu selama 2-3 menit, kemudian diangkat dan di kibas-kibaskan
hingga kering ,kemudian di cocok kan warna pada pH paper dengan kotak
standart yang terdapat warna .warna untuk menentu kan nilai pH.setelah
dicocokkan dengan kotak standart catat hasil yang diperoleh.
Amonia
Pada pengukuran amonia, pertama disiapkan alat dan bahan. Selanjutnya
diambil air sample 25 ml dengan menggunakan gelas ukur, kemudian disaring bila
airnya kotor, lalu dimasukkan ke dalam beaker glass 250 ml. Kemudian
ditambahkan 1 ml nesler dengan menggunakan pipet tetes, dihomogenkan dan
diendapkan sampai terbentuk warna kuning. Bila sudah terbentuk warna,
diambil larutan yang berwarna kuning saja.
BOD
(Biologycalical
Oxygen Demand)
Hal pertama yang dilakukan adalah menyiapkan air
sampel untuk diuji BODnya. Kemudian diambil dengan menggunakan botol gelap dan
botol kering pada wilayah yang sama. Kemudian diukur oksigen terlarut pada
botol terang saat itu juga dan dicatat sebagai DO. Pada botol gelap diinkubasi
selama 1 hari. Setelah 1 hari botol DO dibuka dan diukur hasilnya dengan DO
meter.
HASIL
PEMBAHASAN
Parameter
fisika
1. Suhu
Pada
praktikum pengukuran parameter suhu di perairan diperoleh hasil yaitu 29°C. suhu
sangat berpengaruh terhadap laju pertumbuhan biota air. Menurut Asmawi (1986),
bahwa suhu optimum untuk selera makan ikan adalah 25°C sampai °C. Dari data
keseluruhan dapat disimpulkan suhu rata-rata di waduk selorejo adalah 25°C
sehingga optimum untuk selera makan ikan.
menurut
Effendi (2003) kisaran suhu optimum yang baik untuk pertumbuhanfitoplankton di
perairan adalah 20-300C. dari suhu ini, sangatberpengaruh terhadap
kelangsungan hidup organisme misalnya algae dari filumchlorophyta dan diatom
akan tumbuh dengan baik pada kisaran suhu bertur-turur300C -350C
dan 20-300C. sehingga dapatdisimpulkan bahwa suhu yang diamati pada
kelompok 2 sudah cukup optimum untukkondisi perairan
Dari
hasil praktikum limnologi yang didapat pada pengukuran Suhu air yaitu 23˚.
Pengukuran dilakukan pada pukul 06.00 WIB. Alasan mengapa suhu yang didapat
pada pengukuran 23˚ C, sedangkan suhu permukaan diperairan Indonesia berkisar
antara 28-30˚ C, yaitu pada waktu pengamatan, cuaca disekitar sungai joyo suko
metro mendung dan gerimis, sedangkan pengukuran suhu juga dilakukan pada pukul
06.00 WIB.
Menurut
Alimaturrahim (2009). Suhu permukaan di perairan Indonesia berkisar antara
28-30˚C. Perbedaan peneriamaan radiasi matahari disetiap wilayah menyebabkan
perbedaan suhu terkait dengan perbedaan geografis laintang.
3.
Kecerahan
Pada praktikum
pengukuran kecerahan di perairan adalah 75 cm pada
perairan tersebut kecerahannya tidak terlalu baik untuk perairan budidaya
karena sinar matahari tidak menembus ke dasar perairan. Jika kecerahannya
kurang dari 25 cm harus
dilakukan pergantian air karena dapat menyebabkan fitoplankton mati sehingga
perairan akan menjadi jernih dan tidak ada pelinding bagi biota budidaya dari
cahaya matahari. Kecerahan yang baik bagi budidaya perairan adalah berkisar
antara 30-40 cm (Kordi,2007).
Menurut
Asmawi (1986), nilai kecerahan yang baik untuk kelangsungan hidup ikan adalah
lebih besar dari 45 cm maksudnya kita masih dapat melihat ke dalam air sejumlah
45 cm atau lebih) karena kalau lebih kecil dari nilai tersebut, batas pandang
ikan akan berkurang. Dapat disimpulkan dari data kecerahan bahwa waduk selorejo
masih baik untuk kelangsungan hidup ikan.
B. parameter kimia
1. pH
Dari
pengaruh PH yang telah dilakukan, di dapatkan hasil dari kelompok PH perairan
sebesar 7. dapat disimpulkan bahwa pada PH
8 ini ikan masih bisa melakukan kelangsungan hidupnya. Menurut Asmawi (1986),
bahwa untuk menciptakan suasana yang bagus dalam perairan, PH air harus sudah
agak mantap atau tidak terlalu berguncang karena ikan perairan yang baik untuk
kehidupan ikan adalah perairan dengan PH 6 sampai 8,7.
Dari data
diatas dapat diketahui bahwa PH juga sangat berpengaruh pada kehidupan
fitoplankton maupun organisme air, sehingga dengan PH = 8 pada perairan waduk
selorejo membuat pertumbuhan ikan maksimal.
2. DO
Hasil
pengukuran DO perwakilan inlet dalah sebesar 9,67 mg/L sedangkan untuk outlet
sebesar 9,1 mg/L.
Menurut Asmawi (1986), kalu jumlah oksigen terlarut diperairan hanya 1,5 mg/l,
kecepatan makan ikan filapia akan berkurang atau jika kadar oksigen makan ikan
tersebut akan berhenti makan tetapi kalau oksigen terlarut dalam jumlah yang
sangat banyak ikan-ikan memang jarang sekali mati, tapi pada keadaan-keadaan
tertentu hal ini demikian dapat mematikan.
Dari data
diatas dapat disimpulkan bahwa kandungan DO pada waduk selorejo cukup baik
untuk pertumbuhan ikan. Jumlah oksigen yang dikonsumsi ikan sangat baik untuk
pertimbuhan ikan., sehingga kebutuhan oksigen tiap spesies ikan juga
berbeda-beda
4. Alkallinitas
Dari
pengukuran alkalinitas yang telah dilakukan didapatkan hasil alkalinitas
sebesar 42.8 mg/l. Dari
data data diatas dapat disimpulkan bahwa kandungan alkalinitas waduk selorejo
terlalu tinggi, sehingga tidak baik dan dapat menyebabkan kehidupan ikan terganggu.
Menuerut Jusuf dalam Yudha (2005). Alkalinitas optirmun bagi pertumbuhan udang
memiliki kisaran antara 75-200 mg CaCO3/ l.
Alkalinitas
dipertahankan pada nilai 90-150 Rpm. Alkanitas yang rendah atau kurang 90 ppm
harus dilakukan pengapuran sehingga alkalinitas mencapai angka sesuai dengan
kisaran. Jenis kapur yang digunakan disesuaikan dengan kondisi PH air sehingga
pengaruh pengapuran tidak membuat PH tinggi. Jenis kapur disesuaikan dengan
keperluan dan fungsinya. Sebagai contoh kapur hidroksida Ca(OH)2 dii
aplikasikan untuk menaikan alkalinitas sekaligus menaikan PH air, bila PH air
sudah tinggi, maka untuk menaikan alkalinitas digunakan jenis kapur
carbonat (ca CO3) atau kaptan (Arifin. al, 2007).
Tinggi rendahnya suatu
perubahan alkalinitas di tentukan oleh adanya faktor
intensitas yaitu cahaya dan suhu.
Oleh karenanya dengan penambahan
alkalinitas lebih banyak dibutuhkan untuk mencegah supaya air itu tidak menjadi
asam. Sehingga dengan adanya pH
rendah, ion hydrogen dalam air dapat mengurangi
alkalinitas.
Kadar
alkalinitas tinggi dalam Air
yang mengandung senyawa CO2
yang berada di perairan cukup besar dibandingkan dengan air yang memiliki alkalinitas rendah. Hal ini air memiliki alkalinitas rendah yang mempunyai daya tangkap yang kurang.
Oleh sebab itu, umumnya lingkungan yang baik bagi kehidupan ikan adalah dengan
nilai atau kadar alkalinitas di atas
20 ppm (Effendi, 2003).
8. Amonia
Dari
pengukuran amonia yang telah dilakukan di dapatkan hasil sebesar 0.16 mg/L untuk kelompok 3 (inlet) dan 0.29 mg/L untuk kelompok 10 (outlet). Menurut poppo, dkk (2009), nilai amonia dalam industri perikanan
telah melewati standar baku mutu yaitu 4.5 mg/l, sedangkan nilai standar baku
mutu yang dipersyaratkan untuk amonia adalah tidak lebih dari 1 mg/l. tingginya
kandungan amonia pada air limbah disebabkan karena senyawa ammonia
melalui proses nitrifikasi yang terjadi secara aerob.
Menurut
Brown (1957) dalam Asmawi (1985) bahwa kadar ammonia yang rendah baik untuk
kehidupan jasad-jasad hewan termasuk ikan, dan kadar ammonia 2-7 ppm dapat
mematikan beberapa jenis ikan. Dari data di atas dapat dilsimpulkan bahwa
kandungan ammonia pada waduk selorejo cocok untuk pertumbuhan ikan karena
kurang dari 1 mg/l, sehingga organisme air yang lainnya dapat tumbuh optimal
9. BOD
(Biochemical Oxygen Demand)
Dari
pengukuran BOD yang telah dilakukan didapatkan hasil sebesar 2,195 mg/l untuk
kelompok 3 (inlet) dan 4,8 mg/l untuk kelompok 10 (outlet) dengan perhitungan BOD (ppm). Menurut Darsono (2007)
pentingnya jumlah oksigen yang berada dalam air, menyebabkan perlunya
disediakan ukuran kebutuhan oksigen yang diperlukan oleh bahteri merambak
limbah. Salah satu ukuran tersebut dalam Biological Oxygen Demand (BOD,
kebutuhan oksigen untuk proses biologi). BOD adalah “jumlah oksigen dalam ppm
yang diperlukan selama proses stabilisasi dari pemecahan bahan organik oleh
bakteri agrab”
Menurut
Bardo dan Syamsul (2006).pada hasil analisis kadar BOD pada air sungai Code
didapatkan hasil bahwa BOD tersendah sebesar 3.20 mg/l. kadar BOD dalam air
sungai Code pada bagian hulu lebih rendah dan bagian yang lain dengan
kadar BOD di antara 3-4 mg/l. hal ini disebabkan bahan-bahan buangan
dalam air pada bagian hulu masih dalam sedikit sehingga jumlah oksigen yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan tersebut masih sedikit. Dapat
disimpulkan bahwa kandungan BOD tersebut tidak baik untuk kehidupanikan karena
jumlahnya terlalu rendah.
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai
berikut:
1. Nilai salinitas untuk perairan tawar
biasanya antara 0-5 ppt.
2. Selama sratifikasi panas,
konsentrasi oksigen terlarut didasar perairan rendah karena pengambilan oleh
mikroba untuk respirasi
3. Alkalinitas
bersifat buffer atau kapasitas penyangga terhadap perubahan pH air yang sangat
draktis.
4. Faktor-Faktor
yangmempengaruhi suhu diantaranya adalah intensitas cahaya matahari,
pertukatanpanas antara air dengan udara dan ketinggian geografis
5. Faktor-Faktor
yangmempengaruhi kecerahan diantaranya adalah partikel terlarut, bahan
organikterlarut dan warna perairan
6. Faktor-faktor yangmempengaruhi pH
adalah limbah yang mengandung asam-asam mineral
7. Faktor-faktor yangmempengaruhi DO
adalah kekeruhan air, suhu, salinitas, pergerakan massa air danudara
DAFTAR PUSTAKA
Asmawi, 1986. Pemeliharaan Ikan
Dalam Keramba. Jakarta : Gramedia
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi
Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Jakarta.
Kordi, K, M. Ghufran dan Andi Baso Tanjung, 2007. Pengelolaan Kualitas
Air Dalam Budidaya Perairan. Jakarta : Rineka Cipta
Pappo, Ari dkk. 2009. Studi Kualitas Perairan Pantai Dikawasan Industri
Perikanan Desa Rembangan Kecamatan Naegara, Kabupaten Jembaran,
Ude.Journal/pappo.paf http:akademikunsri.ac.id Diakses pada tanggal 11 Mei pukul
20.00 WIB
Sari, Sam gendro. 2007 Kualitas Air Sungai Manon Dengan Perlakuan Keramba
Ikan Di Kecamatan Rawae Kabupaten Mojokerto Jawa Timur. www.uncam.ac.id Diakses pada tanggal 11 Mei pukul 20.00 WIB
Wetzel, Robert G. 1989. Limnology Second Edition.
Sainders Collage Publishing Philadelphia new york Chicago. San Francisco
Montrea Noronto London Sydney Tokyo Mexico city. Rio de jamnamadrid
Yudha, Indra
Gumay. 2005. Aplikasi Sistem Resirkulasi Tertutup (Closed Resirculation System)
Dalam Pengelolan Kualitas Air Tambak Udang. Http//e journal.ac.id.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar