KONTRAKSI
OTOT JANTUNG PADA IKAN
(Laporan
Praktikum Fisiologi Hewan Air)
Oleh:
Widi
Indra Kesuma
1114111058
JURUSAN
BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2013
I. PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Dalam
kehidupan suatu makhluk hidup, jantung merupakan salah satu organ tubuh yang
paling penting. Jantung merupakan suatu pembesaran massa otot yang spesifik
dari pembuluh darah yang bentuknya seperti piramida serta diselimuti oleh
kantung perikardial. Jantung pada ikan memiliki dua kamar, yaitu satu serambi
(atrium) dan satu bilik (ventrikel). Sistem jantung pada ikan merupakan organ
sirkulasi darah dalam tubuh. Kontraksi otot jantung ikan yang ditimbulkan
merupakan sarana untuk mengkonversi energi kimiawi menjadi mekanik dalam bentuk
tekanan dan aliran darah.
Jantung
sangat berperan penting.
sebab kita tahu bahwa kerja jantung
adalah “Memompa darah ke seluruh tubuh melalui sistem sirkulasi darah”. Sirkulasi darah adalah sistem yang
berfungsi dalam pengangkutan dan penyebaran enzim, zat nutrisi, oksigen,
karbondioksida, garam-garam, antibodi (kekebalan) dan senyawa N, dari tempat
asal ke seluruh bagian tubuh sehingga diperlukan tekanan yang cukup untuk
menjamin aliran darah sampai ke bagian-bagian jaringan-jaringan tubuh (Groman
1982 in Affandi dan Tang 2002).
Oleh
karena pentingnya organ jantung terhadap kelangsungan hidup ikan, penting bagi
kita untuk mengetahui bagaimana kerja otot jantung pada ikan dan juga
mengetahui ketahanan jantung ikan apabila
dikeluarkan dari tubuhnya.
B. Tujuan
Tujuan praktikum yaitu untuk mengetahui
kerja jantung tanpa pengaruh organ tubuh lain, mengetahui ketahanan jantung
ikan diluar tubuh dan membuktikan bahwa otot jantung adalah otot lurik tetapi
bekerja seperti otot polos.
II. TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Biologis Ikan
Ikan nila (Oreochromis niloticus).
Ikan nila (Oreochromis
niloticus) merupakan jenis ikan yang berasal dari sungai nila dan
danau-danau yang menghubungkan sungai tersebut. Ikan nila didatangkan ke
Indonesia secara resmi oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar pada tahun
1969, bibit ikan nila yang ada di Indonesia berasal dari Taiwan adapun dengan
ciri berwarna gelap dengan garis-garis vertikal seanyak 6-8 buah dan Filipina
yang berwarna merah (Suyanto 1998).
Menurut Saanin
(1982), klasifikasi ikan nila (Oreochromis niloticus) adalah sebagai
berikut:
Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Sub
Filum : Vertebrata
Kelas
: Osteichtes
Sub
Kelas : Acanthoptherigii
Ordo
: Percomorphii
Sub
Ordo : Percoidae
Famili
: Cichlidae
Genus
: Oreochromis
Spesies
: Oreochromis niloticus
Ikan nila pada umumnya mempunyai bentuk tubuh panjang dan
ramping, perbandingan antara panjang dan tinggi badan rata-rata 3 : 1.
Sisik-sisik ikan nila berukuran besar dan kasar. Ikan nila berjari sirip keras,
sirip perut torasik, letak mulut subterminal dan berbentuk meruncing. Selain
itu, tanda lainnya yang dapat dilihat adalah dari ikan nila adalah warna
tubuhnya yang hitam dan agak keputihan. Bagian bawah tutup insang berwarna
putih, sedangkan pada nila lokal putih agak kehitaman bahkan ada yang kuning.
Sisik ikan nila besar, kasar, dan tersusun rapi. Sepertiga sisik belakang
menutupi sisi bagian depan. Tubuhnya memiliki garis linea lateralis yang
terputus antara bagian atas dan bawahnya. Linea lateralis bagian atas memanjang
mulai dari tutup insang hingga belakang sirip punggung sampai pangkal sirip
ekor. Ukuran kepalanya relatif kecil dengan mulut berada di ujung kepala serta
mempunyai mata yang besar (Merantica 2007).
Ikan nila memiliki karakteristik sebagai ikan parental care
yang merawat anaknya dengan menggunakan mulut (mouth breeder) (Effendie 1997
dalam Prasetiyo 2009). Ikan ini dicirikan dengan garis vertikal yang berwarna
gelap pada sirip ekornya sebanyak 6 buah. Selain pada sirip ekor, garis
tersebut juga terdapat pada sirip punggung dan sirip anal (Suyanto 1994 dalam
Saputra 2007 dalam Prasetiyo 2009).
Seperti halnya ikan nila yang lain, jenis kelamin ikan nila
yang masih kecil, belum tampak dengan jelas. Perbedaannya dapat diamati dengan
jelas setelah bobot badannya mencapai 50 gram. Ikan nila yang berumur 4-5 bulan
(100-150 g) sudah mulai kawin dan bertelur Tanda-tanda ikan nila jantan adalah
warna badan lebih gelap dari ikan betina, alat kelamin berupa tonjolan (papila)
di belakang lubang anus, dan tulang rahang melebar ke belakang. Sedangkan
tanda-tanda ikan nila betina adalah alat kelamin berupa tonjolan di belakang
anus, dimana terdapat 2 lubang. Lubang yang di depan untuk mengeluarkan telur,
sedang yang di belakang untuk mengeluarkan air seni dan bila telah mengandung
telur yang masak,dan perutnya tampak membesar (Suyanto, 2003).
Ikan nila merupakan ikan omnivora yang memakan fitoplankton, perifiton, tanaman air, avertebrata kecil, fauna bentik, detritus, dan bakteri yang berasosiasi dengan detritus. Ikan nila dapat menyaring makanannya dengan menangkap partikel tersuspensi, termasuk fitoplankton dan bakteri, pada mukus yang terletak pada rongga buccal. Tetapi sumber nutrisi utama ikan nila diperoleh dengan cara memakan makanan pada lapisan perifiton (FAO, 2006).
Ikan nila merupakan ikan tropis yang menyukai perairan yang dangkal. Ikan nila dikenal sebagai ikan yang tahan terhadap perubahan lingkungan tempat hidupnya. Nila hidup di lingkungan air tawar, air payau, dan air asin. Kadar garam air yang disukai antara 0-35 ppt. Ikan nila air tawar dapat dipindahkan ke air asin dengan proses adaptasi bertahap. Kadar garam air dinaikkan sedikit demi sedikit. Pemindahan ikan nila secara mendadak ke dalam air yang kadar garamnya sangat berbeda dapat mengakibatkan stress dan kematian ikan (Suyanto, 2004).
Tempat hidup Ikan nila biasanya berada pada perairan yang dangkal dengan arus yang tidak begitu deras, ikan ini tidak suka hidup di perairan yang bergerak (mengalir),akan tetapi jika dilakukan perlakuan terhadap ikan nila seperti pengadaptasian terhadap lingkungan air yang mengalir maka ikan nila juga bisa hidup baik pada perairan yang mengalir. (Djarijah, 2002).
Lingkungan tumbuh (habitat) yang paling ideal adalah perairan air tawar yang memiliki suhu antara 14oC – 38 oC, atau suhu optimal 25oC – 30oC. Keadaan suhu yang rendah yaitu suhu kurang dari 140C ataupun suhu yang terlalu tinggi di atas 300C akan menghambat pertumbuhan nila. Ikan nila memiliki toleransi tinggi terhadap perubahan lingkungan hidup. Batas bawah dan batas atas suhu yang mematikan ikan nila berturut-turut adalah 11-12oC dan 42oC. Keadaan pH air antara 5 – 11 dapat ditoleransi oleh ikan nila, tetapi pH yang optimal untuk pertumbuhan dan perkembangbiakkan ikan ini adalah 7- 8. Ikan nila masih dapat tumbuh dalam keadaan air asin pada salinitas 0-35 ppt. Oleh karena itu, ikan nila dapat dibudidayakan di perairan payau, tambak dan perairan laut, terutama untuk tujuan usaha pembesaran (Rukmana, 1997).
B.
Kandungan Aquades, NaCl fisiologis,
dan Deterjen.
Aquades
tersusun atas hydrogen perixida maksimal 49.9%, aquades ini berwarna putih
bening seperti air. Aquades adalah air biasa yang telah mengalami penyulingan
sehingga tidak memiliki kandungan mineral apapun dan juga ridak ada campuran
apapun, berperan sebagai pelarut (Fatih,2008).
NaCl
fisiologis adalah larutan isotonik yang terbuat dari NaCl 0,9% yang sama dengan
cairan tubuh atau darah (adhil, 2009) menurut Rustidja(1985) dalam dalam
hidayaturahmah (2007) penggunaan larutan fisiologis yang mengandung NaCl dan
urea karna dapat mempertahankan daya hidup spermatozoa antara 20-25 menit.
larutan fisiologis lebih kecil dari NaCl 0,9 % (0,8 %; 0,6 %; 0,3 %; 0,1 %)
disebut hipotonis. larutanfisiologis lbh besar dari NaCl 0,9 % ( 1 %; 2 %)
disebut hipertonis. Darah bila dimasukkan ke dalam larutan hipotonis maka
membran akan mengembang karena larutan hipotonis masuk ke dalam sel darah
merah, kemudian pecah di satu tempat sehingga Hb keluar disebut dengan
hemolisis. Darah bila dimasukkan ke dalam larutan hipertonis maka membran akan
di tarik kesegala arah sehinga pecah di banyak tempat sehingga sel darah merah mengkerut
akibatnya Hb juga keluar dan disebut krenasis Anonim (2010).
Pada
umumnya, deterjen mengandung bahan-bahan berikut:
1. Surfaktan
(surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai ujung
berbeda yaitu hydrophile (suka air) dan hydrophobe (suka lemak). Bahan aktif
ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan air
sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan.
sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan.
Secara
garis besar, terdapat empat kategori surfaktan yaitu:
·
Anionik :
-
Alkyl Benzene Sulfonate
-
Linier Alkyl Benzene Sulfonate (LAS)
-
Alpha Olein Sulfonate (AOS)
·
Kationik : Garam Ammonium
·
Non ionik : Nonyl phenol polyethoxyle
·
Amphoterik : Acyl Ethylenediamines.
2. Builder
(Permbentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari
surfaktan dengan cara menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air.
a. Phosphates : Sodium Tri Poly Phosphate (STPP)
surfaktan dengan cara menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air.
a. Phosphates : Sodium Tri Poly Phosphate (STPP)
b.
Acetates :
-
Nitril Tri Acetate (NTA)
-
Ethylene Diamine Tetra Acetate (EDTA)
c. Silicates
: Zeolith
d.
Citrates : Citrate acid
3. Filler
(pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai kemampuan
meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas. Contoh : Sodium sulfate.
4. Additives
adalah bahan suplemen / tambahan untuk membuat produk
lebih menarik, misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dst, tidak
berhubungan langsung dengan daya cuci deterjen. Additives ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi produk. Contoh : Enzyme, Borax, Sodium chloride, Carboxy Methyl Cellulose (CMC) (Anonim, 2011).
lebih menarik, misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dst, tidak
berhubungan langsung dengan daya cuci deterjen. Additives ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi produk. Contoh : Enzyme, Borax, Sodium chloride, Carboxy Methyl Cellulose (CMC) (Anonim, 2011).
C.
Sistem Kerja Otot Jantung pada Ikan
Jantung
merupakan suatu pembesaran otot yang spesifik dari pembuluh darah atau suatu
struktur muskular berongga yang bentuknya menyerupai kerucut dan dilingkupi
atau diselimuti oleh kantung perikardial (perikardium). Pada ikan terdapat
dibagian restral dari hati dan bagian ventral dari rongga mulut (Afandi dan
Tang, 2002).
Peranan
jantung sangat penting dalam hubunganya dengan pemompaan darah keseluruh tubuh
melalui sistem sirkulasi darah, sirkulasi darah adalah sistem yang berfungsi
dalam pengangkutan dan penyebaran enzim, zat nutrisi, oksigen, karbondioksida,
garam-garam, antibodi dan senyawa N, dari tempat asal keseluruh bagian tubuh
sehingga diperlukan tekanan yang cukup untuk menjamin aliraqn darah sampai ke
bagain-bagian jaringan jaringan tubuh (Groman dalam Afandi dan Tang, 2002).
Menurut Fujaya
(2004) sistem peredaran darah pada ikan bersifat tunggal, artinya hanya
terdapat satu jalur sirkulasi peredaran darah, yakni dari jantung darah dipompa
ke insang untuk melakukan pertukaran ke gas kemudian keberbagai organ tubuh,
setelah itu darah kembali lagi kejantung. untuk menjamin aliran darah terus
berlangsung, maka daerah dipompa dengan perbedaan tekanan. tekanan jantung
lebih besar dari tekanan arteri, dan tekanan arteri lebih besar dari tekanan
arterionale, akibat adanya perbedaan tekanan maka aliran darah dapat terjadi.
Ada dua jenis energi yang disalurkan ke darah pada setiap kontraksi jantung
yaitu energi kinetik yang menyebabkan darah mengalir dan energi yang tersimpan
dalam pembuluh darah dan menimbulkan tekanan darah.
III. METODELOGI
A. Waktu
dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu
tanggal 27 April 2013 pukul 10.00 WIB bertempat di Laboratorium Perikanan
Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
B. Alat
dan Bahan
Alat-alat yang
digunakan dalam praktikum ini adalah alat bedah, cawan petri, stopwatch, baki, timbangan, lap/tissue dan
alat tulis.. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah ikan
nila, NaCl fisiologis, aquades, dan deterjen.
C. Metode
Kerja
Adapun cara
kerja yang dilakukan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.
Siapkan alat dan bahan yang
diperlukan.
2.
Ambil 3 ekor ikan nila lalu timbang.
3.
Ikan yang masih hidup tersebut dipingsankan dengan cara
menusuk bagian otak.
4.
Bedah mulai dari arah anus kearah
depan hingga ingsan,
lalu pisahkan organ jantung.
5.
Letakan jantung tersebut pada 3
cawan petri berbeda.
6.
Cawan petri pertama ditetesi dengan
larutan NaCl fisiologis, cawan petri kedua ditetesi dengan akuades, dan cawan
petri ketiga ditetesi dengan larutan deterjen.
7.
Pengamatan
dilakukan dengan menghitung detak jantung tiap menit.
8.
Pengamatan
selesai dilakukan setelah jantung tidak berdetak lagi..
IV. HASIL
DAN PEMBAHASAN
A. Hasil.
Kelompok
|
Perlakuan
|
Waktu
(menit)
|
Detak Jantung
|
1
|
Aquades
|
15
|
218
|
NaCl fisiologi
|
20
|
490
|
|
Deterjen
|
13
|
212
|
|
2
|
Aquades
|
11
|
108
|
NaCl fisiologi
|
15
|
127
|
|
Deterjen
|
8
|
107
|
|
3
|
Aquades
|
15
|
292
|
NaCl fisiologi
|
19
|
316
|
|
Deterjen
|
16
|
305
|
|
4
|
Aquades
|
16
|
217
|
NaCl fisiologi
|
19
|
231
|
|
Deterjen
|
14
|
273
|
|
5
|
Aquades
|
139
|
|
NaCl fisiologi
|
5
|
46
|
|
Deterjen
|
3
|
16
|
|
6
|
Aquades
|
11
|
202
|
NaCl fisiologi
|
12
|
611
|
|
Deterjen
|
13
|
115
|
B. Pembahasan
Telah
dilakukan praktikum mengenai kontraksi otot jantung ikan pada berbagai
perlakuan, yaitu jantung ikan yang diberi perlakuan dengan larutan NaCl
fisiologis, aquades, dan deterjen. Dari praktikum ini terdapat perbedaan hasil
dari setiap perlakuan maupun antar Kelompok.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat diketahui
bahwa jantung ikan masih
bisa berdetak walaupun berada di luar tubuh tanpa adanya jaringan sistem saraf
maka terbukti bahwa otot jantung adalah otot lurik dan bekerja tanpa sadar.
Jantung terus berdetak walaupun semua syaraf yang menuju ke jantung dipotong.
Hal ini disebabkan adanya jaringan permanen khusus dalam jantung yang berfungsi
membangkitkan potensial aksi yang berulang (pace maker). Otot jantung
ikan tetap berdetak meskipun jantung telah dikeluarkan dari tubuh ikan karena
ikan memiliki tipe jantung meogenik. Jantung miogenik denyutnya akan
tetap ritmis meskipun hubungan dengan syaraf diputuskan. Bahkan bila jantung
diambil selagi masih hidup dan ditaruh dalam larutan fisiologis yang sesuai
akan tetap berdenyut. Jantung miogenik terdapat pada jaringan otot jantung
khusus yang membuat simpul (nodal tissue) yang merupakan pacu jantung. Pada
ikan letaknya pada sinus venosus. Denyut jantung terjadi secara spontan dimulai
dari simpul SA lalu seluruh atrium berdenyut. Pada dasar sekat atrium terdapat
simpul lain yang menerima rangsang karena ada impuls dari simpul SA, simpul
tersebut disebut sebagai AV (atrio ventriculer). Dari simpul ini, impuls
dilanjutkan melalui berkas hiss dan purkinye yang serabutnya menyebar pada
ventrikel kira dan kanan. Dengan kemudian kedua ventrikel itu berdenyut
bersama-sama (Affandi dan Tang 2002).
Dari setiap perlakuan tersebut dapat
dirata-ratakan bahwa jantung ikan lebih lama berdetak pada larutan NaCl
fisiologis. Dan jantung ikan lebih sedikit berdetak pada larutan deterjen. Hal ini karena pada larutan fisiologis
terkandung bahan yang komponenya lebih mirip dengan cairan yang ada pada tubuh
ikan tersebut. sehingga energi yang digunakan jantung lebih sedikit untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan. sedangkan pada larutan berdeterjen berbeda
dengan kondisi cairan dalam tempat tinggal jantung sebelumnya sehingga jantung
perlu menyesuaikan diri kembali dengan lingkunganya. Akibatnya energi jantung
banyak digunakan dan bekerja lebih berat akhirnya daya tahan jantung lebih
cepat habis. jantung ikan terus dapat berdetak meskipun telah dikeluarkan hal
ini karena jantung bekerja dibawah kendali saraf otonom sehingga ikan sendiri
tidak dapat mengontrol kerja otot jantung. Faktor faktor yang mempengaruhi
detak jantung ikan diantaranya adalah ukuran jantung, suhu, cairan isoosmotik
dengan jantung. Fungsi larutan fisiologis diantaranya untuk mengetahui daya
tahan maksimal detak jantung diluar tubuh yang dimanipulasi sehingga mirip
dengan didalam tubuh ikan diantaranya seperti zat nutrisi, natrium oksigen dll
(Fujaya, 1999).
Dari setiap hasil antar Kelompok
terdapat perbedaan, hal tersebut dikarenakan banyak factor, diantaranya adalah
kesalahan penanganan yang dilakukan oleh praktikan dan juga kondisi kesehatan
ikan. Perbedaan tersebut terkadang juga disebabkan perbedaan
lamanya pembedahan setelah ikan dipingsankan dan waktu pengambilan jantung ikan
yang berbeda.
Fakta
menunjukkan bahwa jantung ikan masih bisa tetap berdetak dalam beberapa menit
meskipun berada di luar tubuh. Lama bertahan jantung ikan di luar tubuh
berbeda-beda, tergantung ukuran ikan yang dijadikan sebagai bahan praktikum,
perlakuan yang diberikan, dan proses yang terjadi selama pembedahan
berlangsung.
Faktor-faktor yang mempengaruhi detak
jantung ikan diantaranya energi yang tersimpan di dalam jantung, dan juga
perbedaan osmotik antara cairan di dalam jantung dengan tekanan osmotik cairan
di luar jantung (media perlakuan) (Wulangi, 1998).
Denyut
jantung terjadi secara spontan dimulai dari simpul SA lalu seluruh atrium
berdenyut. Pada dasar sekat atrium terdapat simpul lain yang menerima rangsang
karena ada impuls dari simpul SA, simpul tersebut disebut sebagai AV (atrio
ventriculer). Dari simpul ini, impuls dilanjutkan melalui berkas hiss dan
purkinye yang serabutnya menyebar pada ventrikel kiri dan kanan. Dan
selanjutnya kedua ventrikel itu berdenyut bersama-sama (Affandi dan Tang 2002).
Menurut Fujaya
(2004) Untuk menjamin aliran darah terus berlangsung, maka daerah dipompa
dengan perbedaan tekanan. tekanan jantung lebih besar dari tekanan arteri, dan
tekanan arteri lebih besar dari tekanan arterionale, akibat adanya perbedaan
tekanan maka aliran darah dapat terjadi. Ada dua jenis energi yang disalurkan
ke darah pada setiap kontraksi jantung yaitu energi kinetik yang menyebabkan
darah mengalir dan energi yang tersimpan dalam pembuluh darah dan menimbulkan
tekanan darah. pada praktikum detak organ jantung terjadi perbedaan antara
banyak dan kekuatan detakan jantung.
Larutan
fisiologis berfungsi seperti cairan infus yakni untuk mengkondisikan seperti
lingkungan yang sebenarnya. Kondisi larutan akan mempengaruhi lama bertahannya
detak jantung. Larutan fisiologis digunakan karena larutan ini mirip dengan
lingkungan dari jantung itu sendiri. Larutan fisiologis yang bersifat
hipoosmotis menyebabkan cairan dari larutan masuk ke sel-sel otot jantung
sehingga jantung menjadi mengembang. Sehingga cairan dalam sel mengalami
dialisis, yaitu pecahnya sel-sel jantung sehingga proses metabolisme dan kerja
jantung tergangggu. Larutan fisiologis yang bersifat hiperosmotik menyebabkan
cairan akan keluar dari sel-sel jantung secara difusi sehinnga jantung mengerut
dan berat jenisnya semakin besar dan akan mempengaruhi kerja otot jantung.
V. KESIMPULAN
DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan
hasil praktikum, maka dapat disimpulkan bahwa otot jantung ikan tetap berdetak
meskipun jantung telah dikeluarkan dari tubuh ikan karena ikan memiliki tipe
jantung meogenik. Otot jantung ikan adalah otot lurik yang bekerja seperti otot
polos. Ketahanan jantung ikan di luar
tubuh lebih tahan pada larutan NaCl fisiologis dibanding dengan aquades dan
deterjen, hal tersebut karena NaCl fisiologis memiliki kandungan yang hampir
sama dengan cairan dalam tubuh.
B.
Saran
Ada baiknya
jika praktikum selanjutnya dilakukan dengan menggunakan beberapa spesies ikan,
dengan berbagai ukuran bobot sehinga
dapat di jadikan perbandingan antara spesies yang satu dengan spesies yang
lainnya seberapa lama jantung ikan dapat bertahan setelah dipisahkan dari tubuhnya. Ini dapat
bermanfaat untuk kita jika ingin melakukan pemindahan ikan dari wadah yang satu
dengan wadah yang lain tanpa harus menggunakan air sebagai media.
DAFTAR PUSTAKA
Affandi
R dan Tang U.M. 2002.Fisiologi Hewan
Air. Unri Press. Pekanbaru.
Anonim.
2011. http://www.duniakam pus.co.cc/11/. Diakses pada April 2013.
Djarijah,
AS. 1995. Nila Merah Pembenihan dan Pembesaran Secara Intensif. Kanisius.
Yogyakarta.
Effendie,
M. I. 1997. Biologi perkanan. Yayasan Pustaka nusantara. Yogyakarta. 163 hal.
Fatih
, A. 2008.
Kamus
Kimia. Panji Pustaka Yogyakarta.
Fujaya, Y. 1999. Bahan
Pengajaran Fisiologi Ikan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Hasanuddin. Makassar.
Fujaya,
Y. 2004. Fisiologi Ikan. Rineka
Cipta. Jakarta.
Rukmana
R.1997.Ikan Nila. Budidaya dan Prospek Agribisnis. Kanisius. Yogyakarta.
Saanin,
H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid I dan II. Bina Cipta.
Bandung.
Suyanto,
SR. 1994. Nila. penebar swadaya. jakarta.
Wulangi.
S kartolo. 1998. Prinsip-prinsip
fisiologi Hewan. DepDikBud : Bandung.
.
LAMPIRAN
Proses
praktikum
Pembiusan
ikan
Pembedahan
ikan
Ikan
yang telah dibedah
Jantung
diletakkan pada cawan petri
Penetesan
jantung dengan larutan
Jantung yang telah
berhenti berdetak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar