PARASIT DAN
JAMUR
(Laporan
Praktikum Parasit dan Penyakit Organisme Akuatik)
Oleh:
Widi Indra
Kesuma
1114111058
JURUSAN BUDIDAYA
PERAIRAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2013
I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Penyakit ikan merupakan salah satu
kendala dalam usaha budidaya perikanan. Hal ini disebabkan karena wabah
penyakit dapat menimbulkan kematian ikan maupun udang budidaya. Tingginya
tingkat kematian ikan budidaya dapat menurunkan produksi perikanan sehingga
nilai pendapatan yang diperoleh menjadi turun jika dibandingkan dengan jumlah
modal yang harus dikeluarkan untuk keperluan budidaya seperti pembelian benih,
pakan, pembuatan tambak atau kolam, upah tenaga kerja dan lain sebagainya.
Disamping itu, ikan yang sakit juga akan memiliki nilai jual yang jauh lebih
rendah dari kondisi normal terlebih untuk ikan-ikan yang dijual dalam kondisi
hidup seperti kerapu dan lobster.
Berdasarkan penyebabnya, penyakit
pada ikan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu penyakit infeksi dan penyakit
non-infeksi. Penyakit infeksi merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi
patogen kedalam tubuh inang. Patogen penyebab penyakit pada ikan dapat berupa
virus, bakteri, parasit dan jamur (Lavilla Pitogo, 2001). Sedangkan penyakit
non-infeksi merupakan penyakit yang disebabkan oleh selain infeksi patogen,
misalnya penurunan kualitas lingkungan, kekurangan pakan (malnutrisi), dan
cacat secara genetik (Erazo-Pagador, 2001).
Penyakit ikan merupakan salah satu
kendala dalam usaha budidaya perikanan. Hal ini disebabkan karena wabah
penyakit dapat menimbulkan kematian ikan maupun udang budidaya. Tingginya
tingkat kematian ikan budidaya dapat menurunkan produksi perikanan sehingga
nilai pendapatan yang diperoleh menjadi turun jika dibandingkan dengan jumlah
modal yang harus dikeluarkan untuk keperluan budidaya seperti pembelian benih,
pakan, pembuatan tambak atau kolam, upah tenaga kerja dan lain sebagainya.
Disamping itu, ikan yang sakit juga akan memiliki nilai jual yang jauh lebih
rendah dari kondisi normal terlebih untuk ikan-ikan yang dijual dalam kondisi
hidup seperti kerapu dan lobster.
Berdasarkan penyebabnya, penyakit
pada ikan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu penyakit infeksi dan penyakit
non-infeksi. Penyakit infeksi merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi
patogen kedalam tubuh inang. Patogen penyebab penyakit pada ikan dapat berupa
virus, bakteri, parasit dan jamur (Lavilla Pitogo, 1991). Sedangkan penyakit non-infeksi
merupakan penyakit yang disebabkan oleh selain infeksi patogen, misalnya
penurunan kualitas lingkungan, kekurangan pakan (malnutrisi), dan cacat secara
genetik (Erazo-Pagador, 2001).
Faktor
lain yang membuat serangan parasit susah dicegah adalah minimnya peralatan yang
dimiliki untuk mendeteksi parasit tersebut. Hal ini sangat membahayakan para
petani ikan karena akan menimbulkan kerugian yang sangat besar. Untuk itu,
sebagai mahasiswa yang akan berkecimpung di dunia budidaya perairan, maka perlu
dilatih dasar-dasar untuk mendeteksi parasit yang menyerang ikan agar dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari setelah menyelesaikan studinya nanti.
B. Tujuan
Tujuan
dari praktikum ini adalah:
·
Mengetahui cara mengisolasi dan
mengidentifikasi parasit pada ikan.
·
Mengetahui jenis parasit dan organ ikan
yang terserang parasit.
·
Mengetahui tanda klinis ikan yang
terserang parasit.
II. TINJAUAN
PUSTAKA
Penyakit ikan adalah segala sesuatu yang dapat
menimbulkan gangguan pada ikan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Gangguan pada ikan dapat disebabkan oleh organisme lain, pakan maupun kondisi
lingkungan yang kurang menunjang kehidupan ikan. Ikan dikatakan sakit apabila
terjadi gangguan/kelainan baik secara anatomi maupun fisiologinya.Timbulnya
serangan penyakit di kolam merupakan hasil interaksi yang tidak serasi antara
ikan kondisi lingkungan dan organisme penyakit.interaksi yang tidak serasi ini
telah menyebabkan stress pada ikan, sehingga mekanisme pertahanan diri yang
dimilikinya menjadi lemah dan akhirnya mudah diserang oleh penyakit. Sumber
penyakit ikan yang sering menyerang ikan di dalam kolam terdiri dari beberapa
kelompok, yaitu hama, parasit dan non parasit. Penyakit ikan yang disebabkan
oleh organisme parasit umumnya menimbulkan kerugian cukup besar
(Afrianto,1992).
Parasitisme adalah bentuk simbiosis dari dua
individu yang satu tinggal, berlindung atau maka di atau dari individu lainnya
yang disebut inang, selama hidupnya atau sebagian dari masa hidupnya. Bagi
parasit, inang adalah habitatnya sedangkan mangsa bagi predator bukan merupakan
habitatnya, selain itu pada umumnya parasit memerlukan suatu individu inang
bagi pertumbuhannya, apakah dalam jangka waktu sampai dewasa atau hanya
sebagian dari stadia hidupnya, sedangkan predator memerlukan beberapa mangsa
selama hidupnya (Anonim, 2010).
Menurut Widyastuti et al. (2002) dalam Purbomartono
(2011), parasit dapat dibagi menjadi dua yaitu ektoparasit dan endoparasit.
Ektoparasit adalah parasit yang hidup diluar tubuh inang atau di dalam
liang-liang kulit yang mempunyai hubungan dengan luar kulit sedangkan
endoparasit adalah parasit yang hidup dibagian dalam tubuh ikan seperti hati,
limpa otak dan dalam sistem pencernaan, sirkulasi darah, pernapasan, dalam
rongga perut, daging, otot dan jaringan tubuh lainnya.
Berdasarkan daerah penyebaran, penyakit atau parasit
ikan dapat dibagi menjadi 3 golongan yaitu:
1. Penyakit atau parasit pada
kulit.
Penyakit atau parasit ini menyerang bagian kulit
ikan sehingga dengan mudah dapat dideteksi. Apabila organisme penyebabnya
berukuran cukup besar, maka dengan mudah dapat langsung diidentifikasi. Akan
tetapi bila berukuran kecil harus di identifikasi dengan mempergunakan sebuah
mikroskop atau dengan mengamati akibat yang timbulkan oleh serangan
organisme-organisme tersebut. Biasanya ikan yang terserang akan terlihat
menjadi pucat dan timbul lendir secara berlebihan. Organisme yang menyerang
bagian kulit dapat berasal dari golongan bakteri, virus, jamur atau lainnya.
Bila disebabkan oleh jamur, maka akan terlihat bercak-bercak berwama putih,
kelabu atau kehitam-hitaman pada kulit ikan. Ikan yang mengalami serangan
penyakit atau parasit pada kulitnya, biasanya akan menggosok-gosokkan badannya
kebenda-benda disekelilingnya sehingga sering kali menimbulkan luka baru yang
dapat menyebabkan terjadinya infeksi sekunder(Sachlan, 2002).
2. Penyakit atau parasit
pada insang.
Penyakit atau parasit yang menyerang organ insang
agak sulit untuk dideteksi secara dini karena menyerang bagian dalam ikan.
Salah satu cara yang dianggap cukup efektif untuk mengetahui adanya serangan
penyakit atau parasit pada insang adalah mengamati pola tingkah laku
ikan(Sachlan, 2002).
Ciri utama ikan yang terserang organ insangnya
adalah menjadi sulit untuk bernafas. Selain itu, tutup insang akan mengembang
sehingga sulit untuk ditutup dengan sempurna. Jika serangannya sudah meluas,
lembaran-lembaran insang menjadi semakin pucat. Sering pula dijumpai adanya
bintik-bintik merah pada insang yang menandakan telah terjadi pendarahan
(peradangan). Jika terlihat bintik putih pada insang, kemungkinan besar di
sebabkan oleh serangan parasit kecil yang menempel(Sachlan, 2002).
3. Penyakit atau parasit
pada organ dalam.
Ciri utama ikan yang terkena serangan penyakit atau
parasit pada organ (alat-alat) dalamnya adalah terjadi pembengkakan di bagian
perut disertai dengan berdirinya sisik. Akan tetapi dapat terjadi pula bahwa
ikan yang terserang organ dalamnya memiliki perut yang sangat kurus(Sachlan,
2002).
Jika pada kotoran ikan sudah dijumpai bercak darah,
ini berarti pad usus terjadi pendarahan (peradangan). Jika serangannya sudah
mencapai gelembung renang biasanya keseimbangan badan ikan menjadi terganggu
sehingga gerakan berenangnya jungkir balik tidak terkontrol (Sachlan, 2002).
Infeksi jamur pada ikan biasanya disebabkan
oleh jamur dari genus Spaprolegnia dan Achyla. Jamur
biasanya hanya akan menyerang jaringan luar tubuh ikan yang rusak sebagai
akibat luka (Ulcer) atau penyakit lain. Jamur dapat pula menyerang telur
ikan. Selain karena luka, kehadiran jamur dapat pula disebabkan atau
dipicu oleh kondisi air akuarium yang buruk, baik secara fisik maupun
kimia. Ikan-ikan berusia tua diketahui sangat rentan terhadap infeksi
jamur. Pada saat ini, dengan banyaknya fungisida (obat anti jamur), maka
serangan jamur sedikit banyak akan dapat ditangani dengan lebih mudah. Saat
ini, jamur yang termasuk berbahaya dan tergolong Hama Penyakit Ikan Karantina
yaitu Aphanomyces astacii. Jamur ini menyebabkan penyakit yang sering disebut
EUS (Epizootic Ulcerative Syndrome). Namun masih jarang sekali jamur ini
ditemukan (Anonim, 2011).
III. METODELOGI
A.
Waktu dan Tempak
Kegiatan
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal
28 Maret 2013 pukul 13.00 WIB bertempat di Laboratorium Perikanan Jurusan
Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
B.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum kesehatan
ikan mengenai identifikasi parasit pada ikan air terdiri dari mikroskop, gelas
objek, pinset, pisau bedah, dan pipet tetes. Sedangkan bahan-bahan yang
digunakan adalah ikan lele, ikan mas, ikan patin, ikan gurame, ikan tongkol,
udang, ikan nila, ikan laut (ikan sebelah), dan ikan hias.
C.
Cara Kerja
Prosedur kerja dalam praktikum kesehatan ikan sebelum
dilakukan isolasi, terlebih dahulu dilakukan pengamatan gejala klinis ikan
selama masih berada ditempat pemeliharaannya berupa terdapat atau tidaknya
kelainan pada ikan, seperti posisi berenang, nafsu makan, tingkah laku ikan
(aktif atau pasif), dan lain-lain. Kemudian dicatat hasil pengamatan yang
dilakukan.
Selanjutnya disiapkan sampel ikan yang diambil ditempat
pemeliharaan. Kemudian lendirnya ikan diambil dengan digunakannya bagian tumpul
pada pisau bedah, kemudian diletakan pada objek glass yang telah ditetesi
larutan metilen blue 2 tetes. Kemudian diamati dengan menggunakan mikroskop,
parasit yang tampak dibawah mikroskop selanjutnya di identifikasi. Selanjutnya
di lakukan pengamatan yang sama seperti perlakuan lendir diatas terhadap sisik,
insang, dan juga bagian dalam tubuh ikan yaitu pada usus dan organ dalam
lainnya.
IV. HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1
Hasil
No.
|
Kelompok
|
Ikan
|
Gejala Klinis
|
Parasit yang di Identifikasi
|
Organ
|
Gambar
|
1
|
1
|
Lele
|
---
|
---
|
---
|
---
|
2
|
2
|
Mas
|
· Tutp
insang terlihat pucat
· Nafsu
makan berkurang
|
·
Myxobolus sp.
·
Protozoa
|
·
Insang
·
Usus
|
|
3
|
3
|
Patin
|
Nafsu makan berkurang
|
Nematoda
|
Usus
|
|
4
|
4
|
Gurame
|
·
Lendir di permukaan
·
Berenang miring
|
·
Nematoda
·
Jamur
·
Acanthocephalus jacksoni
|
·
Sisik
·
Operculum
·
Usus
|
|
5
|
5
|
Tongkol
|
|
|
|
|
6
|
6
|
Udang
|
---
|
---
|
---
|
---
|
7
|
7
|
Nila
|
·
Terdapat jamur dibagian insang
·
Ikan kehilangan nafsu makan
·
Sisik nampak kusam
· Tutup Insang
nampak kusam
|
·
Jamur
· Cacing
· Splanchnotrophidae
· Splanchnotrophidae
|
· Insang
· Usus
· Sisik
· Tutup insang
|
|
8
|
8
|
Ikan laut
|
---
|
---
|
---
|
---
|
9
|
9
|
Ikan hias
|
gejala klinis pergerakan dan respon terhadap
kejutan lambat
|
Girodactylus spp.
|
Sisik ikan
|
|
4.2
Pembahasan
Dari
hasil yang didapat di atas, dapat diketahui bahwa parasit yang menyerang ikan
yaitu eksoparasit dan endoparasit. Pada ekto parasit bagian tubuh yang
terserang diantaranya lender, sisik, operculum, mata, dan insang. Sedangkan
untuk endoparasit yaitu ada di bagian usus. Parasit yang berhasil
diidentifikasi yaitu Mycobolus sp., Protozoa, Nematoda, Jamur, Acanthocephalus jacksoni, Anisakis spp,
Splanchnotrophidae, dan Girodactylus spp.
Anderson (2000)
mengklasifikasikan parasit Anisakis sp., sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Nematoda
Class : Secernentea
Order : Ascaridida
Super fammily :
Ascaridoridea
Family : Anisakidae
Sub family : Anisakinae
Genus : Anisakis
Spesies : Anisakis sp
Anisakis adalah
genus dari parasit nematoda, yang memiliki siklus hidup yang melibatkan ikan
dan mamalia laut. Larva parasit infektif bagi manusia dan menyebabkan Anisakiasis,
dan ikan yang telah terinfeksi dengan Anisakis sp., dapat menghasilkan
anafilaksis reaksi pada orang yang telah menjadi peka terhadap Immunoglobulin E
(IgE) (Anderson, 2000).
Siklus hidup Anisakis spp.
Gambar.
Siklus hidup anisakis spp.
Spesies Anisakis memiliki siklus hidup kompleks yang melewati sejumlah
host melalui perjalanan
hidup mereka. Telur menetas dalam air laut, dan larva yang dimakan oleh krustasea, biasanya euphausids. The
Crustacea terinfeksi selanjutnya dimakan oleh ikan atau cumi, dan
nematoda liang ke
dalam dinding usus dan encysts dalam mantel pelindung,
biasanya pada bagian luar organ visceral, tapi
kadang-kadang dalam otot atau di
bawah kulit. Siklus hidup selesai ketika ikan
yang terinfeksi dimakan oleh
mamalia laut, seperti ikan paus, segel, atau
lumba-lumba. Excysts nematoda dalam usus,
feed, tumbuh, pasangan
dan melepaskan telur ke dalam air laut dalam
tinja inang. Sebagai usus mamalia laut
secara fungsional sangat mirip dengan manusia, spesies
Anisakis dapat menginfeksi manusia yang makan ikan
mentah atau setengah matang
(Anonim, 2013)
Keragaman yang dikenal dari genus telah meningkat sangat selama 20 tahun terakhir, dengan munculnya teknik genetika modern di identifikasi spesies. Setiap spesies inang akhir ditemukan untuk memiliki "spesies saudara" sendiri biokimia dan genetik diidentifikasi dari Anisakis, yang reproduktif terisolasi. Temuan ini telah memungkinkan proporsi spesies saudara yang berbeda pada ikan yang akan digunakan sebagai indikator identitas penduduk di stok ikan (Anonim, 2013)
Mekanisme infeksi Anisakis spp
Anisakids berisiko bagi kesehatan manusia
melalui infeksi usus dengan cacing dari makan
ikan underprocessed, dan melalui reaksi alergi
terhadap bahan kimia yang ditinggalkan
oleh cacing dalam daging ikan (Anonim,
2013)
Penanggulangan infeksi Anisakis spp.
Untuk cacing, manusia adalah
tuan rumah buntu. Anisakis dan larva Pseudoterranova
tidak dapat bertahan hidup pada manusia, dan akhirnya akan mati. Dalam beberapa
kasus, infeksi akan menyelesaikan
dengan hanya pengobatan simtomatik
Dalam kasus lain, bagaimanapun, infeksi
dapat menyebabkan obstruksi usus kecil, yang mungkin
memerlukan operasi,. meskipun pengobatan
dengan albendazol saja (menghindari operasi) telah
dilaporkan untuk menjadi sukses. Perforasi
usus (keadaan darurat) juga
memungkinkan. (Anonim, 2013).
Kasus
yang pernah ditemukan karena adanya parasit ini yaitu di perairan Glondong
Gede, Tuban. Dan telah dilakukan penelitian mengenai identifikasi parasit pada
insang dan usus halus ikan kerapu (Epinephelus sexfasciatus) yang tertangkap di
perairan Glondong Gede, Tuban ( Himmah, Karimatul).
b.
Asplanchno trophidae
Klasifikasi
Filum : Rotifera
Kelas : Monogononta
Ordo : Ploima
Famili : Asplanchnidae (Anonim, 2010).
Habitat
. brightwelli tinggal di
alkali, danau eutrofik dan kolam (Anonim, 2010).
Ciri-ciri
·
Tidak mempunyai kaki
·
Lobus di perut
·
Berbentuk U vitellarium
·
Asplanchna subgenus
ditandai dengan "kelenjar berbentuk tapal kuda kuning" (Anonim, 2010).
c.
Jamur
Jamur-penyakit
terkait adalah salah satu penyebab utama kematian pada ikan baik secara
langsung maupun tidak langsung. Jamur hadir pada tingkat yang berbeda dalam
tangki setiap saat, tetapi jumlah yang hadir jamur dan kondisi kesehatan ikan
akan menentukan apakah ikan terinfeksi atau tidak. Untungnya, jamur mudah untuk
mencegah dan mengobati dalam kasus di mana itu didiagnosis pada tahap awal. (Wawan,
2010).
Gejala awal:
- Terdapat serabut seperti benang atau kapas pada bagian tertentu tubuh seperti sirip, sisik, dada, sungut dll.
- Pada bagian sungut ikan arowana jika terlambat dalam penanganan akan terbentuk sebuah benjolan kecil semacam kutil atau jerawat. Lambat laun jumlah benjolan tersebut akan semakin bertambah sehingga mengakibatkan sungut tampak lunglai.
- Sampai kondisi tertentu ikan akan terlihat pasif serta kadangkala menyebabkan nafsu makan menurun (Anonim, 2010).
Penyebab:
- Aphanomyces sp, Saprolegnia sp, Achyla sp, Fusariun sp
- Luka akibat gesekan yg terus menerus dan dalam waktu lama dapat pula ditumbuhi jamur.
- Kebersihan media filter yg tidak terawat dengan baik
- Kualitas air yg tidak baik diakibatkan kotoran/feces ikan dan sisa pakan yg berlebih dan terlambat dibersihkan (Anonim, 2010).
Pencegahan:
- Mengontrol kualitas air
- Selalu menjaga kebersihan media filter dan lingkungan akuarium
- Menjaga kebersihan peralatan akuarium
- Pemberian multivitamin untuk ikan
- Dengan cepat mengambil sisa pakan dan kotoran ikan (feces) dalam akuarium (Anonim, 2010).
Pengobatan:
Selain dengan cara sederhana
menggunakan garam dan heater sebagai pertolongan pertama pengobatan ikan
proshop shelookred dalam
memberikan pelayanan kepada customernya memberikan jasa pengobatan ikan arowana. Dengan pemberian dosis
obat yg tepat serta ditangani oleh tenaga profesional penyakit jamur dapat
disembuhkan (Anonim, 2010).
d.
Gyrodactylidea
Klasifikasi:
Filum : Platyhelminthes
Kelas :Trematoda
Monogenea
Ordo :
Gyrodactylidea
Famili : Gyrodactylidae
Genus :
Gyrodactylus
Species :
Gyrodactylus spp
(Budiman,
2009).
Siklus
hidup:
Dalam siklus hidupnya membutuhkan satu hospes (=
monogenetik). Pada umumnya parasit bersifat viviparous, dan
siklus hidupnya langsung (direct cycle).
(Budiman, 2009).
Gejala klinis :
·
Terjadi kekurusan dan kulit menjadi kusam.
·
Terlihat pucat/anemia.
·
Gerakannya menjadi lamban.
·
Pada infeksi awal-Ã ikan menggesekkan tubuhnya ke
dalam kolam atau benda keras lainnya
karena iritasi
·
Infeksi berat
--Ã mengeluarkan lender di sekitar parasit sebagai upaya respon
imun/pertahanan tubuh --Ã parasit tertutup oleh lender.
·
Tutup insang tidak dapat menutup dengan sempurna (Budiman, 2009).
Mekanisme infeksi
Cacing
ini membahayakan ikan, karena mereka mempunyai pengait yang akan dikaitkan pada
jaringan kulit secara dalam. Pada tahapan awal akan menyebabkan ikan
mengaruk-garuk dengan cara menggosokan badannya pada dasar atau obyek lainnya.
Selanjutnya selaput lendir pada kulit akan menipis, ikan akan berenang tegak
atau berayun dibawah permukaan arus air atau berbaring saja pada dasar
(Budiman, 2009).
e.
Protozoa
Protozoa
adalah hewan-hewan bersel tunggal, mempunyaistruktur yang lebih majemuk dari
sel tunggal hewan multi seluler dan walaupun hanya terdiri dari satu sel, namun
Protozoa merupakan organisme yang sempurna. Ukuran tubuh mikroskopis, sangat
beranekaragam morfologi, fisiologi dan perkembangbiakannya. Habitatnya di air
tawar, air laut, tanah yang lembab atau dalam tubuh hewan lain. Alat gerak
pseudopodia, flagellum, silia dan ada yang tanpa alat gerak (Wirawan, 2010).
Kelompok pertama protozoa tidak tersebar begitu saja
dalam lingkungan air, tetapi setiap jenis kurang lebih mendiami tipe habitat
tertentu seperti halnya hewan tingkat tinggi. Beberapa jenis protozoa hidup di
air tawar, di air laut dan lainnya lagi pada dasar perairan. Kelompok protozoa
ini terdapat di mana-mana di dunia di mana terdapat air atau tempat berair atau
tempat lembab. Kelompok kedua mudah dipisahkan, karena semua parasitik dan
tidak mempunyai cara untuk bergerak sendiri. Mereka mempunyai habitat
yang terbatas. (Rohmimohtarto 2007: 107).
Beberapa spesies bersifat parasitik, hidup pada
organism inang. Inang protozoa yang bersifat parasit dapat berupa organisme
sederhana seperti algae, sampai vertebrata yang kompleks, termasuk manusia.
Beberapa spesies dapat tumbuh di dalam tanah atau pada permukaan
tumbuh-tumbuhan. Semua protozoa memerlukan kelembaban yang tinggi pada habitat
apapun. Beberapa jenis protozoa laut merupakan bagian dari zooplankton (Wirawan, 2010).
Protozoa laut yang lain hidup di dasar laut. Spesies
yang hidup di air tawar dapat berada di danau, sungai, kolam, atau genangan
air. Ada pula protozoa yang tidak bersifat parasit yang hidup di dalam usus
termit atau di dalam rumen hewan ruminansia (Wirawan, 2010).
Berdasarkan alat geraknya, protozoa
dikelompokkan menjadi empat filum yaitu sebagai berikut:
1. Filum
Rhizopoda (Sarcodina)
2. Filum
Fagellata (Mastigophora)
3. Filum
Ciliata (Cilliophora)
4. Filum
Sporozoa.
(Wirawan, 2010).
f.
Myxobolus sp
Myxozoa adalah parasit yang tersebar
secara luas di tempat asli dan kolam yang besar pada populasi ikan. lnfeksi
kecil pada ikan hanya menimbulkan minimal masalah, tetapi dalam infestasi yang
banyak dapat menjadi masalah serius, khususnya ikan muda. Myxozoan adalah
parasit yang mempengaruhi jaringan secara luas. Parasit tersebut sangat banyak
dan beragain kelompok dari organisme, istimewa dari bentuk spora dan ukuran.
Spora dapat diamati dalam preparat kecil dari area yang terinfeksi pada
perbesaran 200x atau 400x atau dengan pemotongan histology (Klinger et al. 2002).
Jenis myxosporean lain dalam sistem
rangka dari ikan air tawar dan ikan air laut sering terjadi walaupun ada gejala
kecil bahwa parasit tersebut menyebabkan kerusakan signifikan. Untuk contoh, Myxobolus
cartiliganis ditemukan dalam cartilago (tulang rawan) di dasar sirip dan
lengkung insang dari centrarchid (Hoffman et al. 1965 dalam Robert 2001).
Pada umumnya terjadi di insang ikan
jenis carp yaitu Myxobolus intrachondrealis yang berbeda spora
ellipsoidal dan kapsul polar lebih panjang (Molnar 2000). Cara transmisi untuk
kebanyakan semua myxozoan tidak diketahui, tetapi bukti atau tanda berpendapat
bahwa pada beberapa myxozoan patogen ikan memiliki siklus bidup tidak langsung.
Ketakjuban pada ha1 itu bahwa siklus hidup tersebut dapat menghendaki
penyempurnaan dari dua macam siklus hidup yang meliputi seekor vertebrata
(ikan) dan seekor invertebrate (cacing gelang) induk semang, yang tiap siklus
hidup mempunyai tahap seks~lal sendiri dan tahap aseksual (Wolf et al.
dalam Noga 2000).
Klasifikasi Myxobolus sp secara lengkap
menurut Wikipedia (2008) adalah Myxobolus sp sama dengan
Henneguya sp hanya berbeda pada famillinya. Myxobolus sp termasuk dalam
kingdom Animalia, filum Myxozoa, kelas Myxosporca, ordo Bivalvulicia. Myxobolus
sp termasuk dalam famili Myxobolidae dan genus Myxobolus.
Pengendalian
Berdasarkan diagnosa, tiga aplikasi dari
10 ml formalinlm' efektif dalam kasus ini. Lima belas hari kemudian, ikan diuji
kembali dan kista parasit-parasit tersebut tidak ada lagi. Perubahan jaringan
ada pada insang setelah pengobatan hanya sebuah kongesti siriusoidal ringan dan
hiperplasia epitel yang ringan pada dasar
lamela sekunder (Martins et ul. 1999).
Dengan pengecualian disinfeksi dan
karantina, tidak ada penyembuhan nyata yang sempuma untuk infeksi myxozoan, walaupun
fumagilin dan malachite green menunjukkan beberapa kemampuan. Spora myxozoa
hidup lama, beberapa dapat
bertahan hidup dengan baik selama lebih
dari satu tahun, jadi disinfeksi diharuskan untuk eradikasi atau pemberantasan
(Noga 2000).
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Adapun
kesimpulan yang didapat adalah sebagai berikut:
1. Tidak
semua ikan memiliki parasit. Hanya ikan dalam kondisi tertentu saja yang di
tubuhnya terdapat parasit.
2. Parasit
yang menyerang pada ikan ada dua jenis, yaitu ektoparasit dan endoparasit.
3. Gejala
yang ditemukan terhadap masing-masing parasit dan jamur dapat diketahui dari
morfologi dan tingkah lakunya ikan yang diserang.
4. Parasit
yang ditemukan dalam praktikum yaitu Mycobolus sp., Protozoa, Nematoda, Jamur, Acanthocephalus jacksoni, Anisakis spp,
Splanchnotrophidae, dan Girodactylus spp.
5. Semua parasit yang terdapat pada ikan
dapat disembuhkan dan ditanggulangi sebelum ikan tersebut mati.
B.
Saran
Adapun saran yang dapat saya berikan yaitu dapat
diperhatikan kembali seluruh praktikan agar tidak rebut dan kondusif ketika
menjalankan praktikum. Serta usahakan agar seluruh praktikan dilibatkan agar
semua praktikan paham terhadap seluruh kegiatan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto dan Liviawaty. 1992. Pengendalian hama dan penyakit ikan.
Penerbit kanisius. Yogyakarta.
Anderson
R.C. 2000.Nematode Parasit of Vertebrates: Their Development and .2nd edision
CAB. International. UK. P.650.
Anonim,
2011. Pengndalian Beberapa Penyakit Ikan.
http://budibungo.blogsp ot.com. Diakses pada April 2013.
Anonim,
2010. Parasit. http://pengertian.blogspot.com/. Diakses pada April 2013.
Anonim,
2007. Penyakit dan Parasit Ikan. http://ikanmania.wordpress.com /. Diakses pada April
2013.
Anonim.
2013. http://Wikipedia.com/. Diakses pada
April 2013.
Budiman.,
Edi. 2009. Monogeniasis:http: fpk.unair.ac.id/. Diakses pada April 2013.
(2001).
Environmental and other non-infectious diseases.. Aquaculture Department, Southeast Asian Fisheries Development
Center (SEAFDEC/AQD).
Klinger
RE, Floyd RF. 2009. Introduction to
Freshwater Fish Parasites 1. University of Florida IFAS
Extension; CIR716.
Kordi .2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit
Ikan. C.V. Aneka. Solo. Kusumamihardja S. 1989. Diktat Parasitologi. Bogor: Institut Pertanian
Bogor. Yanong RPE. 2002. Nematode (Roundworm) Infection in Fish. Sirkular
911:33570-3434.
Lavilla-Pitogo,
C.R., M.C. L. Baticados, E.R. Cruz-Lacierda and L.D. de la Pena, 1990. Occurrence of luminous bacterial disease of Penaeus
monodon larvae in the Philippines. Aquaculture, 91: 1-13.
Martins
ML, Dias MT, Fujimoto RY, Onaka EM, Nomura DT. 1999. Hematological alteration
of Leporinus macrocephalus (Osteichtyes: Anostomidae) naturally infected
by Goezia leporini (Nematoda: Anisakidae) in fish pond. Arq. Bras Med
Vet Zootec 56(5):640-646.
Sachlan, M. 2002.
Planktonlogi. Correspondensi Course Center. Jakarta.
Wawan.
2010. Jamur Penyebab Penyakit Pada
Ikan: http://wawan-satu.blogspot.com/. Diakses pada April 2013.
Wirawan,
Eko. 2009. Parasit: http://eko_wirawan.blogspot.com/. Diakses pada April 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar