PEMIJAHAN LELE DUMBO (Clarias
gariepinus )
(Laporan Praktikum Genetika pada Ikan)
Oleh :
WIDI INDRA KESUMA
1114111058
JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2013
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Pemijahan
merupakan bagian dari reproduksi ikan yang menjadi mata rantai daur hidup
kelangsungan hidup spesies. Penambahan populasi ikan bergantung kepada
berhasilnya pemijahan ini dan juga bergantung kepada kondisi dimana telur dan
larva ikan diletakkan untuk tumbuh. Oleh karena itu sesungguhnya pemijahan
menuntut suatu kepastian untuk keamanan kelangsungan hidup keturunannya dengan kepada
habitat pemijahan itu untuk melangsungkan prosesnya.
Dalam
keadaan normal memilih tempat, waktu dan kondisi yang menguntungkan.
Berdasarkan hal ini pemijahan tiap spesies ikan mempunyai kebiasaan yang
berbeda tergantung ikan melangsungkan pemijahan minimum satu kali dalam satu
daur hidupnya seperti yang terdapat pada ikan salmon dan sidat. Sesudah
melakukan pemijahan, induk ikan tersebut mati karena kehabisan tenaga. Hampir
semua ikan pemijahannya berdasarkan reproduksi seksual yaitu terjadinya
persatuan sel produksi organ seksual yang berupa telur dari ikan betina dan
spermatozoa dari ikan jantan. Dari persatuan kedua macam sel tersebut akan
terbentuk individu baru yang akan menambah besarnya populasi. Persatuan kedua
macam sel seks tadi ada yang terjadi di dalam tubuh (pembuahan di dalam atau
fertilisasi internal) dan ada pula yang terjadi di luar tubuh (fertilisasi eksternal).
Ikan yang mengadakan fertilisasi internal mempunyai perlengkapan tubuh untuk
memastikan berhasilnya fertilisasi tadi dengan organ khusus (copulatory organ)
untuk keperluan ini, organ tersebut biasanya terdapat pada ikan jantan saja.
Ikan
lele yang hidup di alam memijah pada musim penghujan dari bulan Mei sampai
Oktober. Ikan lele juga dapat memijah sewaktu-waktu sepanjang tahun, apabila
keadaan air kolam sering berganti. Pemijahan juga di pengaruhi oleh makanan
yang diberikan. Makanan yang bermutu baik akan meningkatkan vitalitas ikan
sehingga ikan lele lebih sering memijah. Apabila telah dewasa, lele betina akan
membentuk telur di dalam indung telurnya. Sedangkan lele jantan membentuk
sperma atau mani. Bila telur-telurnya telah berkembang maksimum yaitu mencapai
tingkat yang matang untuk siap dibuahi maka secara alamiah ikan lele akan
memijah atau kawin.
Ikan
lele sangkuriang (Clarias gariepinus) merupakan salah satu jenis ikan
air tawar yang sudah banyak dibudidayakan di Indonesia. Asal-usul dari lele
sangkuriang, yaitu Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT)
memutuskan untuk melakukan pemurnian kembali dengan tujuan untuk memperbaiki
kualitas ikan lele dumbo yang mengalami penurunan. Ikan lele betina keturunan
kedua yang merupakan lele dumbo asli dari Afrika Selatan (F2) dikawinkan dengan
ikan lele jantan keturunan keenam (F6) yang merupakan sediaan induk yang ada di
BBPBAT Sukabumi, sehingga anakan yang dihasilkan kemudian dinamakan Lele
Sangkuriang (Amri & Khairuman 2008).
Pemijahan
lele sangkuriang tersebut dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara alami
dan buatan. Secara alami dapat dilakukan dengan memasangkan indukan lele jantan
dan betina dalam satu kolam pemijahan, sedangkan secara buatan dapat dilakukan
dengan menyuntikkan hormone yang dapat merangsang pemijahan. Untuk mengetahui
secara pasti proses pemijahan tersebut dan mengetahui hasilnya secara genetic,
maka dilakukanlah praktikum ini.
1.2
Tujuan
Adapun
tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
a.
Untuk mengetahui cara dan proses
pemijahan ikan lele secara buatan maupun alami.
b.
Untuk mengetahui secara genetic hasil
dari pemijahan ikan lele Sangkuriang
c.
Agar mahasiswa mempunyai kemampuan/skill
untuk melakukan cara dan teknik pemijahan pada ikan yang dibudidayakan.
II.
METODELOGI
2.1
Alat
Adapun
alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu kakaban, ember, saringan, sapu
lidi, sikat, gelas objek, mikroskop, pipet dan gelas film.
2.2
Bahan
Adapun
bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu ikan Lele jantan, ikan lele
betina, pakan, larutan fisiologis, dan air untuk media hidup ikan.
2.3
Cara
Kerja
2.3.1
Fertilisasi
a) Persiapan
Wadah
Persiapan wadah yang dilakukan untuk
pemijahan ikan lele secara alami diawali dengan pembersihan kolam
pemijahan dengan sapu lidi, sikat yang dibersihkan terlebih dahulu, setelah itu
kolam pemijahan diisi air sampai setengah dari tinggi bak pemijahan.
b) Seleksi
Induk
Induk
yang akan digunakan untuk pemijahan diseleksi terlebih dahulu. Induk betina
yang dipilih yaitu induk yang mempunyai ukuran perut yang besar , lembek dan
apabila distipping akan keluar cairan bening dan jika di striping terlalu
berlebihan akan menyebabkan telur ikan akan keluar, sedangkan induk jantan yang
dipilih yaitu jantan yang mempunyai papilla berwarna merah dan agresif .
Perbandingan induk yang akan dipijahkan yaitu 1:1, satu jantan dan satu betina.
c) Pemijahan
Pemijahan ikan lele secara alami
dilakukan dengan cara dimasukkannya ikan lele jantan dan betina dengan rasio
1:1 di bak pemijahan dengan ukuan 1.5 m x 1 m x 1 m, yang sebelumnya dilakukan
pemasangan kakaban sebanyak 5 buah sebagai substrat penempelan telur.
Selanjutnya tunggu ikan sampai mijah, waktu pemijahan membutuhkan waktu 10-15
jam.
2.3.2
Embriogenesis
·
Telur
yang telah disatukan di tempelkan pada cawan petri.
·
Tulur
di letakan dalam aquarium dengan mengunakan hiter dengan suhu 300C.
·
Diberi
MB secukupnya pada iar aquarium.
·
Ambil
sampel 2-3 larva diletakan dicawan perti.
·
Diamati
setiap 20 menit sekali dibawah microskop.
III.
HASIL
IV.
PEMBAHASAN
1. Persiapan wadah dan
substrat (kakaban).
Persiapan bak pemijahan
dilakukan sebelum dilakukan pemijahan. Wadah pemijahan induk ikan lele dumbo
dapat juga digunakan sebagai tempat penetasan telur. Pada praktikum ini wadah
yang digunakan adalah 2 unit, berupa bak beton berukuran 2 m x 1 m x 0,5 m.
Sebelum digunakan, bak induk perlu disiapkan terlebih dahulu. Proses penyiapan
meliputi pengeringan, pembersihan, perbaikan (saluran pembuangan dan selang
aerasi). Penyiapan wadah pemeliharaan bertujuan untuk menciptakan lingkungan
yang optimal bagi induk ikan lele dumbo untuk pemijahan serta menghilangkan
atau mengurangi potensi serangan hama atau penyakit. Wadah pemeliharaan
disiapkan 1 hari sebelum induk ditebar. Pengeringan bak dilakukan dengan cara
membuang seluruh air yang ada di bak dengan membuka outlet (saluran air
keluar), kemudian dilakukan perbaikan terhadap kebocoran pada saluran
pembuangan serta merapikan instalasi udara (aerasi). Pembersihan bak dilakukan
dengan cara mencuci bak menggunakan sikat dan membilasnya dengan air hingga
bersih. Pengisian air dilakukan dengan cara memompa air dari bak penampungan
air ke bak pemijahan sampai mencapai ketinggian sekitar 25 – 30 cm.
Sebagai tempat atau media
menempelnya telur, di dasar bak dipasang kakaban yang terbuat dari ijuk. Ukuran
kakaban disesuaikan dengan ukuran bak pemijahan. Dengan ukuran kakaban yang
digunakan 75 cm x 30 cm. Pada praktikum ini digunakan kakaban sebanyak 3 buah.
Jika kurang, dikhawatirkan telur yang dikeluarkan ketika pemijahan tidak
tertampung seluruhnya atau menumpuk di kakaban, sehingga mudah membusuk dan
tidak menetas. Kakaban harus menutupi seluruh permukaan dasar bak pemijahan,
sehingga semua telur lele dumbo tertampung di kakaban.
3. Pemijahan
secara alami.
Induk lele dumbo yang telah
diseleksi kematangan gonad selanjutnya dipijahkan secara alami. Induk tersebut
dimasukan ke dalam bak pemijahan yang telah disiapkan. Induk akan memijah
setelah 8 – 12 jam setelah dilepaskan kedalam bak. Selama proses pemijahan
berlangsung dilakukan pengontrolan. Pada praktikum ini induk lele dilepaskan
pada pukul 16.00 WIB ke dalam bak pemijahan yang telah diberi kakaban,
sebagai substrad atau media penempelan telur, dan pemijahan terjadi pada pagi
harinya antara pukul 23.00-05.00 WIB.
Dari hasil pemijahan ini hanya 2
buah kakaban yang terjadi penumpukan menempelnya telur, sedangkan 1 buah
kakaban kosong. Hal ini dikarenakan pada saat penempatan kakaban di bak
pemijahan, hanya 2 kakaban yang berada di dasar wadah sedangan 1 buah kakaban
lagi terapung diatas permukaan air karena kurangnya diberi pemberat. Hal ini
juga sesuai dengan sifat dari telur ikan lele yang berada pada dasar wadah
pemijahan.
Setelah pemijahan induk ikan
lele segera diangkat dari bak pemijahan dan di timbang berat induk betina untuk
mengetahui fekunditas telur, selanjutnya induk dikembalikan ke kolam
pemeliharaan induk agar tidak mengganggu proses penetasan telur, hasil dari
penimbangan induk betina pasca pemijahan adalah 1,1 kg maka dapat diketahui
berat telur = 1,2 – 1,1 kg = 100 gram. Kegiatan selanjutnya dilakukan
penjarangan kakaban agar pada saat penetasan tidak terjadi kepadatan larva pada
wadah, pada tahap praktikum ini 1 buah kakaban dipindahkan ke bak penetasan
sedangkan satunya dibiarkan didalam bak pemijahan untuk penetasan, artinya 1
bak penetasan diberi 1 buah kakaban yang dipenuhi telur. Selanjutnya telur yang
menempel pada kakaban ini dihitung agar diketahui jumlah total telur pasca
pemijahan dan jumlah telur yang terbuahi. Dari hasil praktikum pemijahan
ini, didapat hasil penghitungan telur pasca pemijahan dengan cara
pengambilan sampling telur pada kakaban adalah 35.273 butir dengan rumus : .
maka dapat diketahui presentasi jumlah telur (Fekunditas)
hasil pemijahan ikan lele ini.
Telur yang menepel pada kakaban
yang terbuahi dapat diketahui berwarna kuning cerah, sedangkan telur yang tidak
terbuahi berwarna putih, dari hasil pemijahan ini jumlah telur yang terbuahi
adalah 28.350 butir.
Embriogenesis
adalah proses pembelahan sel dan diferensiasi sel dari embrio ikan yang terjadi
pada saat tahap-tahap awal dari perkembangan ikan hingga penetasan telur.
Tahap-tahap embriogenesis terdiri dari zigot, morula, blastula, grastula dan
organogenesis. Zigot akan mulai membelah oleh mitosis untuk menghasilkan
organisme multiselular, waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan zigot ini
adalah 15 menit (Anonim 2009). Berdasarkan hasil praktikum pembentukan zigot
berkisar 27 menit yang dimulai dari pukul 07.21 - 07.47 WIB. Hasil dari proses
ini disebut embrio. Morula adalah suatu bentukan sel seperti bola
(bulat) akibat pembelahan sel terus menerus dimana keberadaan antara satu
dengan sel yang lain adalah rapat, waktu yang dibutuhkan pada tahap ini 2 jam (Anonim 2009).
Berdasarkan hasil praktikum dibutuhkan waktu dari proses zigot keproses morula
berkisar 97 menit yaitu dari pukul 07.47 – 08.44 WIB. Tahap
berikutnya, blastula adalah
bentukan lanjutan dari morula yang terus mengalami pembelahan. Tahap blastula
ditandai dengan mulai adanya perubahan sel dengan mengadakan pelekukan yang
tidak beraturan.
Berdasarkan hasil praktikum proses morula keproses blastula berkisar 1 jam 7
menit yaitu dari pukul 08.44 – 10.14 WIB. Selanjutnya,
gastrula adalah bentukan lanjutan dari blastula yang pelekukan tubuhnya sudah
semakin nyata dan mempunyai lapisan dinding tubuh embrio serta rongga tubuh, waktu yang dibutuhkan pada tahap
ini 4 jam (Anonim 2009). Berdasarkan hasil praktikum dari proses blastula
keproses grastula berkisar 3 jam yaitu dari pukul 10.14 - 13.18 WIB. Tahap akhir
dari embriogenesis yaitu organogenesis yaitu proses pembentukan organ-organ
tubuh pada makhluk hidup (Anonim 2009). Adapun kegunaan embriologi adalah memberikan
pengertian tentang organ dan jaringan yang berbeda, berkembang dari suatu sel
tunggal (zigot) dan membantu memberikan gambaran mengenai perkembangan normal
dan perkembangan abnormal. Berdasarkan praktikum terlihat perbedaan dan
terjadinya pembelahan setiap jamnya. Sehingga dapat membedakan perkembangan sel
tunggal sampai penetasan telur.
Berdasarkan
praktikum ikan yang digunakan adalah ikan lele (Clarias sp.). Awal
perkembangan dimulai saat pembuahan (fertilisasi) sebuah sel telur oleh sel
sperma yang membentuk zigot (zygot). Gametogenesis merupakan fase akhir
perkembangan individu dan persiapan untuk generasi berikutnya. Proses
perkembangan yang berlangsung dari gametogenesis sampai dengan membentuk zygot
disebut progenesis. Proses selanjutnya disebut embriogenesis (blastogene)
yang mencakup pembelahan sel zigot (cleavage), morula, blastulasi, dan
gastrulasi. Proses selanjutnya adalah organogenesis , yaitu pembentukan
alat-alat (organ) tubuh. Embriologi mencakup proses perkembangan setelah
fertilisasi sampai dengan organogenesis sebelum menetas
atau lahir, berdasarkan hasil praktikum proses penetasan terjadi pada keesokan
harinya pada pukul 07.08 WIB.
Menurut
Nagy (1981), cleavage yaitu tahapan proses pembelahan sel. Proses ini
berjalan teratur dan berakhir hingga mencapai balastulasi. Bisa juga dikatakan
proses pembelahan sel yang terus menerus hingga terbentuk bulatan, seperti bola
yang di dalamnya berisi rongga. Gastrulasi merupakan proses kelanjutan
blastulasi. Hasil proses ini adalah terbentuknya tiga lapisan, yaitu ektoderrm,
modeterm dan entoderm. Organogenesis adalah tahapan dimana terjadi pembentukan
organ-organ tubuh dari tiga lapisan diatas, yaitu ektoderm, metoderm dan entoderm.
Setiap lapisan membentuk organ yang berbeda. Ektoterm membentuk lapisan
epidermis pada gigi, mata dan saraf pendengaran. Mesoderm membentuk sistem
respirasi, pericranial, peritonial, hati dan tulang. Sedangkan entoterm
membentuk sel kelamin dan kelenjar endokrin. Berdasarkan hasil praktikum
pembentukan tulang belakang terjadi pada pukul 19.14, untuk pembentukan sirip
kaudal 19.40. Untuk pembentukan mata terjadi pada keesokan harinya pada pukul
04.05WIB.
Adapun proses-proses secara terperinci setelah pembuahan terjadi adalah
sebagai berikut (Nagy 1981):
1. Proses cleavage;
proses pembelahan zygote secara cepat menjadi unit-unit sel kecil yang disebut
blastomer.
2. Proses
blastulasi; proses yang menghasilkan blastula, yaitu campuran sel-sel
blastoderm yang membentuk rongga penuh cairan sebagai blastokoel. Pada akhir
blastulasi, sel-sel blastoderm akan terdiri atas neural, epidermal,notokhordal,
mesodermal,dan entodermal yang merupakan bakal pembentuk organ-organ.
3. Proses grastulasi; proses pembelahan bakal organ yang sudah terbentuk pada saat blastulasi. Bagian-bagian yang terbentuk nantinya akan menjadi suatu organ.
4. Proses organogenesis; proses pebentukan berbagai organ tubuh secara berturut-turut, antara lain susunan saraf, notochord, mata, somit, rongga kupffer, olfaktorin sac, subnotokhordrod, linear lateralis, jantung, aorta, insang, infundibulum, dan lipatan-lipatan sirip.
3. Proses grastulasi; proses pembelahan bakal organ yang sudah terbentuk pada saat blastulasi. Bagian-bagian yang terbentuk nantinya akan menjadi suatu organ.
4. Proses organogenesis; proses pebentukan berbagai organ tubuh secara berturut-turut, antara lain susunan saraf, notochord, mata, somit, rongga kupffer, olfaktorin sac, subnotokhordrod, linear lateralis, jantung, aorta, insang, infundibulum, dan lipatan-lipatan sirip.
Peristiwa penetasan terjadi jika embrio telah menjadi lebih panjang
lingkaran kuning telur dan telah terbentuk perut. Selain
itu penetasan telur juga disebabkan oleh gerakan larva akibat
temperature, intensitas cahaya, dan pengurangan tekanan tekanan oksigen (Affandi 2000). Kematangan gonad adalah tahapan tertentu perkembangan gonad
sebelum dan sesudah memijah. Selama proses reproduksi, sebagian energi dipakai
untuk perkembangan gonad. Bobot gonad ikan akan mencapai maksimum sesaat ikan
akan memijah kemudian akan menurun dengan cepat selama proses pemijahan
berlangsung sampai selesai. Menurut Effendie (1997), umumnya pertambahan bobot
gonad ikan betina pada saat stadium matang gonad dapat mencapai 10-25% dari
bobot tubuh dan pada ikan jantan 5-10%. Lebih lanjut dikemukakan bahwa semakin
rneningkat tingkat kematangan gonad, diameter telur yang ada dalam gonad akan
menjadi semakin besar. kematangan seksual pada ikan dicirikan oleh perkembangan
diameter rata-rata telur dan melalui distribusi penyebaran ukuran telurnya. Berdasarkan hasil praktikum telur yang dihasilkan mempunyai diameter yang
hampir sama pada umumnya.
Berdasarkan praktikum tidak terdapat perbedaan antara hasil yang diamati
dengan gambar literatur. Dapat dilihat pada tabel 1 yaitu tabel hasil
embriogensis ikan lele, literatur menunjukkan hasil yang sama dengan hasil yang
diamati pada saat praktikum. selain itu waktu yang dibutuhkan dalam proses
perkembangan telur sampai telur menetas selama 25 jam. Menurut Effendi (2000),
kisaran normal perkembangan telur sampai menetasnya telur (18-20 jam). Hal ini
berbeda dengan literatur yang ada, adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
proses embriogenesis antara lain suhu, intensitas cahaya, dan pengurangan
tekanan oksigen (Affandi 2000). Lamanya perkembangan
telur ikan lele, dikarenakan kurangnya intensitas cahaya, serta suhu. Selain
itu, pada praktikum semua perlakuan mengalami pemijahan baik itu perlakuan
alami, semi alami, dan buatan
Sel
sperma adalah sel padat yang tidak tumbuh atau membelah diri. Sel sperma hanya
bertujuan untuk membuahi sel telur. Jumlah Sperma yang dihasilkan oleh ikan
jantang beraneka ragam volum dan maupun kualitasnya, hal ini dipengaruhi oleh
umur, ukuran dan frekuensi pengeluaran sperma (Kazakou, 1981 dalam Sutrisna,
2002) selain tiu faktor eksternal lain yang mempengaruhi adalah musim,
frekuensi pemijahan, jumlah ikan betina yang akan dibuahi dan konsisi
pemijahan. Sperma bergerak dengan bantuan bagian ekornya. Sperma yang
berkualitas akan bergerak melawan aliran air.
Faktor
luar yang yang berpengaruh terhadap penetasan telur ikan adalah suhu, oksigen
terlarut, pH, salinitas dan intensitas cahaya. Proses penetasan umumnya
berlangsung lebih cepat pada suhu yang lebih tinggi karena pada suhu yang
tinggi proses metabolismo berjalan lebih cepat sehingga perkembangan embrio
akan lebih cepat yang berakibat lanjut pada pergerakan embrio dalam cangkang
yang lebih intensif. Namur demikian, suhu yang terlalu tinggi atau berubah
mendadak dapat menghambat proses penetasan dapat menyebabkan kematian embrio
dan kegagalan penetasan. Suhu yang baik untuk penetasan ikan 27 – 300C.
Kelarutan oksigen terlarut dan intensitas cahaya akan mempengaruhi proses
penetasan. Oksigen dapat mempengaruhi sejumlah organ embrio. Cahaya yang kyat
dapat menyebabkan laja penetasan yang cepat, kematian dan pertumbuhan embrio
yang jelek serta figmentasi yang banyak yang berakibat pada terganggunya proses
penetasan.
Telur yang telah dibuahi berwarna
kuning cerah kecoklatan, sedangkan telur yang tidak dibuahi berwarna putih
pucat. Di dalam proses penetasan telur diperlukan suplai oksigen yang cukup.
Untuk memenuhi kebutuhan akan oksigen terlarut dalam air, setiap bak penetasan
di pasang aerasi.
Telur akan menetas tergantung dari
suhu air bak penetasan dan suhu udara. Jika suhu semakin panas, telur akan
menetas semakin cepat. Begitu juga sebaliknya, jika suhu rendah, menetasnya
semakin lama. Telur ikan lele dumbo, ikanpatin dan bawal akan menetas menjadi
larva antara 18 –24 jam dari saat pembuahan. Sumantadinata (1983) mengatakan
faktor-faktor yang mempengaruhi daya tetas telur adalah :
1.Kualitas telur. Kualitas telur
dipengaruhi oleh kualitas pakan yang diberikan pada induk dan tingkat
kematangan telur.
2.Lingkungan yaitu kualitas air
terdiri dari suhu, oksigen, karbon-dioksida, amonia, dll.
3.Gerakan air yang terlalu kuat yang
menyebabkan terjadinya benturan yang keras di antara telur atau benda lainnya
sehingga mengakibatkan telur pecah.
Menurut Suyanto (1999), lele sangkuriang mulai dapat
dijadikan induk pada umur (8 – 9) bulan dengan massa minimal 500 gram. Telur
akan menetas dalam tempo 24 jam setelah memijah dengan kemampuan memijah
sepanjang tahun tanpa mengenal musim. Menurut Prihartono, dkk (2000),
tanda-tanda induk jantan yang telah siap memijah diantaranya alat kelamin
tampak jelas (meruncing), perutnya tampak ramping, jika perut diurut akan
keluar spermanya, tulang kepala agak mendatar dibanding dengan betinanya, jika
warna dasar badannya hitam (gelap), warna itu menjadi lebih gelap lagi dari
biasanya. Sedangkan untuk induk betina alat kelaminnya bentuknya bulat dan
kemerahan, lubangnya agak membesar, tulang kepala agak cembung, gerakannya
lamban, warna badannya lebih cerah dari biasanya.
Cara
menyuntik
Tangkap induk
lele dengan menggunakan seser induk. Kemudian seorang membantu memegang induk
lele yang hendak disuntik (ikan betina terlebih dahulu) dengan menggunakan kain
untuk menutup dan memegang kepala ikan dan memegang pangkal ekornya.
Kemudian
suntikkan hormon yang sudah disiapkan tadi ke dalam daging lele di bagian
punggung, setengah dosis di sebelah kiri dan setengah dosis disebelah kanan
dengan kemiringan jarum sunik 40 – 45º. Kedalaman jarum suntik ± 1 cm dan
disesuaikan dengan besar kecilnya tubuh ikan.
Lakukan
penyuntikan secara hati-hati. Setelah obat didorong masuk, jarum dicabut lalu
bekas suntikkan ditekan/ditutup dangan jari telunjuk beberapa saat agar obat
tidak keluar.
Setelah
dilakukan penyuntikan lalu indukan ikan lele tersebut dibawa ketempat lokasi
pemijahan untuk dilakukan proses perkawinan. Lokasi tempat
pemijahan telah dipersiapkan sehari sebelum dilakukan proses pekawinan.
Pemijahan buatan menggunakan induk jantan 6 ekor dan induk betina sebanyak 8
ekor. dengan menggunakan bak sebayak 4 buah sebagai tempat untuk pemijahan.
Pada pukul 17.00 WIB indukan ikan lele jantan dan betina
dimasukkan kedalam bak. Dan proses perkawinan pun akan terjadi pada malam hari.
Keesokan harinya sekitar pukul 07.00 WIB indukan betina telah mengeluarkan
ribuan telu-telurnya yang akan menetas sekitar (30 – 36) jam setelah pembuahan
pada suhu (23 – 24)0C. Dan telur-telur ikan lele pun telah menetas.
Apabila telah melewati batas waktu telur tersebut belum menetas, maka telur
tersebut dianggap gagal atau tidak terjadi proses pembuahan. Setelah itu angkat
indukan ikan lele jantan dan betina dan didiamkan selama 1 hari pada kolam yang
terpisah antara induk jantan dan betina sebulum dikembalikan ke kolam tempat
indukan. Dilakukan pemisahan setelah mengalami pemijahan dibak terpisah, karena
setelah proses perkawinan indukan ikan lele tersebut berbau amis dan apabila
disatukan kedalam kolam indukan, indukan ikan lele yang telah mengalami proses
perkawinan akan terancam dimangsa oleh indukan yang lainnya, maka dari itu
dilakukan hal tersebut.
V.
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil yang diperoleh dari praktikum teknik pemijahan dan embriogenesis dapat
disimpulkan bahwa pengaruh teknik pemijahan yang berbeda terhadap embriogenesis
ikan lele (Clarias sp.) bergantung pada suhu, intensitas cahaya, serta
pengaruh pengurangan tekanan oksigen, sehingga akan dihasilkan telur dan larva
yang berbeda pada setiap perlakuan pemijahan.
Berdasarkan
pada hasil penelitian yang telah lakukan mengenai embriogenesis telur ikan lele
(Clarias sp), bahwa kegagalan pada saat praktikum mingkin disebabkan karena
kurang kehati-hatian saat mengambil gonad dan mencapurkan keduanya. Hal ini
ditunjukkan dengan kematian semua telur ikan setelah di teliti hingga praktikum
ini dapat dikatakan gagal.
Saran
Setelah
mengambil kesimpulan dari penelitian ini, penulis menyarankan hendaknya para
praktikan lebih berhati-hati dalam bekerja dan dibutuhkan kekompakan antar
kelompok agar memperhatikan setiap perkembangan yang dapat terjadi di kelompok
masing-masing. Sehingga pada praktikum ini dapat menghasilkan hasil yang
memuaskan.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. 2009. Embriogenesis. http://www.embriogenesis
ikan lele.com. [13
Desember 2012].
Afandi R. &
Tang U.M. 2000. Biologi Reproduksi Ikan. Laporan. Pekanbaru: Pusat Penelitian
Kawasan Pantai dan Perairan.
Efendi M.I. 1997.
Biologi Perikanan. Bogor: Yayasan Pustaka Nusantara.
Harijanto, Andre. 2006. Upaya
Maskulinisasi Induk Lele Dumbo (Clarias sp.) yang Telah Diovariektomi
Parsial dengan Metode Implantasi Hormon 17α-metiltestosteron. Skripsi.
Program Studi Teknologi dan Manajemen Akuakultur. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Khairuman, dan Amri. 2008. Budidaya
Lele Lokal Secara Intensif. Jakarta : Agromedia Pustaka.
KKP. 2011. Analisis capaian target produksi lele :
produksi naik, capaian naik. http://ww.kkp.go.id [24 Desember 2012]
Nagy A, Bercsenyi M.
& Csenyi V. 1981. Sex reversal in corp Cyprinus caprio by oral
administration of metthytestosteron. Canadian Journal of Fisheries &
Aquatic Science 38: 725-728.
Prihatman K. 2000. Proyek
pengembangan ekonomi masyarakat pedesaan, budidaya ikan lele (Clarias sp.).
Jakarta : BAPPENAS
Sumantadinata, K. 1983. Pengembangbiakan Ikan-ikan
Peliharaan di Indonesia. Bogor: Sastra Hudaya
Sunarma, Ade. 2004. Peningkatan
Produktifitas Lele Sangkuriang (Clarias sp.). Sukabumi: Departemen
Kelautan dan Perikanan. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Balai Budidaya
Air Tawar Sukabumi.
Rosyatin.2012. Budidaya Ikan
Lele.http://www.aquaculture.co.id [27 Desember 2012]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar