BAB
II. PENGAMATAN TERUMBU KARANG DENGAN METODE LIT
A. Pendahuluan
1. Latar
Belakang
Ekosistem terumbu karang merupakan
bagian dari ekosistem laut yang penting karena menjadi sumber kehidupan bagi
beraneka ragam biota laut. Di dalam ekosistem terumbu karang ini pada umumnya
hidup lebih dari 300 jenis karang, yang terdiri dari sekitar 200 jenis ikan dan
berpuluh‐puluh jenis moluska, crustacean,
sponge, alga, lamun dan biota lainnya (Dahuri, 2000). Terumbu karang bisa
dikatakan sebagai hutan tropis ekosistem laut. Ekosistem ini terdapat di laut
dangkal yang hangat dan bersih dan merupakan ekosistem yang sangat penting dan
memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi.
Terumbu karang (Coral Reef) adalah ekosistem khas daerah tropis yang pada dasarnya dibangun oleh hewan karang penghasil kerangka kapur (Scheleractinian). Bersama dengan ribuan spesies lain baik avertebrata, ikan, alga, maupun bakteri, hewan karang membentuk suatu hubungan fungsional yang penting untuk kelangsungan ekositem terumbu karang (Nontji, 1993). Karang adalah hewan tak bertulang belakang yang termasuk dalam filum Coelenterata (hewan berongga) atau Cnidaria. Hewan yang disebut sebgai karang (Coral) mencakup karang dari ordo Scleractinia dan sub kelas Octocoralia (Kelas Anthozon) maupun kelas Hydrozoa (Timotius, 2009).
Terumbu karang (Coral Reef) adalah ekosistem khas daerah tropis yang pada dasarnya dibangun oleh hewan karang penghasil kerangka kapur (Scheleractinian). Bersama dengan ribuan spesies lain baik avertebrata, ikan, alga, maupun bakteri, hewan karang membentuk suatu hubungan fungsional yang penting untuk kelangsungan ekositem terumbu karang (Nontji, 1993). Karang adalah hewan tak bertulang belakang yang termasuk dalam filum Coelenterata (hewan berongga) atau Cnidaria. Hewan yang disebut sebgai karang (Coral) mencakup karang dari ordo Scleractinia dan sub kelas Octocoralia (Kelas Anthozon) maupun kelas Hydrozoa (Timotius, 2009).
Binatang karang adalah pembentuk utama
ekosistem terumbu karang. Binatang karang yang berukuran sangat kecil, disebut
polip, yang dalam jumlah ribuan membentuk koloni yang dikenal sebagai karang
(karang batu atau karang lunak. Sedimentasi kapur di terumbu dapat berasal dari
karang maupun dari alga. Sebagai hewan yang menghasilkan kapur untuk kerangka
tubuhnya,karang merupakan komponen yang terpenting dari ekosistem tersebut.
Jadi Terumbu karang (coral reefs) merupakan ekosistem laut tropis yang terdapat
di perairan dangkal yang jernih, hangat (lebih dari 22oC), memiliki
kadar CaCO3 (Kalsium Karbonat) tinggi, dan komunitasnya didominasi
berbagai jenis hewan karang keras (Gunawan,1995).
2. Tujuan
Mengamati kondisi terumbu karang
disuatu perairan, berupa bentuk pertumbuhan karang berdasarkan cirri-cir
morfologinya, persentase penutupan karang hidup serta indeks kematiannya.
B. Tinjauan
Pustaka
Terumbu
adalah deposit berbentuk masif dari kalsium karbonat yang diproduksi oleh karang
(phlum cnidaria, ordo scelaractinia) dengan tambahan utama dari callacerous
algae dan organisme lain yang mengeluarkan kalsium karbonat (Malikusworo,
2011).
Karang
adalah hewan tak bertulang belakang yang termasuk dalam Filum Coelenterata
(hewan berrongga) atau Cnidaria yang disebut sebagai karang (coral)
mencakup karang dari Ordo scleractinia dan Sub kelas Octocorallia (kelas
Anthozoa maupun kelas Hydrozoa) (Timotius, 2011).
Terumbu
karang (Coral reef) merupakan masyarakat organisme yang hidup didasar
perairan dan berupa bentukan batuan kapur (CaCO3) yang cukup kuat
menahan gaya gelombang laut (Tomascik, 1992).
Terumbu
karang terdapat di lingkungan perairan yang agak dangkal.Terumbu karang
terutama terbentuk dari endapan-endapan kalsium karbonat (CaCO3)
yang dihasilkan oleh organisme karang, alga berkapur dan organisme lain yang
mengeluarkan kalsium karbonat (Utina, 2001).
Terumbu karang (coral reef ) sebagai
ekosistem dasar laut dengan penghuni utama karang batu mempunyai arsitektur
yang mengagumkan dan dibentuk oleh ribuan hewan kecil yang disebut polip. Dalam
bentuk sederhananya, karang terdiri dari satu polip saja yang mempunyai bentuk
tubuh seperti tabung dengan mulut yang terletak di bagian atas dan dikelilingi
oleh tentakel. Namun pada kebanyakan spesies, satu individu polip karang akan
berkembang menjadi banyak individu yang disebut koloni (Sorokin, 1993).
Terumbu karang (coral reef) merupakan masyarakat organism yang hidup di dasar perairan dan berupa bentukan batuan kapur (CaCO3) yang cukup kuat menahan gaya gelombang laut. Sedangkang organism-organisme yang dominan hidup disini adalah binatang karang yang memiliki kerangka kapur, algae yang banyak diantaranya juga mengandung kapur (Dawes, 1981).
Terumbu terbentuk dari endapan massif terutama kalsium karbonat yang dihasilkan oleh hewan karang (filum Cnidaria, kelas Anthozoa, bangsa Scleractina), alga berkapur dan organism-organisme lain yang mengeluarkan kalsium karbonat (Nybakken, 1992).
Pembentukan karang merupakan proses yang lama dan kompleks. Berkaitan dengan pembentukan terumbu karang terbagai atas dua kelompok yaitu karang yang membentuk terumbu atau disebut hermatypic coral dan karang yang tidak dapat membentuk terumbu atau ahermatypic coral. Kelompok hermatypic coral dalam prosesnya bersembiosis dengan zooxentellae dan membutuhkan sinar matahari untuk membentuk bangunan dari kapur yang dikenal dengan reef building corals, sedangkan kelompok kedua tidak dapat membentuk bangunan kapur sehingga dikenal dengan non-reef building corals yang secara normal hidupnya tidak tergantung pada sinar matahari (Veron, 1986).
C. Metodelogi
1. Waktu
dan Tempat
Hari/tanggal
: 18-19 Mei 2013
Waktu : 08.00 - selesai
Tempat : Pulau Tegal
2. Alat
dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam
praktikum ini adalas sebagai berikut:
·
Masker
dan snorkel
·
Pelampung’tali
raffia dan roll meter
·
Tiang
bamboo
·
Alat
tulis
·
Kunci
identifikasi
3. Cara
Kerja
Adapun cara kerja yang dilakukan dalam
praktikum ini adalah sebagai berikut:
a. Catat waktu pengamatan terlebih dahulu
b. Tentukan stasiun pengamatan sejajar
garis pantai, lalu tarik garis lurus dengan roll meter sejauh 50m,
c. Pada ujung roll meter ditancapkan
tiang bamboo
d. Secara berurutan, catat semua bentuk
pertumbuhan karang, biota, dan subtype subtract yang bersinggungan denga roll
meter. Dan juga hitung lebar pertumbuhannya.
D. Hasil
dan Pembahasan
1. Hasil
Pengamatan
Bentuk
Pertumbuhan
|
Transisi (cm)
|
Panjang (cm)
|
CF
|
50
|
50
|
ACS
|
90
|
40
|
CB
|
180
|
90
|
ACS
|
260
|
80
|
CB
|
310
|
50
|
ACS
|
420
|
110
|
CF
|
460
|
40
|
CB
|
560
|
100
|
CF
|
1270
|
710
|
ACS
|
1350
|
80
|
CF
|
2070
|
720
|
ACS
|
2130
|
60
|
CF
|
2360
|
230
|
ACS
|
2380
|
20
|
CF
|
2550
|
170
|
ACB
|
3018
|
468
|
CB
|
3032
|
14
|
ACS
|
3320
|
288
|
CB
|
3350
|
30
|
CF
|
5000
|
1650
|
2. Pembahasan
Pada praktikum biologi Laut khususnya praktikum mengenai
terumbu karang yang dilakukan di Perairan pulau Tegal dilakukan sampling
dengan metode transek garis yaitu dengan membentangkan meteran sepanjang
50 meter sejajar dengan garis pantai pada kedalaman kurang lebih 1 meter.
Setelah garis 50 meter dibentangkan maka masing – masing kelompok mulai mengidentifikasi
dan mencatat life form masing – masing karang yang dilewati oleh transek garis
dimana satu kelompok hanya mengidentifikasi dan mencatat life form masing –
masing karang untuk jarak sepanjang 50 meter.
Setelah masing – masing kelompok mendapatkan data life
form masing – masing karang untuk jarak per Cm maka masing – masing
kelompok tersebut harus mengumpulkan data life form karang secara keseluruhan
sepanjang 50 meter untuk kemudian data tersebut diolah sehingga diperoleh
prosentase penutupan karang di Perairan pulau Tegal dan perbandingan
antara prosentase Acropora dan Non-Acropora serta dapat diketahui kondisi
perairan di Perairan.
Dari hasil pengolahan data terumbu karang diketahui bahwa
di Perairan pulau tegal terdapat beberapa life form karang antara lain :
ACB : Acropora Branching
CB : Coral Branching
CM : Coral Massive
CSM : Coral SubMassive
DC : Dead Coral
DCA : Dead Coral with Algae
SC : Soft Coral
Sedangkan tipe substratnya adalah S
: Sand
Masing
– masing life form karang tersebut mempunyai prosentase penutupan yang berbeda
– beda. Dengan melihat prosentase penutupan karang yang berbeda tersebut dapat
diketahui bahwa kondisi ekosistem di Perairan tersebut termasuk kategori
yang cenderung baik dan lengkap karena adanya beberapa Acropora yang mendiami
perairan pulau tegal tersebut.
Kondisi
perairan di Perairan tersebut yang tingkat kekeruhannya rendah menyebabkan
sinar matahari mudah menembus kolom air sehingga memadai bagi zooxanthella
untuk melakukan fotosintesis yang tentu saja sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan terumbu karang. Selain itu, kadar salinitas yang stabil juga
menyebabkan pertumbuhan terumbu karang baik, karena salinitas yang
dibutuhkan bagi pertumbuhan terumbu karang adalah tetap diatas tetapi
dibawah..
Faktor
lain yang juga mempengaruhi pertumbuhan terumbu karang adalah kecepatan
sedimentasi, semakin tinggi kecepatan sedimentasi maka semakin rendah
pertumbuhan terumbu karang sebab permukaan terumbu karang dimana terdapat
zooxanthella akan tertutupi oleh sedimen sehingga tidak dapat berfotosintesis
dan sebaliknya.
Tingkat
salinitas yang baik di perairan tersebut menyebabkan pertumbuhan terumbu karang
cukup baik. Pertumbuhan terumbu karang juga dipengaruhi oleh
substrat terutama substrat keras. Substrat yang terdapat disekitar
terumbu karang di perairan tersebut yaitu Sand ( pasir ).
E. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diberikan
adalah sebagai berikut:
1.
Kondisi ekosistem di Perairan
tersebut termasuk kategori yang cenderung baik dan lengkap karena adanya
beberapa Acropora yang mendiami perairan ujung piring tersebut.
2.
Kondisi substrat yang ada adalah
berpasir.
3.
Masing – masing life form karang
tersebut mempunyai prosentase penutupan yang berbeda – beda.
4.
Kondisi perairan di Perairan tersebut
yang tingkat kekeruhannya rendah menyebabkan sinar matahari mudah menembus
kolom air sehingga memadai bagi zooxanthella untuk melakukan fotosintesis yang
tentu saja sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan terumbu karang,
Daftar
Pustaka
Dawes
CJ. 1981. Marine Botany. John & Sons, Inc. New York, 628 p
Edwards AJ, Clark CD (1996) A review of remote sensing for the assessment and management of tropical coastal resources. Coastal Management 24:1-40
Edwards AJ, Clark CD (1996) A review of remote sensing for the assessment and management of tropical coastal resources. Coastal Management 24:1-40
Gunawan, H. 1995. Keragaman Jenis Ikan, Terumbu Karang dan
Flora Fauna Hutan Mangrove, Taman Nasional Laut Bunaken-Manado Tua.
LaporanPenelitian. Balai Penelitian Kehutanan Ujung Pandang.
Nybakken, J .W. 1992. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologis.
PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Romimohtarto. 2005. Biologi Laut. Penerbit Djambatan.
Jakarta.
Veron.
J.E.N. 1986. Coral of Australia and The Indofasific. Angus & Robertos
:Australia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar