ASPEK REPRODUKSI IKAN NILA (Oreochromis niloticus)
(Laporan Praktikum Biologi Perikanan)
Oleh
:
WIDI
INDRA KESUMA
1114111058
Dibimbing
Oleh :
EVA
SUSANTI
0914111031
JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2011
ASPEK
REPRODUKSI IKAN NILA (Oreochromis
niloticus)
Oleh:
WIDI INDRA KESUMA
1114111058
ABSTRAK
Telah
dilakukan praktikum Pertumbuhan Ikan Nila. Praktikum ini dibuat untuk memahami
cara membedakan tingkat kematangan gonad jantan dan betina, dapat memprediksi
waktu pemijahan, dan dapat mengetahui jumlah dan ukuran telur dari ikan nila.
Tingkat Kematangan gonad merupakan tahapan tertentu perkembangan
gonad sebelum dan sesudah memijah. Tingkat kematangan gonad secara kuantitatif dapat dinyatakan dengan suatu
indeks kematangan gonad atau disebut juda indeks gonad somatik. Jumlah telur
yang dikeluarkan oleh ikan berbeda-beda. Karena perbedaan tersebut maka
diperlukan suatu parameter yang mengukur jumlah telur yang dikeluarkan suatu
ikan, parameter itu adalah fekunditas. Hal lain yang berpengaruh pada
reproduksi ikan adalah diameter telur. Diameter telur merupakan garus tengah
atau ukuran panjang dari suatu telur dengan mikrometer berskala yang sudah
ditera. Hasil yang dibahas dalam praktikum ini adalah diantaranya Tingkat
Kematangan Gonad ikan Nila, Indeks Kematangan Gonad ikan Nila, Indeks Gonad
ikan Nila, Hubungan IKG dengan berat dan panjang tubuh ikan, hubungan IKG
dengan TKG serta Sex Ratio dari ikan Nila.
Keyword: ikan Nila, IKG, TKG,
Fekunditas, Reproduksi
I.
PENDAHULUAN
Perkembangan gonad merupakan bagian dari reproduksi ikan
sebelum terjadi pemijahan. Umumnya pertambahan gonad pada ikan betina sebesar
10 - 25% dari berat tubuh dan pada ikan jantan sebesar 5 – 10%. dalam biologi
perikanan pencatatan perubahan atau tahap - tahap kematangan gonad diperlukan
untuk mengetahui perbandingan ikan - ikan yang melakukan reproduksi atau tidak.
Dari pengetahuan tingkat kematangan gonad (TKG) akan didapatkan informasi,
kapan satu jenis ikan memijah, baru memijah atau sudah selesai memijah. Tiap -
tiap spesies ikan pada waktu pertama kali gonadnya menjadi masak tidak sama
ukuranya. Demikian pula ikan yang sama spesiesnya, apalagi spesies tersebut
tersebar pada lintang yang perbedaanya lebih dari 5 derajat (Asep, 2010).
Menurut Uma (2009), pematangan kematangan gonad dilakukan
dengan kedua cara. Yang pertama cara histologi dilakukan di laboratorium. Yang
kedua cara pengamatan morfologi yang dapat dilakukan di laboratorium dan dapat
pula dilakukan di lapangan. dari penelitian secara histologi akan diketahui
anatomi perkembangan gonad tadi lebih jelas dan mendetail, sedangkan hasil
pengamatan secara morfologi tidak akan sedetail cara histologi, namun cara
morfologi ini banyak dilakukan para peneliti. Dasar yang dipakai untuk
menentukan tingkat kematangan gonad dengan cara morfologi ialah bentuk, ukuran
panjang dan berat, warna dan perkembangan gonad ikan betina lebih banyak
diperhatikan dari pada ikan jantan karena perkembangan diameter telur yang
terdapat dalam gonad lebih mudah dilihat dari pada sperma yang terdapat di
dalam testes.
Tingkat kematangan gonad ialah tahap tertentu
perkembangan gonad sebelum dan sesudah ikan itu berpijah. Tingkat kematangan
gonad tertinggi akan didapatkan pada saat pemijahan akan tiba. Tingkat
kematangan gonad secara kuantitatif dapat dinyatakan dengan suatu indeks
kematangan gonad atau disebut juda indeks gonad somatik (Elvyra, 2004).
Mahluk hidup melakukan reproduksi
untuk mempertahankan kelangsungan spesiesnya, begitu pula ikan. Sistem
reproduksi mahluk hidup terbagi menjadi beberapa bagian, ikan khususnya ikan
nila memiliki sistem reproduksi biseksual yang artinya pembuahan terjadi dengan
bertemunya sel sperma dan sel ovum dari individu yang berbeda. Individu yang
memiliki sel sperma bersifat jantan sedangkan yang memiliki sel ovum bersifat
betina.
Ikan nila dianggap dewasa
(matang gonad) setelah berusia di atas enam bulan. Induk betinanya dapat
menghasilkan lebih dari 3.000 butir telur dalam sekali pemijahan, namun dari
jumlah telur itu tidak semua menjadi larva ikan.
Banyaknya jumlah telur
yang dikeluarkan pada saat reproduksi dipengaruhi oleh makanan, ukuran ikan dan
faktor lingkungan. . Induk ikan nila memiliki masa reproduksi hingga berumur
dua tahun dan mampu melakukan pemijahan setiap enam minggu sekali. Populasi
suatu jenis ikan dalam suatu ekosistem dapat diduga dari analisis parameter
reproduksi.
Adapun tujuan dilakukannya pengamatan
terhadap reproduksi ikan nila adalah
1.
Untuk
mengetahui beda tingkat kematangan dai gonad pada ikan nila.
2.
Untuk
memprediksi waktu pemijahan dan tahap perkembangan untuk rekruitmen.
3.
Untuk
mengetahui jumlah telur dari ikan nila, ukuran telur terhadap perkembangan
individu menjelang pemijahan, serta untuk menduga produktivitas dan potensi
produksi suatu kelompok ikan.
II. METODELOGI
A.
Waktu
dan Tempat Praktikum
Praktikum
Aspek Reproduksi Ikan Nila dilaksanakan pada tanggal 7 November 2012 pukul
08.00-11.00 WIB di Laboratorium Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung.
B. Alat dan Bahan
Alat yang
digunakan dalam praktikum ini adalah timbangan OHAUS, kain lap dan
tissue, kaca preparat, mikroskop dengan mikrometer yang telah ditera, gelas
objek, alat bedah (satu set lengkap), cawan petri, gelas ukur 10 ml, pipet tetes, serta tatakan gelas. Sedangkan bahan yang
digunakan adalah gonad ikan nila (Oreocromis
niloticus) dan formalin.
C. Prosedur
Kerja
Langkah-langkah yang harus dlakukan pada praktikum ini
yaitu:
a.
Pertama
siapkan semua peralatan yang akan digunakan.
b.
Mengambil
1
botol film gonad ikan nila betina yang telah diawetkan.
c.
Timbang gonad tersebut secara keseluruhan.
d.
Bagi telur tersebut ke dalam lima bagian.
e.
Timbang salah satu bagian telur dan catat
hasilnya.
f.
Lalu encerkan dalam 10 ml aquades
g.
Kemudian ambil 1 ml dan hitung berapa banyyak
telur yang terambil,
h.
Ambil 25 butir telur.
i.
Amati di bawah mikroskop yang telah diberi
micrometer ,
j.
Catat hasilnya.
k.
Lengkapi tabel hasil pengamatan seperti IKG,
fekunditas gabungan dan yang lainnya.
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Tingkat Kematangan Gonad (TKG) ikan nila
Tabel 1. TKG ikan nila jantan
TKG
|
Morfologi Gonad
|
Σ
|
Presentase
|
I
|
Gonad
sangat kecil seperti benang, transparan.pada ikan jantan penampang gonad
pipih berwrna kelabu
|
0
|
0 %
|
II
|
Gonad
mengisi ¼ tubuh.warnanya kelabu atau putih bentuknya pipih
|
3
|
20%
|
III
|
Gonad
mengisi ½ rongga tubuh. Gonad berwarna putih
|
4
|
26.66666667 %
|
IV
|
Gonad
mengisi ¾ rongga tubuh. Gonad jantan berwarna putih berisi cairan putih
|
8
|
53.33333333 %
|
Dari
data di atas dapat diketahui bahwa pada ikan nila jantan, rata-rata masih
berada pada fase TKG 4, yaitu 8 ekor. Untuk TKG II sebanyak 3 ekor dan TKG III
4 ekor. Sedangkan tidak ada satu ekor ikan pun yang berada dalam TKG 1. Kondisi
ikan nila pada TKG 4 dalam keadaan yang cukup baik.
Tabel 2. TKG ikan
nila betina
TKG
|
Morfologi Gonad
|
Σ
|
Presentase
|
I
|
Gonad
sangat kecil seperti benang, transparan.gonad betina bulat kemerah2an
|
-
|
0%
|
II
|
Gonad
mengisi ¼ rongga tubuh. Gonad betina warnanya kemerahan atau kuning,bentuknya
bulat & telur tidak nampak
|
2
|
5%
|
III
|
Gonad
mengisi ½ rongga tubuh berwrna kuning.bentuk telur nampak pada dinding
ovarium
|
21
|
52.5%
|
IV
|
Gonad
mengisi ¾ rongga tubuh.berwarna kuning hamper bening atau bening.telur dapat
terlihat
|
17
|
42.5%
|
Dari
data di atas dapat diketahui bahwa pada ikan nila betina, rata-rata masih berada
pada fase TKG III, yaitu 21 ikan dengan presentase 52,5%. Untuk TKG II sebanyak
2 ekor, TKG IV 17 ekor. Sedangkan tidak ada satu ekor ikan pun yang berada
dalam TKG I. Kondisi ikan nila pada TKG III dalam keadaan yang cukup baik.
Menurut Pulungan (2005) pengamatan
tentang tahap-tahap kematangan gonad ikan dapat dilakukan secara morfologi dan
secara histologi. Pengamatan secara morphologi dapat dilakukan di lapangan dan
di laboratorium, sedangkan pengamatan secara histologi hanya dapat dilakukan di
laboratorium dan sangat memerlukan peralatan yang canggih serta teliti dan
memerlukan dana yang cukup besar. Bila pengamatan dilakukan pada testes maka
yang diamati adalah bentuk testes dan kedua sisinya, ukuran (panjang dan
diameter ) testes, perbandingan panjang testes dan rongga tubuh, warnanya serta
pembuluh darah pada permukaan testes. Demikian juga halnya bila pengamatan
dilakukan pada ovari tetapi yang perlu diamati lagi adalah diameter beberapa
butir telur.
Tingkat kematangan gonad menurut Kesteven (Begenal dan
Broam, 1968) dalam Uma (2009) :
1. Dara
Organ seksual sangat kecil berdekatan dibawah tulang
punggung. Testis dan ovarioum transparan, tidak berwarna sampai abu - abu.
Telur tidak terlihat dengan mata biasa.
2. Dara
Berkembang
Testis dan ovarium jernih, abu - abu merah. Panjangnya
setengah atau lebih sedikit dari panjang rongag bawah. Telur
satu persatu dapat terlihat dengan kaca pembesar.
3. Perkembangan
I
Testis dan ovarium bentuknya bulat telur, kemerah-merahan
dengan pembuluh darah kapiler. Mengisi kira - kira setengah ruang ke bagian
bawah. Telur dapat terlihat oleh mata seperti serbuk putih.
4. Perkembangan
II
Testis putih kemerah - merahan. Tak ada pati jantan atau
sperma kalau ditekan perutnya. Ovarium berwarna kemerah - merahan. Telur jelas
dapat dibedakan, bentuknya bulat telur. Ovarium mengisi
kira-kira dua pertiga ruang bawah.
5. Bunting
Organ seksual mengisi ruang bawah. Testis berwarna putih,
keluar tetesan sperma kalau ditekan perutnya. Telur
bentuknya Bulat, beberapa ada yang jernih dan masak.
6. Mijah
Telur dan sperma keluar dengan sedikit tekanan diperut.
Kebanyakan telur berwarna jernih dengan beberapa yang berbentuk bulat telur
tinggal di dalam ovarium.
7. Mijah
/ Salin
Gonad belum kosong sama sekali. Tidak ada telur yang
bulat telur.
8. Salin
/ Spent
Testes dan ovarium kosong dan berwarna merah. Beberapa
telur sedang ada dalam keadaan dihisap kembali.
9. Pulih
Salin
Testes dan ovarium berwarna jernih, abu-abu sampai merah.
2. Indeks Kematangan Gonad (IKG) ikan nila
Tabel
3. IKG ikan nila betina
TKG
|
Berat gonad rata-rata
|
Berat ikan rata-rata
|
IKG rata-rata
|
I
|
0
|
0
|
0
|
II
|
1
|
90.66666667
|
1.102941
|
III
|
3.2
|
177.5789474
|
1.802015
|
IV
|
4.4
|
119.2222222
|
3.690587
|
Tabel 4. IKG ikan nila jantan
TKG
|
Berat gonad rata-rata
|
Berat ikan rata-rata
|
IKG rata-rata
|
I
|
0
|
0
|
0
|
II
|
1.8
|
426.6666667
|
0.436637467
|
III
|
2.35
|
349.75
|
0.870478335
|
IV
|
2.95
|
320
|
1.454791855
|
Menurut Efendi (1979) dalam Wahyuningsih dan Barus
(2006), untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada gonad, tingkat perkembangn
ovarium, secara kuantitatif dapat dinyatakan dengan suatu Indeks Kematangan
Gonad (IKG) yaitu suatu nilai dalam persen sebagai hasil perbandingan berat
gonad dengan berat tubuh ikan dikalikan 100 persen.
Wg : Berat gonad, W : Berat tubuh ikan.
Indeks Kematangan Gonad atau ”Gonad Somatic Indeks”
(GSI) akan semakin meningkat nilainya dan akan mencapai batas maksimum pada
saat terjadi pemijahan. Pada ikan betina nilai IKG lebih beras bila
dibandingkan dengan ikan jantan. Adakalanya IKG dihungkan dengan Tingkat
Kematangan Gonad (TKG) yang pengamatannya berdasarkan ciri-ciri morfologi
kematangn gonad, sehingga akan tampak hubungan antara perkembangan di dalam
dengan di luar gonad. Nilai IKG akan sangat bervariasi setiap saat tergantng
pada macam pola pemijahannya.
Menurut Rustidja (2001), faktor yang dapat mempengaruhi
fungsi produksi pada spesies ikan terdiri dari faktor eksternal dan faktor
internal. Faktor eksternal meliputi curah hujan, suhu, sinar matahari, tumbuhan
dan adanya ikan jantan. Adapun factor internal yaitu tersedianya cukup hormon
steroid dan gonadotropin baik GTHL dan GHZ yang cukup untuk memacu kematangan
gonad diikuti ovulasi serta pemijahan.
Effendie (1978) mengemukakan bahwa
Indeks Kematangan Gonad antara satu spesies ikan dengan spesies lainnya akan
saling berbeda. Hal ini disebabkan karena indeks kematangan gonad suatu spesies
ikan dipengaruhi oleh berat gonad dan berat tubuh ikan itu sendiri. Selanjutnya
dia menambahkan pada ikan betina nilai Indeks kematangan gonad lebih besar
dibandingkan dengan ikan jantan dan ikan dengan indeks kematangan gonad 19 %
ada yang sanggup mengeluarkan telur.
3. Indeks Gonad (IG) ikan nila
Tabel 5. Indeks Gonad (IG) ikan nila jantan
TKG
|
Frekuensi
|
IG (%)
|
|
2
|
3
|
25 %
|
|
3
|
4
|
33,3333333 %
|
|
4
|
8
|
66,6666667 %
|
Grafik 1. IG ikan nila jantan
Tabel
6. IG ikan nila betina
TKG
|
Frekuensi
|
IG %
|
1
|
1
|
2,4390244 %
|
2
|
3
|
7,3170732%
|
3
|
19
|
46,3414634%
|
4
|
18
|
43,902439%
|
Grafik 2. IG ikan nila betina
Analisa Gonado Index (GI), menurut Batts
(1972) dalam Effendi (1992), merupakan perbandingan antara berat gonad segar
(gram) dengan panjang ikan (mm). Dengan perhitungan GI akan diketahui hubungan
gonad yang sudah matang dengan panjang tubuh ikan, seningga akan diketahui ikan
yang dipakai sebagai induk
4. Hubungan IKG dengan berat tubuh ikan
nila betina
Grafik 3.Hubungan IKG dengan berat
tubuh ikan nila betina
Effendie (1978) mengemukakan bahwa
Indeks Kematangan Gonad antara satu spesies ikan dengan spesies lainnya akan
saling berbeda. Hal ini disebabkan karena indeks kematangan gonad suatu spesies
ikan dipengaruhi oleh berat gonad dan berat tubuh ikan itu sendiri. Selanjutnya
dia menambahkan pada ikan betina nilai Indeks kematangan gonad lebih besar
dibandingkan dengan ikan jantan dan ikan dengan indeks kematangan gonad 19 %
ada yang sanggup mengeluarkan telur.
5. Hubungan IKG dengan panjang tubuh ikan
nila betina
Grafik
4.Hubungan IKG dengan panjang tubuh ikan nila betina
.
Menurut Uma (2009), tiap - tiap spesies ikan pada waktu
pertama kali gonadnya menjadi masak dan tidak sama ukuranya. Demikian pula ikan
yang sama spesiesnya. Lebih - lebih pada ikan yang sama spesiesnya itu tersebar
pada lintang yang perbedaanya lebih dari lima derajat maka akan terdapat
perbedaan ukuran dan umur ketika mencapai kematangan gonad untuk pertama
kalinya. Jadi faktor utama yang mempengaruhi kematangan gonad di daerah
bermusim empat ialah suhu dan makanan. Tetapi untuk daerah tropik suhu secara
relatif perubahannya tidak besar dan umunya gonad dapat masuk lebih cepat.
6. Hubungan TKG dengan panjang tubuh ikan
nila
Tabel 7. Hubungan TKG dengan panjang
ikan nila jantan
Selang
panjang
|
Jumlah
ikan pada TKG
|
||
II
|
III
|
IV
|
|
167 – 176
|
0
|
0
|
1
|
177 – 186
|
0
|
0
|
1
|
187 – 196
|
2
|
2
|
2
|
197 – 206
|
0
|
2
|
2
|
207 – 216
|
1
|
0
|
2
|
Grafik 5.Hubungan TKG dengan panjang
tubuh ikan nila jantan
Tabel 8.Hubungan TKG dengan panjang
tubuh ikan nila betina
Selang
panjang
|
Jumlah
ikan pada TKG
|
||
II
|
III
|
IV
|
|
170 – 175
|
0
|
2
|
0
|
176 – 181
|
3
|
4
|
4
|
182 – 187
|
0
|
1
|
6
|
188 – 193
|
0
|
10
|
4
|
194 – 199
|
0
|
1
|
4
|
200 – 205
|
0
|
1
|
0
|
Menurut Uma (2009), tiap - tiap spesies ikan pada waktu
pertama kali gonadnya menjadi masak dan tidak sama ukuranya. Demikian pula ikan
yang sama spesiesnya. Lebih - lebih pada ikan yang sama spesiesnya itu tersebar
pada lintang yang perbedaanya lebih dari lima derajat maka akan terdapat
perbedaan ukuran dan umur ketika mencapai kematangan gonad untuk pertama
kalinya. Jadi faktor utama yang mempengaruhi kematangan gonad di daerah
bermusim empat ialah suhu dan makanan. Tetapi untuk daerah tropik suhu secara relatif
perubahannya tidak besar dan umunya gonad dapat masuk lebih cepat.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
Adapun kesimpulan yang didapat pada
praktikum kali ini adalah:
1.
Indeks gonad pada ikan jantan dan betina yang diperoleh
pada preparat gonad yang diteliti menunjukkan bahwa ikan sedang mengalami
proses pematangan gonad, yaitu IGnya sebesar 0,0312 untuk gonad jantan dan 0,49
untuk gonad betina.
2.
Pada praktikum reproduksi ini gonad yang digunakan
merupakan gonad pada TKG 3 dan 4, karena pada TKG tersebut telur pada gonad
sudah terbentuk (tidak terlalu kecil).
3.
Dengan mengetahui IKG dan TKG kita dapat dengan mudah
mengetahui kapan saat yang tepat untuk ikan memijah
Adapun saran yang dapat diberikan
adalah diharapkan untuk disetiap praktikum biologi perairan, harapannya per
kelompok ada asisten dosennya yang mendampingi agar tidak terjadi kebinggungan
pada praktikan.
DAFTAR
PUSTAKA
Asep,
2009. Tahap-Tahap Kematangan Gonad. http://ase
p_budidaya_perairan.blogspot.com. Diakses pada tanggal 10 April 2010, pukul
10.00 WIB.
Effendi, M,
2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta.
Elvyra, Roza,
2004. Aspek Habitat, Makanan dan Reproduksi Ikan Lais. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Effendie,
M .I., 1978. Biologi Perikanan – bagian I
: study Natural History. Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor,
bogor. 105 hal (tidak diterbitkan).
Lam, T.
J. 1985. Induced Spawning in Fish.
Oceanic Institut and Tungkang Marine Laboratory.
Nelson,
J. S. 1984. Fishes of the world 2nd
edition. Jhon wiley and sons. New york, 524 P.
Nikolsky
(1969). Tingkat Kematangan Gonad Pada
Ikan Air Tawar
Pulungan.
2004. Hand Out Kuliah Mata Kuliah Biologi
Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. UNRI. Pekanbaru
Tang,
U. M. dan Affandi. 2001. Biologi
Reproduksi Ikan, Penerbit Pusat Penelitian Kawasan Pantai dan Perairan.
Universitas Riau. Pekanbaru. 153 hal
Uma, La Ode,
2009. Tingkat Kematangan Gonad. http://m ewordpress.com.
Diakases pada tanggal 10 april 2010, pukul 10.00 WIB.
Wahyuningsih,
Hesti dan Dr. Ing Ternala Alexander Barus. 2006. Buku Ajar Ikhtiologi. Universitas Sumatera Utara.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar